MANTAN Presiden RI BJ Habibie


SALAH satu mimpi mantan Presiden ke-3 RI BJ Habibie akan terwujud.
Mimpinya adalah menjadikan Batam sebagai pusat industri dirgantara.
Saat berkunjung ke Batam, Habibie kembali menegaskan bahwa dirinya memutuskan akan membangun industri dirgantara dan pusatnya di Batam.
"Saya datang kemari (Batam) bukan hanya untuk Pollux. Saya sudah putuskan untuk industri dirgantara pusatnya akan ada di Batam," kata Habibie, Senin (29/4/2019).
Untuk memproduksi pesawat terbang ini, Indonesia bisa bekerjasama dengan Singapura, atau Malaysia. Atau siapa saja sesuai kemampuannya.
Habibie mengingatkan agar pengembangan Batam kembali pada fitrahnya, seperti di awal pembentukan dulu.
Saat itu Batam diharapkan menjadi ujung tombak bagi perekonomian bangsa dan punya daya saing dengan negara lain
Pengembangan Batam diharapkan pada industri berteknologi tinggi dan mampu menambah daya saing serta transfer ilmu ke penduduk lokal.
"Di sini tempatnya high tech. Karena itu saya buat jembatan (Jembatan Barelang). Ada lima dan satupun tidak ada yang sama," kata Habibie, Senin (29/4) di Batam.
"Dibuat beberapa jembatan. Yang buat warga negara Indonesia," ujarnya.
"Saya buka pintunya. Kita butuh pertumbuhan ekonomi, pemerataan, pembagian rezeki," sambung Habibie.
Lebih lanjut, Habibie juga mengatakan, Batam harus lebih memperluas jaringan di era globalisasi saat ini.
"Di zaman globalisasi, kita tak bisa sendiri. Sudah jauh-jauh hari sejak 25 tahun kita mulai proyeksi ke arah situ. Dan sekarang Batam sudah lumayan lah," katanya.
Pengembangan pusat dirgantara
Datang ke Batam satu rombongan dengan ayahnya, BJ Habibie, Komisaris PT Regio Aviasi Indonesia (RAI), Ilham Habibie, sekaligus meninjau lokasi lahan, tak jauh dari Bandara Hang Nadim.
Peninjauan lahan tersebut didampingi Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Edy Putra Irawady dan jajarannya.
Lahan seluas kurang lebih 60 hektare itu, rencananya akan dikembangkan untuk pembuatan pesawat R-80.
Produksi pesawat ini, termasuk dalam proyek strategis nasional (PSN) pemerintah.
Pesawat R-80 merupakan rancangan Presiden RI ke-3, BJ Habibie, dan saat ini tengah dikembangkan oleh PT RAI.
"Tadi kita baru lihat tanah. Luasnya sekitar 60-an (hektare)," kata Ilham kepada wartawan, Senin (29/4/2019).
Meski begitu, Ilham belum berani cerita panjang lebar soal kelanjutan rencana pembuatan pesawat R-80 di Batam.
Katanya, masih terlalu dini.
Dia hanya mengatakan, untuk pembuatan pesawat R-80, tentunya dimulai dengan perencanaan terlebih dahulu.
Kemudian membangun pabriknya. Sedangkan untuk pembuatan pesawatnya, Ilham bilang prosesnya masih lama.
"Belum ada gambaran, masih nol besar. Karena kita baru lihat tanah. Baru di situ," ujarnya.
"Bukan karena status lahannya, tapi lebih ke ketersediaan. Lahannya sudah siap. Di tempat lain, nggak gampang dapat lahan. Harus satu-satu beli," kata Ilham.
Tadinya, pembuatan pesawat R-80 akan dikembangkan di daerah Kertajati, Jawa Barat. Namun terkendala soal lahan.
"mudah dapat lahan di sana. Karena masih di tangan masyarakat," ujarnya.
Untuk pembebasan lahan itupun, memakan waktu yang tak sebentar. Ia memberi contoh dengan proyek pembangunan kereta api cepat, Jakarta-Bandung yang direncanakan pemerintah pusat.
Proyek itu belum terlaksana hingga saat ini karena terbentur masalah lahan.
