Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono| AKURAT.CO/Avila Dwi Putra

10Berita, Peneliti politik Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik (PSDPP) Dedi Kurnia Syah menilai dorongan sejumlah kader Partai Demokrat untuk gelar Kongres Luar Biasa (KLB) menjadi penanda adanya ketidak-harmonisan di tubuh partai berlambang bintang mercy itu paska Pemilu.
Menurutnya, wacana KLB ini erat kaitannya dengan hasil Pemilu yang menempatkan Demokrat sebagai partai minoritas.
"Setiap parpol pasti lakukan evaluasi hasil Pemilu, dan Demokrat sebagai parpol yang memiliki jejak pemenang ternyata terpuruk di Pemilu 2019. KLB ini sebagai jawaban bahwa kader menyadari SBY tidak lagi miliki taji elektoral'" katanya, di Jakarta (16/6/2019).
Lebih lanjut, dari sisi waktu KLB disuarakan Dedi menerka KLB diharapkan menghasilkan keputusan pemberhentian SBY sebagai ketua umum sebelum Oktober 2019.
"Oktober dijadikan deadline, karena pemerintahan baru dimulai bulan tersebut, artinya Demokrat ingin ada keputusan strategis sebelum itu, dan bisa saja wacana KLB menguat karena ada dua kepentingan yang saling berseberang di tubuh Demokrat. Antara tetap berada di koalisi atau bergabung dengan pemerintah," lanjut Dedi.
Selain sebagai bentuk kekecewaan hasil Pemilu, Dedi memprediksi ada upaya dari penyuara KLB untuk menghentikan langkah politis AHY.
"Aktifitas AHY dalam safari politik sepanjang waktu ini, bisa diterjemahkan sebagai upaya mereplika ketua umum, bagi kader potensial hal demikian tidak menguntungkan, sehingga KLB dikemukakan agar proses regenerasi berjalan jauh sebelum AHY benar-benar menguasai Demokrat," terangnya.
"Jika KLB berhasil digelar dan SBY harus tunduk keputusan KLB dengan tidak lagi memimpin Demokrat, ada harapan AHY kehilangan posisi strategis, karena sangat kecil kemungkinan AHY berhasil ambil alih posisi Ketum dari proses KLB yang terbuka," tutup Dedi.
Sebelumnya, senior Partai Demokrat yang tergabung dalam Gerakan Moral Penyelamatan Partai Demokrat (GMPPD) mendorong DPP Partai Demokrat menggelar Kongres Luar Biasa paling lambat pada 9 September 2019.
Politisi senior Demokrat yang tergabung dalam gerakan ini, antara lain Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Max Sopacua, pendiri Demokrat Ahmad Mubarok, dan tokoh senior lain seperti Ahmad Jaya dan Ishak.
Mereka mendesak DPP Partai Demokratmenggelar KLB sebagai forum tertinggi untuk memilih ketua umum dan pengurus baru karena dinilai perolehan suara Demokrat di Pemilu 2019 anjlok.
Perolehan suara Demokrat pada Pemilu 2014 mencapai 10,9 persen lalu turun menjadi 7,7 persen di Pemilu 2019.[]s
Sumber;