OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 29 April 2019

Orang-Orang Sumatera: Catatan Buat Mahfud MD

Orang-Orang Sumatera: Catatan Buat Mahfud MD




10Berita - CALON Cawapres Jokowi yang batal,  Profesor Mahfud MD mengatakan bahwa tempat di mana Prabowo menang, di situ tempat Islam radikal. Saya tidak paham maksud dan tujuan dia membelah bangsa ini.

Prabowo menang telak dari Sumatera bagian utara,  sampai ke Sumatera bagian selatan. Apakah mereka semua mempunyai paham Islam radikal?

Suatu hari guru ngaji saya,  Almarhum Dr.  Mohammad Imaduddin Abdurrahim mengatakan bahwa penjajahan 350 tahun terhadap Indonesia sebenarnya tidak terjadi di Sumatera. Hanya Jawa yang di jajah Belanda 350 tahun. Kenapa? Karena Islam di Sumatera yang berkembang adalah Islam perlawanan. Bukan Islam Nusantara.

Apa beda Islam perlawanan vs Islam Nusantara? Islam perlawanan mengajarkan kesetaraan, anti penindasan dan kasih sayang. Dalam Islam perlawanan tidak ada tradisi cium tangan sama kyai. Mengajarkan lebih baik mati dari pada ditindas atau dijajah. Tidak membolehkan kyai alias ustaz menjadi tuan tanah (dalam istilah PKI satu dari 7 setan desa). Itu yang menyebabkan rakyat Sumatera dari dulu mengutamakan egalitarian atau equal atau persamaan derajat sesama manusia. Dan keras melawan penindasan, seperti perang Aceh dan perang Padri melawan kolonial Belanda.

Islam ala Sumatera tidak mungkin dipaksa-paksa menjadi Islam Nusantara yang dipopulerkan Romahurmuzy (Romi),  menteri Agama Lukman Syaifuddin,  Nusron Wahid,  Cak Imin dan Said Agil. Meski Islam perlawanan ala Sumatera tidak menyombongkan diri seperti Islam Nusantara. Namun, jika stigma yang Profesor Mahfud dkk bangun terus menerus, bahwa pendukung Prabowo adalah Islam radikal, garis keras atau khilafah,  tentu rakyat sepanjang Sumatera akan merasa terganggu.

Ingat,  Sumatera punya sejarahnya sendiri yang panjang, termasuk Aceh yang menyumbangkan pesawat terbang pertama bagi bangsa kita, sehingga Presiden Soekarno bisa terbang menjelajahi pulau-pulai. Lalu untuk apa profesor ini memanas-manasi kita?

Apakah Anda mempertimbangkan risikonya bagi keutuhan bangsa?

sumber: rmol