OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 08 Juni 2019

Pro: AHY "Gelandangan Politik"

Pro: AHY "Gelandangan Politik"




 Oleh Iskandar Yusuf

10Berita - Anda begitu terjun ke dunia politik telah "memproklamirkan" betapa Anda sedang "di klonning" oleh Ayah Anda SBY untuk tidak jujur pada pilihan hati sendiri

Mengapa Saya katakan Anda sedang di klonning !?

Anda sebenarnya ingin mengikuti karier militer gagah dari kakek Anda, almarhum Letjen purnawirawan Sarwo Edi

Nama dan kharismatik kakek Anda bukan saja "ruh spirit" bagi Pasukan Elite Kopassus, tapi juga bagi rakyat Indonesia yang anti komunis

Ini dapat dilihat, setamat SMP, Anda masuk sekolah unggulan SMU Nusantara, sekolah untuk "akses" ke Akademi Militer Nasional

Karier militer cukup bagus, dalam usia relatif muda pangkat Mayor bertengger di pundak Anda

Namun, ambisi kekuasaan yang menguasai kedagingan ayah Anda, ditumpukan kepada Anda

AHY ini politik, politik di Indonesia ini kejam, bisa menelanjangi aib kandidat politikus

Ingat, keluarga isteri Anda punya "aib" di republik ini

Isteri Anda adalah anak dari "residivis" koruptor Aulia Pohan, ini akan jadi trade mark viral bila langkah politik Anda terlalu jauh melangkah

Sikap yang dipertonton oleh ayah Anda, SBY, sebagai ketua umum partai Demokrat sudah dalam raport penilaian masyarakat Indonesia 

Ayah Anda sudah "menelanjangi" dirinya sebagai orang yang tidak konsisten, kalau tidak mau Saya katakan, "pengkhianat"

Anda mungkin berdalih pada teori Aristoteles, seorang filsuf Yunani murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung, "..tidak ada kawan maupun lawan yang abadi untuk meraih kekuasaan politik.."

Saya bisa membenarkan teori Aristoteles, tapi teori tersebut tidak mengajarkan berpolitik itu harus mewujudkan diri jadi seorang munafik

Makna teori Aristoteles itu, mengajarkan "seni" meraih kekuasaan politik itu bermanuver

Simplenya, Anda bisa lihat sikap dan keputusan Yusril Ihza Mahendra, membawa gerbong PBB secara terbuka keluar dari barisan Koalisi Prabowo-Sandiaga

Tindakkan Yusril itu adalah "manuver" politik

Berpolitik itu kita harus wajib belajar sekaligus memahami "etika berpolitik" 

Seorang "diktator besar" sekelas Adolf Hitler pun menerapkan "etika berpolitik" ketubuh partai Nazi-nya, yaitu, "etika moral" dan "etika kesetiaan"

Bila anggota partai atau koalisinya melanggar kedua etika tersebut, Hitler dengan cerutu menyala dibibir, menembak kepala Si Pengkhianat tersebut

Saya melihat, Anda dan ayah Anda, SBY, telah melanggar kedua etika tersebut

Etika Moral yang telah Anda langgar, dimana Anda tidak diarahkan oleh ayah Anda, SBY, berhalal bi halal ke Prabowo yang didukung oleh partai Demokrat, partai "milik-nya" ayah Anda 

Etika Kesetiaan, sudah terlebih dahulu Anda langgar bersama ayah Anda

Disaat kubu Prabowo-Sandiaga berjuang ke MK, Anda dan Ayah Anda, SBY, tidak memberi sedikit pun respon support sebagai bagian dari partai koalisi

Ironinya, malah ayah Anda, SBY, "menyodorkan" diri Anda untuk menemui paslon capres 01 Jokowi, "seteru" dari kubu paslon capres 02 Prabowo

Inilah yang disebut, pengkhianat politik 

Anda, ayah Anda, SBY, serta Ibas, bersyukurlah, karena Prabowo Subianto bukan Adolf Hitler

Kedatangan Anda dengan "cover" halal bi halal ke Jokowi dan Megawati, mudah ditebak, ini "misi" mencari simpati politik belaka

Saat ini tidak bisa ditampik Megawati "pegang peranan" kekuasaan politik di Indonesia

Tapi, apakah Anda tidak memprediksi untuk 5 tahun kedepan !?

Apakah Megawati akan kuat pada 2024 !?

Untuk tahun 2024 politik Megawati "finish" karena faktor uzur, begitu pun ayah Anda

Bila Megawati dan SBY "dimakan" uzur, maka partai PDIP runtuh, karena Puan Maharani tidak lebih hanya sekedar "penghias" etalase PDIP 

Termasuk partai Demokrat pasti ambruk, karena kondisi Anda tidak bedanya dengan Puan Maharani, penghias etalase partai Demokrat

Anda tidak bisa lagi minta nafas ke rakyat, karena rakyat punya "raport" atas kelakuan ayah Anda

Saya tidak berharap, tapi Saya punya prediksi, di tahun 2024, Anda akan jadi "gelandangan politik" karena tidak memiliki partai

Partai lain pun akan berpikir 77 kali merekrut Anda, sebab buah jatuh tidak pernah jauh dari pohonnya

Belief or not, up to you, deh..
#iskandaryusuf

sumber: teropongsenayan