OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 21 Maret 2019

Tiga Cara Membaca Survei Kompas

Tiga Cara Membaca Survei Kompas



Bagaimana sikap kita terhadap hasil sebuah survei? Bersikaplah secara proporsional. Di tengah-tengah. Boleh percaya tapi tidak 'menuhankannya'. Boleh tidak percaya tapi jangan 'mengharamkannya'.

Kita tidak menutup mata betapa banyak lembaga survei yang sudah jadi 'PR' partai dan tokoh politik. Kalau meminjam istilah Julian Benda, melakukan 'pengkhianatan intelektual'. Namun, masih tersisa lembaga survei yang menjaga marwahnya. Tak tergoda iming-iming rupiah. Mereka memotret dengan jujur fakta di lapangan.

Itulah mengapa kita perlu di tengah-tengah. Karena bagaimanapun survei adalah produk intelektual dengan metodologi yang ketat dan tak mudah dilakukan. Ada tanggungjawab moral dan akademis.

Ketidakpercayaan kita kepada survei yang sering meleset jangan lantas membuat kita gebyah uyah. Sebaliknya, kepercayaan kita kepada survei juga tidak lantas membuat kita jadi taklid.

Nah, pada titik inilah saya ingin mengajak kita membaca hasil survei Litbang Kompas. Melihat hasil survei ini, setidaknya ada tiga bacaan saya.

Pertama, komposisi partai yang diprediksi lolos Parliamantary Treshold (PT) sangat menarik. Secara berurutan: PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat dan PKS. Secara tipologi ini mencerminkan wajah sosiologis masyarakat.

PDIP, Gerindra, Golkar dan Demokrat dalam barisan nasionalis (ada yang sekuler maupun religius). PKB representasi Islam tradisionalis. Dan PKS wajah Islam modernis.

Makanya tepat jika Kompas menulis judul: Partai Bisa Lebih Sederhana. Kalau mau jujur, inilah potret kita. Komposisi ini sudah terendus saat pemilu pertama pada 1955. Tak heran jika ada yang menyebut hasil pemilu 1955 merupakan peletakan papan catur politik di Tanah Air.

Kedua, ada potensi melejitnya suara PKS dua hingga tiga kali lipat. Soal ini sudah banyak presedennya. Ambil contoh surevi Kompas jelang pemilu 2014. PKS diprediksi 2,3% dan tidak lolos PT. Tapi hasil pemilu mengalami lonjakan hampir 3 kali lipat.

Jadi, jika sekarang PKS diperkirakan memperoleh 4,5%, maka potensi lonjakannya sangat besar. Apalagi masih ada waktu satu bulan.

Ketiga, PKS partai paling solid mendukung Prabowo-Sandi. Tentu saja diluar Gerindra. Ini tentu saja mengkonfirmasi keseriusan partai dakwah ini dalam memenangkan 02.

Begitulah cara kita membaca survei Kompas. Paska dipublikasikan, panggung politik memang terguncang. Maklum, bagaimanapun Kompas masih dianggap media arus utama yang kredibel terlepas dari berbagai kontroversi keberpihakannya.

Sekarang terserah kita dalam membacanya. Mau percaya atau tidak. Atau memilih di tengah-tengah. Istilahnya: proporsional.

Salam Akal Sehat

Erwyn Kurniawan
Jurnalis


Sumber: Wajada

Related Posts:

  • Janganlah Kita Menuruti 3 Orang ini! Janganlah Kita Menuruti 3 Orang ini! 10Berita – FIRMAN Allah Taala (surat Al Kahfi: 28) yang artinya: “Dan janganlah kamu menuruti orang yang Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, dan mengikuti hawa nafsunya, dan ur… Read More
  • Hikmah di Balik Air Mata Hikmah di Balik Air Mata 10Berita – Dua ilmuwan pernah melakukan penelitian disertasi tentang air mata. Kedua peneliti tersebut berasal dari Jerman dan Amerika Serikat. Hasil penelitian kedua peneliti itu menyimpulkan ba… Read More
  • MENDAMBA IBU NEGARA YANG BERJILBAB MENDAMBA IBU NEGARA YANG BERJILBAB MENDAMBA IBU NEGARA YANG BERJILBAB (By Azwar Siregar)Percayakah anda kalau saya katakan:"Sejak Indonesia Merdeka sekalipun kita belum pernah memiliki Ibu Negara yang benar-benar b… Read More
  • Dibenci Banyak Manusia, Padahal Ini Amalan Paling Utama dalam Islam Dibenci Banyak Manusia, Padahal Ini Amalan Paling Utama dalam Islam 10Berita – Syaikh Dr ‘Abdullah ‘Azzam menjelaskan amalan ini dalam Tarbiyah Jihadiyah dengan mengatakan, “Kewajiban yang turun dari atas langit yang tuju… Read More
  • Syafi’i Antonio: Asing-Aseng Menghambat Perkembangan Ekonomi Syariah Syafi’i Antonio: Asing-Aseng Menghambat Perkembangan Ekonomi Syariah   10Berita - Pakar ekonomi syariah yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia, Dr Muhammad Syafi’i Antonio, menjelaskan,… Read More