OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 27 Mei 2019

Aksi 21-22 Mei: ‘Bloody Hands’

Aksi 21-22 Mei: ‘Bloody Hands’

-Catatan M Rizal Fadillah-


10Berita, Media Australia “The Courier Mail” pernah menjadikan headline beritanya soal Presiden Jokowi dengan judul “Bloody Hands”. Saat itu peristiwa menimpa WN Australia yang dieksekusi kasus narkoba yang dikenal dengan Bali Nine tahun 2015.
Dalam media itu digambarkan Presiden berpakaian jas berdasi tersenyum dengan tangan kanan terangkat dan tapak tangannya bersimbah darah. Tentu itu adalah reaksi Australia atas hukum tembak yang dilaksanakan Pemerintah terhadap warga negaranya. Sedangkan Herald Sun memberi gambar sampul wajah Jokowi dengan tulisan “Portrait of the Killer”.
Nah entah dari mana asal muasalnya kini tiba- tiba beredar kembali di medsos kita media Australia memperlihatkan profil Presiden Jokowi dengan “tangan berdarah” di tengah peristiwa tragedi penembakan dan tindakan saat aksi 21-22 Mei. Sebuah peristiwa yang menewaskan dan melukai banyak peserta aksi damai tersebut.
Medsos kita kembali menampilkan sosok sang Presiden yang mesti bertanggungjawab atas pembunuhan atau pembantaian di area gedung Bawaslu dan sekitarnya seperti Petamburan danTanah Abang. Tangan Presiden yang berdarah—Bloody Hands.
Ditambah dengan tewasnya hampir 700 pelaksana Pemilu di bulan sebelumnya, maka Pemilu saat ini telah menimbulkan “tragedi berdarah” yang luar biasa. Meski dirasakan aneh oleh rakyat bahwa Pemerintahan Jokowi menyikapi hal ini dengan “adem ayem” saja. Tak ada kebijakan krisis yang seharusnya diambil. Mungkin cocok dengan foto tertawa di media Australia tersebut.
Jatuhnya korban tanpa upaya pencegahan sehingga terkesan adanya pembiaran itu dalam hukum bisa masuk pada kategori suatu kejahatan (crime by omission).
Presiden yang tidak menindak aparat yang melakukan perbuatan melawan hukum, apalagi pelanggaran berat HAM, tentu menjadi penanggungjawab atas kejahatan tersebut.
Nampaknya pas jika kasus Pemilu saat ini beban tanggungjawab ada pada Presiden. Sebab Jokowi di samping sebagai kandidat juga de facto dan de jure adalah Presiden Republik Indonesia. Pengendali dan Kepala Pemerintahan.
Darah yang mengalir baik akibat tindakan aparat maupun sikap pembiaran adalah “the bloody hands” sang Presiden. Tuntutan akan berlanjut untuk aspek pertanggungjawaban politik dan hukum.
Meskipun masih bisa tersenyum bahkan tertawa, namun tangan Presiden seperti digambarkan media Australia tersebut dan kembali beredar di medsos kita, memang telah berlumuran darah.
Bloody hands, Mr President!
Bandung, 26 Mei 2019
-Penulis adalah Ketua Masyarakat Unggul (MAUNG) Bandung Institute

Sumber: Salam.online

Related Posts:

  • Adil, Profesional & Proporsional Adil, Profesional & Proporsional OLEH: ZENG WEI JIAN10Berita - VARIABLE Kode Etik DPRD: Adil, Profesional & Proporsional. Di situ masalah Anggota Dewan William dari PSI.Kultwit William bukan kritis. Tapi ngaw… Read More
  • Mengapa Jokowi Abaikan Partai-Partai Non DPR dan NU? Mengapa Jokowi Abaikan Partai-Partai Non DPR dan NU?  Oleh Margarito Kamis (Pakar Hukum Tata Negara) 10Berita - Urusan apa dan dengan siapa? Urusan dengan partai politik tertentu,  dan NU. Mereka tak diperl… Read More
  • Lem Aibon: Kenapa Kalian Makin Sinting? Lem Aibon: Kenapa Kalian Makin Sinting? Lem Aibon: Kenapa Kalian Makin Sinting? Sulit dimengerti. Tiba-tiba William Aditya Sarana dijadikan pahlawan. Karangan bunga simpati dikirimkan kepada anggota DPRD DKI dari Par… Read More
  • Cadar, Cingkrang, Dan Kebangkitan Peradaban Islam Cadar, Cingkrang, Dan Kebangkitan Peradaban Islam OLEH: DR. SYAHGANDA NAINGGOLAN10Berita - PANDANGAN dan pernyataan Din Syamsudin, Rizal Ramli, dan lain lain, terakhir Said Aqil Siraj, beberapa hari kemarin, telah me… Read More
  • Ade Armando Menderita Penyakit Kejiwaan? Ade Armando Menderita Penyakit Kejiwaan? 10Berita ,Ada kondisi penyakit kejiwaan yang hobby melukai diri sendiri. Misalnya dengan menyilet lengannya sendiri atau membenturkan kepala ke tembok sampai berdarah. Pen… Read More