Al Jazeera Beritakan Kematian Reyhan Fajari Saat Aksi 225
10Berita - Kabar kematian Muhammad Reyhan Fajari saat kerusuhan Rabu (22/5) lalu atau yang dikenal aksi 225, menjadi topik pemberitaan media asing, Al Jazeera.
Wartawan Al Jazeera, Andrew Thomas bahkan melakukan reportese dengan mengunjungi kediaman almarhum Reyhan yang meninggal dengan luka di bagian pelipis mata kiri. Luka itu disebut-sebut sebagai bekas tertembus peluru.
Andrew menemui ayah Reyhan, Agus Salim yang mengutarakan bahwa dirinya tidak tahu penyebab kematian anaknya. Saat itu, Agus mengaku hanya diberitahu bahwa anaknya dilarikan ke rumah sakit.
“Pertama saya lakukan adalah ke rumah sakit. Tidak ada yang memberi tahu apa yang terjadi. Mereka hanya meminta saya membawa tubuhnya (Reyhan),” kata Agus Salim dalam laporan video di Al Jazeera.
Sementara itu, istri Agus, Nurhayati mengaku syok saat pertama kali mendengar anaknya meninggal. Dia mengaku tidak percaya anaknya yang masih 15 tahun meninggal secepat itu.
“Saat saya tahu, pikiran saya sudah tidak karuan. Saya tidak percaya dia sudah tiada,” katanya.
Sementara saudara perempuan Reyhan, Fitriani Soleha mengaku kangen dengan candaan Reyhan.
“Dia orangnya menyenangkan,” tutur Fitriani.
Dalam laporan ini, Andrew Thomas menampilkan para pegiat hak asasi manusia (HAM) di Indonesia yang mendesak agar ada investigasi serius atas aksi aparat dalam menangani aksi 21, 22, dan 23 yang ricuh.
Sebab, ada beberapa penanganan yang dinilai tidak sesuai dengan standar operasi petugas. Seperti pemukulan seorang demonstran secara membabi buta di Kampung Bali, Tanah Abang oleh sejumlah pasukan Brimob. Video ini turut disiarkan dalam laporan Andrew.
Selain itu, ada juga perlakuaan kasar dan pemukulan terhadap petugas medis saat aksi.
Di akhir laporan, Andrew Thomas menceritakan bahwa keluarga Reyhan ingin tahu penyebab dan alasan anaknya jadi korban dalam kerusuhan tersebut. Sebab, Reyhan bukan bagian demonstran yang menolak hasil penghitungan suara pilpres KPU sebagaimana yang dilakukan massa aksi.
Reyhan, kata dia, masih terlalu remaja dan belum termotivasi untuk politik.
“Ayahnya ingin tahu kenapa anaknya meninggal?” tutup Andrew.
sumber: rmol