OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 06 Maret 2019

Pilpres 2019 Diprediksi akan Berlangsung seperti Pilkada DKI 2017

Pilpres 2019 Diprediksi akan Berlangsung seperti Pilkada DKI 2017




10Berita - Pertarungan Pilpres 17 April 2019 diprediksi akan berlangsung mirip dengan Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, baik pola maupun strategi pemenangan masing-masing antar kubu paslon Capres dan Cawapres nomor 01 Jokowi-Ma"ruf Amin dan paslon nomor 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Hal tersebut tampak dari panasnya pertarungan di dunia media sosial (medsos), mulai dari politik aliran, Islam identitas, hoaks, hingga perang bully sesama anak bangsa.

Koordinator Komite Pemilu Kita (KPK) DKI Jakarta, Adjie Rimbawan mengatakan, pola pertarungan kampanye yang berlangsung saat ini bisa membuat bangsa Indonsia terpecah belah.

"Tentu saja ini mempertaruhkan rasa persatuan, toleransi dan silaturahmi sesama anak bangsa. Hampir di semua komunitas, kelompok dan berbagai perkumpulan, sudah terkotak-kotak terutama pilpres. Pileg juga sudah terbelah antara mendukung 01 atau 02," kata Adjie di Jakarta, Selasa (5/3/2019).

Karena itu, Adjie memandang, bahwa gelaran Pemilu dan Pilpres 2019 adalah pemilu paling "buruk" sepanjang sejarah pemilu di Indonesia. Karena antar kubu malah terkesan saling memprovokasi.

"Pemilu sekaranh memang tidak sama dengan Orde baru, yang nyata-nyata memang tidak demokratis, jujur dan adil. Tapi, rezim ini sudah dikalahkan oleh gerakan reformasi, yang merubah tatanan totaliter menjadi demokratis. Ironisnya, hari ini kembali lagi secara nyata dilakukan cara-cara yang sangat tidak demokratis, tidak ada etika moral, rambu-rambu aturan ditabrak, tidak ada fair play," beber Adjie. 

Dia mengungkapkan, betapa di Pemilu sekarang pelanggaran marak terjadi dan seakan ada pembiaran. 

"Mulai dari penggunaan fasilitas negara, netralitas pejabat negara/daerah, tekanan kepada ASN untuk berpihak serta pembagian amplop dan sembako politik. Belum lagi keberpihakan aparatur negara, media serta politisasi agama," terang dia.

Situasi ini, lanjutnya, hampir mustahil untuk dihentikan. Kecuali hanya dengan kesadaran dan kekuatan rakyat yang turun langsung untuk memperbaiki.

"Gerakan awasi Kecurangan Pemilu merupakan keharusan, Kawal Pemilu kita (KPK) bersama lembaga/komunitas kepemiluan lainnya sudah saatnya bergerak berdasarkan darurat demokrasi, bahwa demokrasi kita terancam. Mari kita awasi secara ketat Pemilu 2019 ini, karena pemimpin bersih hanya bisa lahir dari pemilu bersih," ucap Adjie. 


sumber: teropong senayan