Perang Salib dan 8 Periodenya dalam Catatan Sejarah
10Berita, Kebanyakan orang tahu tentang Perang Salib, tetapi sedikit yang tahu tentang sebab dan akibat dari perang itu. Terdapat delapan perang salib utama, walau ada perang salib tambahan setelahnya yang jauh lebih kecil dan tidak banyak berpengaruh dalam sejarah.
Perang Salib merupakan salah satu perang paling dikenal sepanjang sejarah. Perang ini tak hanya ditujukan untuk memperebutkan kota suci, Yerusalem, namun secara tersirat dianggap sebagai perang suci antara dua agama besar, yaitu Islam dan Kristen. Berikut 8 periode perang salib dalam catatan sejarah dan penjelasannya.
Awal mula terjadinya Perang Salib
Terjadinya Perang Salib antara Timur-Islam melawan Barat-Kristen disebabkan oleh banyak faktor utama, seperti agama, politik, dan sosial ekomomi. Semua bermula pada tahun 1070, ketika Yerusalem diambil oleh bani Saljuk dari Turki, dan pada 1071 Diogenes, kaisar Yunani, dikalahkan dan ditawan di Mantzikert.
Asia Kecil dan seluruh Suriah menjadi milik bani Saljuk. Antiokhia menyerah pada tahun 1084, dan pada tahun 1092 tidak ada satu pun kota besar di Asia yang dikuasai oleh Kristen.
Hal ini diperparah dengan aturan dari bani Saljuk yang membatasi dan memperketat ziarah umat Kristen ke Yerusalem. Hal ini mendorong umat Kristen untuk mendapatkan kebebasannya kembali dengan berusaha merebut Yerusalem dari tangan kaum Muslim.
Pada tahun 1095, Kaisar Alexius Komnenus meminta Paus Urbanus II untuk mengobarkan semangat perang salib kepada umat Kristen di Eropa. Untuk menyatukan kekuatan, ia menyerukan peperangan dengan tujuan menundukkan gereja-gereja di Timur yang dikuasai oleh umat Islam.
1. Perang Salib Pertama (1095-1101)
Pada bulan Maret 1095 di Konsili Piacenza, duta besar yang dikirim oleh kaisar Bizantium, Alexius Komnenus (Alexius I), meminta bantuan untuk mempertahankan kerajaannya melawan Turki Seljuk. Sedangkan di Konsili Clermont, Paus Urbanus II meminta seluruh umat Kristen untuk bergabung dalam perang melawan Turki Seljuk.
Paus Urbanus II memberikan jaminan kepada siapa pun yang ikut serta dan mati saat perang salib, bahwa mereka akan masuk surga walaupun mempunyai banyak dosa pada masa lalunya.
Setelah turun ke medan perang, tentara salib berhasil mengalahkan dua pasukan besar Turki di Dorylaeum dan di Antiokhia. Mereka akhirnya berbaris ke Yerusalem dengan sebagian kecil pasukan yang tersisa. Pada 1099, mereka berhasil merebut Yerusalem dan menciptakan negara-negara tentara salib kecil yang menjadi bagian dari Kerajaan Yerusalem.
2. Perang Salib Kedua (1145-1150)
Setelah masa damai, di mana umat Kristen dan Muslim hidup berdampingan di Tanah Suci Yerusalem, tentara Islam yang dipimpin oleh Imad ad-Din Zengi merebut Aleppo dan Edessa.
Kekalahan-kekalahan ini menyebabkan Paus Eugenius III menyerukan perang salib lainnya pada tanggal 1 Maret 1145. Perang salib baru ini didukung oleh berbagai pengkhotbah, yang paling terkenal adalah Bernardus dari Clairvaux.
Tentara Prancis dan Jerman, di bawah pimpinan Raja Louis VII dan Konrad III, berbaris ke Yerusalem pada tahun 1147 tetapi gagal mencapai keberhasilan besar. Pada 1150, kedua pemimpin besar itu kembali ke negaranya dengan tangan kosong.
3. Perang Salib Ketiga (1188-1192)
Pada tahun 1187 Salahuddin Al Ayyubi (Saladin) berhasil merebut Yerusalem setelah meraih kemenangan atas pasukan salib di Pertempuran Hattin.
Paus Gregorius VIII pun menyerukan perang salib ketiga, yang langsung disambut oleh Raja Richard I dari Inggris (Richard the Lionheart), Kaisar Romawi Suci Frederick I dan Raja Philip II dari Perancis.
Tentara salib berhasil mengalahkan kaum Muslim di dekat Arsuf, dan berhasil mendekat ke Yerusalem. Namun, karena persediaan makanan dan air yang tidak memadai, perang salib ketiga berakhir dengan kegagalan pasukan Kristen untuk merebut Yerusalem.
Richard pun meninggalkan perang salib setelah mengadakan gencatan senjata dengan Salahuddin. Perang Salib ini terkadang disebut sebagai Perang Salib Raja. Paus Gregorius VIII mati sebelum melihat akhir dari perang salib ini.
4. Perang Salib Keempat (1202-1204)
Perang Salib Keempat dimulai pada tahun 1202 oleh Paus Innosensius III, dengan maksud untuk menginvasi Tanah Suci melalui Mesir. Perang ini juga menjadi kendaraan bagi ambisi politik Doge Enrico Dandolo dari Venesia untuk memperluas kekuasaan Venesia di Timur Dekat dan melepaskan diri dari Bizantium.
