Tiga Cara Membaca Survei Kompas
Bagaimana sikap kita terhadap hasil sebuah survei? Bersikaplah secara proporsional. Di tengah-tengah. Boleh percaya tapi tidak 'menuhankannya'. Boleh tidak percaya tapi jangan 'mengharamkannya'.
Kita tidak menutup mata betapa banyak lembaga survei yang sudah jadi 'PR' partai dan tokoh politik. Kalau meminjam istilah Julian Benda, melakukan 'pengkhianatan intelektual'. Namun, masih tersisa lembaga survei yang menjaga marwahnya. Tak tergoda iming-iming rupiah. Mereka memotret dengan jujur fakta di lapangan.
Itulah mengapa kita perlu di tengah-tengah. Karena bagaimanapun survei adalah produk intelektual dengan metodologi yang ketat dan tak mudah dilakukan. Ada tanggungjawab moral dan akademis.
Ketidakpercayaan kita kepada survei yang sering meleset jangan lantas membuat kita gebyah uyah. Sebaliknya, kepercayaan kita kepada survei juga tidak lantas membuat kita jadi taklid.
Nah, pada titik inilah saya ingin mengajak kita membaca hasil survei Litbang Kompas. Melihat hasil survei ini, setidaknya ada tiga bacaan saya.
Pertama, komposisi partai yang diprediksi lolos Parliamantary Treshold (PT) sangat menarik. Secara berurutan: PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat dan PKS. Secara tipologi ini mencerminkan wajah sosiologis masyarakat.
PDIP, Gerindra, Golkar dan Demokrat dalam barisan nasionalis (ada yang sekuler maupun religius). PKB representasi Islam tradisionalis. Dan PKS wajah Islam modernis.
Makanya tepat jika Kompas menulis judul: Partai Bisa Lebih Sederhana. Kalau mau jujur, inilah potret kita. Komposisi ini sudah terendus saat pemilu pertama pada 1955. Tak heran jika ada yang menyebut hasil pemilu 1955 merupakan peletakan papan catur politik di Tanah Air.
Kedua, ada potensi melejitnya suara PKS dua hingga tiga kali lipat. Soal ini sudah banyak presedennya. Ambil contoh surevi Kompas jelang pemilu 2014. PKS diprediksi 2,3% dan tidak lolos PT. Tapi hasil pemilu mengalami lonjakan hampir 3 kali lipat.
Jadi, jika sekarang PKS diperkirakan memperoleh 4,5%, maka potensi lonjakannya sangat besar. Apalagi masih ada waktu satu bulan.
Ketiga, PKS partai paling solid mendukung Prabowo-Sandi. Tentu saja diluar Gerindra. Ini tentu saja mengkonfirmasi keseriusan partai dakwah ini dalam memenangkan 02.
Begitulah cara kita membaca survei Kompas. Paska dipublikasikan, panggung politik memang terguncang. Maklum, bagaimanapun Kompas masih dianggap media arus utama yang kredibel terlepas dari berbagai kontroversi keberpihakannya.
Sekarang terserah kita dalam membacanya. Mau percaya atau tidak. Atau memilih di tengah-tengah. Istilahnya: proporsional.
Salam Akal Sehat
Erwyn Kurniawan
Jurnalis
Sumber: Wajada