Sementara itu, Direktur Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) Hang Nadim Batam, Suwarso mengatakan, Senin (29/4) siang, BJ Habibie melihat lokasi lahan yang akan dikembangkan membangun pabrik pesawat R-80.
Lahan itu, lanjutnya, diminta oleh PT Ilthabi (Ilham Thareq Habibie). Luas lahan yang ditinjau sekitar 50-70 hektare, dan lokasinya di sebelah MRO Lion Air.
"Ada lahan 50-70 hektare dan beliau sangat berminat," kata Suwarso, Senin malam di Radisson Hotel.
Rencananya dalam waktu dekat, PT Ilthabi akan melakukan MoU dengan BP Batam soal pemanfaatan lahan tersebut.
"Tadi memang baru melihat lahan, tapi beliau sudah konsen mau ambil lahan itu," ujarnya.
Dan rencananya, sekitar 2024 nanti, pabrik pesawat itu akan mulai beroperasi di Batam. Suwarso mengatakan, sebenarnya PT Ilthabi sudah lama berminat membangun pabrik industri dirgantara di Batam. Bahkan sebelum MRO Lion Air.
"MRO Lion itu sekitar 2001, Ilthabi sebelum itu. Tapi Ilthabi belum ada perkembangan, kemudian GMF masuk. Tapi GMF juga belum ada perkembangan," kata Suwarso.
Kini Ilthabi kembali lagi dengan niatan yang sama. Jikapun GMF ingin meneruskan rencananya, menurut Suwarso, lahan yang tersedia di kawasan Bandara Hang Nadim, masih cukup luas untuk kerjasama itu.
Keunggulan Pesawat R-80
Sementara itu, dikutip dari Tribun Jateng, Kelebihan pesawat 'racikan' Habibie dengan teknologi anyar ini adalah memiliki baling-baling yang dapat menentukan antara angin yang dingin dan angin panas yang berasal dari engine atau mesin.
Dalam sambutannya saat peluncuran buku barunya yang berjudul Tak Boleh Lelah dan Kalah, BJ Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia menuangkan pengalaman hidupnya yang terangkum pada buku tersebut.
Salah satunya adalah curahan hati saat PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang selanjutnya berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) harus ditutup pada 2002.
Meski begitu, BJ Habibie menekankan bahwa dirinya akan melanjutkan keberlangsungan PTDI, yang telah mendapatkan momen kebangkitan pada awal 2012 lalu.
"PTDI akan saya lanjutkan dengan produksi pesawat yang lebih canggih dari N250. Saya dengan tim sedang merekayasa sebuah pesawat bernama R-80 yang dalam satu tahun lagi akan kami persiapkan supaya bisa mengudara pada 2017," ujar BJ Habibie di Gedung BI, Jakarta, Selasa (1/4/2014).
Pesawat R-80 ini memiliki makna R dari kata Regional dan 80 adalah jumlah penumpang pesawat tersebut. Kelebihan pesawat 'racikan' Habibie dengan teknologi anyar ini adalah memiliki baling-baling yang dapat menentukan antara angin yang dingin dan angin panas yang berasal dari engine atau mesin.
Gunanya adalah terjadi campuran angin dingin dan angin panas sehingga bisa mendapatkan kecepatan yang lebih tinggi. Campuran angin dingin dan angin panas itu disebut bypass ratio.Semakin tinggi bypass ratio yang dimiliki, energi bahan bakar yang digunakan semakin irit.
"Airbus atau Boeing punya bypass ratio 12, semakin sedikit bypass ratio, maka makin sedikit tingkat efisiensi bahan bakarnya. R-80 memiliki bypass ratio 40, sasarannya kurang lebih 30 persen konsumsi bahan bakarnya lebih irit, lebih efisien," ujar Habibie.
Produksi pesawat terbang R-80 akan dilakukan oleh PT Dirgantara Indonesia. Produksi proyek pesawat ini diharapkan akan mampu mendongkrak nasionalisme rakyat Indonesia, berjalan lancar.
"Saat ini saya sedang mempersiapkan ini bisa terbang tahun 2017. Yang bikin nanti Dirgantara Indonesia," kata Habibie.
Simak video dari akun youtube Newers yang bersumber dari kitabisa.com soal keunggulan Pesawat R-80 Buatan BJ Habibie :
Sumber: Tribunnews