Tentara Salib pun membuat kontrak dengannya, namun tidak memiliki dana untuk membayar armada dan ketentuan yang telah mereka kontrak. Dandolo pun meminta mereka untuk mengalihkan perang salib ke Bizantium, dengan kota Zara sebagai jaminan awalnya.
Paus Innosensius III yang terkejut karena peristiwa itu, langsung mengekskomunikasi mereka semua. Walau begitu, mereka kembali melakukan pengepungan pada bulan April 1204. Kali ini Konstantinopel berhasil dijarah, gereja-gereja dirampok, dan banyak penduduk yang dibunuh.
Para tentara salib membagi kekaisaran ini menjadi berbagai fief Latin dan koloni Venesia. Perang Salib Keempat berakhir setelah Bizantium terbagi menjadi dua bagian besar.
5. Perang Salib Kelima (1217)
Melalui prosesi, doa, dan khotbah, Gereja berusaha untuk kembali mengadakan perang salib. Pada tahun 1215, Dewan Keempat Lateran merumuskan sebuah rencana untuk pemulihan Tanah Suci.
Pada fase pertama, pasukan perang salib dari Hongaria, Austria bergabung dengan pasukan raja Yerusalem dan pangeran Antiokhia untuk merebut kembali Yerusalem di tahun 1217.
Pada fase kedua, pasukan perang salib mencapai prestasi luar biasa setelah berhasil mengepung Damietta di Mesir pada tahun 1219. Namun di bawah desakan seorang legatus kepausan, Pelagius, mereka melanjutkan serangan bodoh ke Kairo, dan blokade pasukan Sultan Ayyubiyyah Al-Kamil memaksa mereka untuk menyerah dan mengadakan gencatan senjata.
6. Perang Salib Keenam (1228-1229, 1239)
Setelah berulang kali melanggar sumpahnya dalam perang salib, Kaisar Friedrich II diekskomunikasi oleh Paus Gregorius IX pada tahun 1228. Namun ia berlayar dari Brindisi, mendarat di Palestina, dan melalui diplomasi ia mencapai kesuksesan yang tak terduga. Al-Kamil memberikan Yerusalem, Nazareth, dan Betlehem kepada tentara salib dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Sebagai imbalannya, Friedrich berjanji untuk melindungi Al-Kamil dari semua musuh, sekalipun mereka umat Kristen. Setelah masa tenang ini, Perang Salib Para Baron pun terjadi.
Perang ini adalahi suatu upaya oleh Raja Thibaut I dari Navarre pada tahun 1239 dan 1240, yang berawal dari panggilan Paus Gregorius IX untuk kembali menghimpun tentara salib pada bulan Juli 1239 setelah gencatan senjata berakhir.
Selain Thibaut, Peter dari Dreux, Hugues IV dari Bourgogne dan bangsawan Prancis lainnya juga ikut berpartisipasi di dalamnya. Mereka tiba di Akko pada bulan September 1239.
Setelah kekalahan pada bulan November di Gaza, Thibaut mengatur dua perjanjian, satu perjanjian dengan kaum Ayyubiyyah dari Damaskus dan perjanjian lainnya dengan kaum Ayyubiyyah dari Mesir. Perjanjian ini membuat sebagian bangsawan tidak senang, dan Thibaut kembali ke Eropa setelahnya.
7. Perang Salib Ketujuh (1249-1254)
Kepentingan kepausan yang diwakili oleh templar (ksatria salib) membawa konflik dengan Mesir pada 1243. Pada tahun berikutnya, pasukan Khwarezm yang dipanggil oleh anak Al-Kamil, Al-Adil, menyerbu Yerusalem.
Tentara salib, dengan gabungan kaum Franka dan tentara bayaran Badui tetap kalah telak oleh pasukan Baibars dari suku Khwarezmian dalam kurun waktu empat puluh delapan jam.
Pertempuran ini dianggap oleh banyak sejarawan sebagai lonceng kematian bagi negara-negara Kristen. Sebagai bagian dari Perang Salib ini, Louis IX dari Prancis tetap mengorganisasi perang salib melawan Mesir hingga 1254.
8. Perang Salib Kedelapan (1270)
Perang Salib kedelapan diorganisasi oleh Louis IX pada tahun 1270, yang berlayar dari Aigues-Mortes untuk membantu sisa-sisa negara-negara tentara salib di Suriah.
Namun, perang salib tersebut malah dialihkan ke Tunis, tempat Louis menghabiskan dua bulan terakhirnya sebelum mati. Atas usahanya, Louis kemudian menjadi seorang Santo (kota St. Louis, Missouri, AS dinamai untuknya). Perang Salib ini terkadang dipecah menjadi perang salib kedelapan dan kesembilan.
Hasil dari perang salib ini adalah hilangnya kekuasaan Kristen di Suriah, meskipun umat Kristen diizinkan untuk hidup damai di wilayah tersebut.
Nah, itu tadi 8 periode perang salib dan penjelasannya. Perang Salib memiliki pengaruh besar pada Abad Pertengahan Eropa, terutama persentuhan antara umat Islam dan Kristen di berbagai bidang pengetahuan seperti sains, kedokteran, dan arsitektur.
Sumber: UCnews