OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 05 September 2019

PILUNYA MENJADI PENDUKUNG SETIA JOKOWI...

PILUNYA MENJADI PENDUKUNG SETIA JOKOWI...



10Berita,PILUNYA MENJADI PENDUKUNG SETIA JOKOWI...

Saat KPU memutuskan Jokowi memenangkan pemilu 2019, dan MK menguatkan putusan KPU. Maka saat itu juga pendukung Prabowo sudah bersiap menyambut segala penderitaan yang akan terjadi di kala ia tampil kembali.

Bicara kesiapan, sebagai pendukung Prabowo saya sudah berbicara heart to heart dengan istri di rumah.

"Prabowo kalah, jadi kita harus bersiap dalam 5 tahun ke depan. Harus berhemat, tahan selera dan keinginan untuk memiliki sesuatu atau berliburan. Fokus aja untuk biaya sekolah anak dan penunjangnya. Semoga kita selalu diberi kesehatan ke depan..."

Sudah ada bayangan, bahwa keadaan esok gak akan lebih baik dari saat ini. Jika saat ini sudah berdarah, maka esok bukan darah lagi yang muncul. Ada nanah di sela luka yang masih basah.

Setelah putusan KPU, rupanya sosok Jokowi gak menunggu lama untuk segera kembali membuat kebijakan yang memberatkan publik. Ini sebelumnya udah diprediksi, kalau ia bakalan lebih tega lagi membuat kebijakan berat bagi masyarakat.

Jika periode pertama ia masih lakukan test the water. Lempar wacana, ketika ada keributan di publik mengenai wacana itu, ia lalu tarik wacana dan mengatakan tidak benar hal itu akan di lakukan, dan berita yang beredar bisa di katakan dan di tuduh Hoax.

Dari pola test the water, ia ingin tampil menjadi sosok penyelamat yang anulir segala wacana yang di rasa memberatkan publik dan jadi kehebohan. Lalu media, tinggal mengulas bahwa sosok dirinya lah yang membatalkan wacana itu untuk di lakukan. Ada pemujaan pada dirinya, demi dukungan di pemilihan berikutnya.

Sekarang...

Jangan harap pola test the water akan ada lagi. Saat ini, wacana di lempar dan langsung di godok tanpa memikirkan apa komentar publik atas hal itu.

Suka gak suka, gue tetep presiden sekarang dan esok..

Di mulai dari pemberitaan defisit BPJS yang semakin intens di bahas. Dan seperti yang kita duga, mengatasi defisit ini hanya dengan memeras pendapatan rakyat. Menaikkan iurannya 100% adalah jalan yang sudah di umumkan oleh pemerintah. Kenaikan 100% adalah rekor kenaikan BPJS kesehatan yang paling besar.

2 tahun lalu, pernah naik juga. Namun tidak bagi kelas III, hanya untuk kelas II dan I saja. Kenaikannya pun gak 💯%. Tipis kenaikan untuk atasi defisit di kala tahun berjalan.

Sekarang, sudah kita liat bukan? Rekor MURI tercipta dan saya yakin rekor ini gak akan bisa di kalahkan pemimpin esok setelah dia.

Setelah BPJS, mulai TDL menjadi incaran. Matinya aliran listrik wilayah Jawa beberapa waktu lalu, menjadikan hal itu sebagai alasan untuk menaikkan TDL. Gak tanggung2, pemakai daya 900 VA gak bakalan kena subsidi lagi.

Mereka beralasan, pemakai daya sebesar itu adalah orang yang mampu. Ya kita bawa ketawa aja. Kalau pemakai daya 450 VA yang hanya dapat subsidi, maka kategori itu adalah rumah di desa atau hanya rumah kontrakan 1 kamar dengan ruangan 3x4 saja.

Masalahnya, kebijakan drastis ini gak memandang perbaikan ekonomi di masyarakat, di tengah luka mereka. Sekarang timbul beban baru dengan kenaikan iuran BPJS dan PLN. Jika pemerintah punya tanggung jawab, maka fokus menaikkan perekonomian dulu yang di kejar.

Jika keadaan ekonomi masyarakat sudah stabil, berapapun kenaikan tarif BPJS dan TDL, gak akan jadi persoalan.

"Pertanyaannya, kapan ekonomi kita meroket seperti yang di janjikan?"

Sebagai pendukung Prabowo, saya sudah siap hadapi ini. Sudah terbayang bagaimana esok kesusahan di depan setelah ia kembali memimpin.

Lalu bagaimana dengan pendukung Jokowi?

Mereka adalah orang yang sebenarnya tidak siap dengan segala perubahan drastis kebijakan yang menaikkan kewajiban mereka. Bukan hanya satu orang yang mengeluh, sudah banyak yang terang2an mengungkapkan kekecewaan atas kenaikan iuran BPJS dan TDL.

Kayanya, sudah gak malu lagi mereka berteriak di sosial media dengan mengatasnamakan pendukung setia namun tersakiti atas kebijakan raja yang di puji. Soal bully dari pendukung Prabowo yang mengatakan mereka adalah pendukung yang bodoh dan terlambat menyadari, sudah gak di pikirin lagi.

Yang ada, segala sesak di dada harus di tumpahkan dan di suarakan. Sudah gak bisa lagi berpura-pura menghadapi persoalan hidup saat ini. Persetan dengan bully yang akan mereka dapatkan, yang jelas mereka kecewa dan merasa di khianati atas suara yang di berikan.

Apakah Jokowi perduli?

Gak akan perduli. Sekeras apapun penolakan rakyat, kebijakan itu tetap akan di jalankan.

With u or without u...

Tinggal lah pendukung setia yang kecewa dan memandang nestapa. Tidak menduga, bahwa orang yang mereka banggakan justru membuat hidup mereka makin menderita. Di saat penghasilan berkurang, justru beban malah di lipat gandakan.

Mereka gak siap, maka mereka secara tidak sadar berteriak gusar. Sebagai pendukung Prabowo, saya menikmati kekecewaan mereka. Saya menikmati kebodohan yang telah mereka pertontonkan selama ini.

"Orang bodoh dekat dengan kemiskinan. Orang bodoh, akan mudah di manfaatkan. Orang bodoh, adalah jalan kesuksesan bagi penunggangnya"

Dan mereka sudah menyadari bahwa selama ini, mereka adalah objeknya. Mereka adalah anak tangga kekuasaan yang di dapat pemerintahan saat ini, untuk melangkah terus sambil memijak kepala mereka.

Berikan tepuk tangan pada pendukung Jokowi. Ucapkan terima kasih atas kebodohan yang sudah mereka banggakan. Kata MAMPUS, kayaknya terlalu sopan bagi mereka.

Mampus dan terhinalah kalian. Karena kalian, derita ini terus berjalan.

Esok, saat kita bisa lewati fase ini. Kelak, Akan ada cerita bagi anak cucu kita. Bahwa kalian, telah berjasa merusak negara ini.

Perlu di bangun tugu kebodohan di tengah negara ini sebagai peringatan, bahwa kebodohan adalah musuh kita bersama. Harus kita basmi bersama, harus kita musnahkan bersama.

Menangis lah kalian..
Meraunglah..

Karena hanya itu yang bisa kalian lakukan saat ini.

By Setiawan Budi [fb]