10Berita, Hari itu amat menegangkan. Sejak siang aku dan beberapa orang teman antri di kursi panjang depan ruang sidang. Menunggu giliran tes presentasi Tugas Akhir. Dalam hati aku berhitung, hasilnya kurang enak dan mengkhawatirkan. Pasalnya urutanku di posisi terakhir. Dan kemungkinan besar saat giliranku tiba berbarengan dengan waktunya sholat Maghrib.
Perhitunganku benar, tepat ketika azan berkumandang namaku disebut. Jantungku berdetak kencang. Asisten dosen sampai memanggil namaku dua kali. "Loh kok bengong, jadi maju tes gak?!" Tanyanya karena melihat wajahku yang kebingungan.
Aku pun memohon izin untuk sholat Maghrib lebih dulu. "Duh yang benar saja. Kamu itu yg terakhir. Nyuruh dosen nungguin kamu gitu? Mereka sudah capek nguji dari siang." Balas asisten dosen keberatan mengabulkan permohonanku.
"Ya sudah. Ikut semester depan aja. Gitu aja repot. Kami juga sudah capek. Yuk pulang! " Celetuk seorang dosen dari dalam.
Aku tanpa pikir nyerobot masuk ke ruangan dan meminta maaf langsung kepada 4 orang dosen penguji. "OK ok. Sholatlah sana. Itu pilihan. Sampai jumpai di semester depan." Kata seorang dosen dengan nada santai.
Aku mantap dengan keyakinan bahwa Tuhan yang paling utama di atas segala kepentingan. Aku rela gagal di tes tugas akhir ini. Sehingga aku izin pamit dan bersegera ke Musholla.
Jujur ada sedikit rasa sedih. Mengenang perjuangan selama mengerjakan tugas akhir dan biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Seketika terbayang wajah kedua orang tuaku yang sudah susah payah membiayai kuliah. Itu yang membuat aku sedih. Tapi lagi-lagi aku berusaha menguatkan iman. Mempercepat langkah ke Musholla.
Setelah sholat aku melihat ada ketua jurusan yang juga bertugas jadi penguji Tugas Akhir. Tak berani aku menyapa. Mencoba sebisa mungkin menghindari kontak mata. Tapi jauh dari dalam hati aku bersyukur masih ada dosenku yang sholat berjamaah.
Saat memasang tali sepatu aku kaget ada yang menepuk pundak dan berbisik. "Habis ini segera ke ruang sidang. Kami tunggu." Suara yang amat aku kenal. Itu pak ketua jurusan. Aku terharu dan mengucap banyak terima kasih padanya.
Sumber Ilustrasi: tribunnews.com
Setiba di ruang sidang aku bergegas menancapkan flash disk, mau mengcopy file presentasi ke laptop yang disediakan.
Namun saat proses copy file berlangsung aku kaget bukan kepalang, para dosen berdiri dan riuh bertepuk tangan lantas menyalami aku sambil mengucapkan 'selamat'. Aku bingung, situasi yang seperti dalam mimpi. Aku tak paham.
"Gak perlu presentasi. Kami sudah baca buku Tugas Akhirmu. Mantaf! Dan yang terpenting kami ini sudah puluhan tahun jadi penguji Tugas Akhir. Baru kali ini nemu mahasiswa yang rela gak ikut ujian demi memenuhi panggilan Tuhan. Kamu bahkan layak mendapat nilai lebih dari A!" Ucap ketua jurusan dengan nada tegas.
Aku sujud syukur. Tak mampu menahan embun hangat yang bergelayut di kelopak mata. Betapa Tuhan sudah menunjukkan kuasa-Nya. Aku tinggalkan urusan dunia demi beribadah pada-Nya, Tuhan malah memberikanku keduanya.
Allah Maha Besar!
Sumber Referensi: Terinspirasi dari kejadian nyata yang pernah penulis alami.
Sumber Lainnya: hidayatullah.com