Bukti Inilah Yang Dicari Pendeta Yahudi Pada Nabi Muhammad, Ternyata
Umumnya kebenaran adalah sesuatu yang tidak mudah kita terima begitu saja, meski ada pula sebagian orang yang diberikan hidayah untuk mudah menerima kebenaran tersebut.
Referensi pihak ketiga
Dahulu, Nabi Muhammad Sholallahu 'alaihi wasallam pernah mengambil pinjaman kepada salah satu pendeta pemuka Yahudi untuk membantu orang lain di kota beliau, dan berjanji untuk mengembalikan pinjaman tersebut pada tanggal tertentu.
Namun, sebelum tanggal jatuh tempo, si pendeta Yahudi ini sudah mendatangi Nabi yang saat itu sedang bersama sahabat-sahabat beliau shollallahu 'alaihi wasallam. Ia langsung mendekati Nabi dan mencengkeram baju dan jubahnya, dan berkata keras, “Wahai Muhammad! Kenapa kamu tidak melunasi hutang padaku? Demi Allah, aku tidak tahu apa-apa tentang keluargamu kecuali penangguhan atas hutang. Aku tahu betul bangsamu.”
Melihat perlakuan kasar itu, Umar segera berdiri dengan marah, dan hampir memukul si pendeta Yahudi itu.
Zaid bin Su`nah adalah salah satu pemuka agama Yahudi yang sangat terkenal di Madinah dan hidup pada zaman Nabi. Namun dengan tennag dan lembut Nabi menahan kemarahan Umar dan justru berkata, “Wahai Umar! Kita tidak membutuhkan ini. Aku lebih membutuhkan bantuanmu untuk melunasi pinjaman kepadanya dengan baik, dan bantuanmu untuk menghadapinya dengan sopan. Pergilah bersamanya, wahai Umar, lunasi pinjamanku kepadanya, dan beri dia dua puluh tambahan saa` (sekitar 44 kilogram) kurma karena engkau sudah membuatnya takut. ”
Karena taat kepada Rasulullah, Umar pun pergi bersama Yahudi itu untuk menunaikan haknya berdasarkan perintah Rasulullah. Dalam perjalanan si yahudi berkata, “Apakah engkau mengenal aku, Umar?”
“Tidak,” kata Umar.
“Aku Zaid ibn Su`nah.” Jawab Yahudi tersebut.
“Pemuka agama orang Yahudi?” tanya Umar lagi.
“Ya.”
“Lalu apa yang membuatmu bertingkah laku dan berbicara kepada Rasulullah seperti itu?” tanya Umar.
Jawaban si pendeta Yahudi itu ternyata cukup menakjubkan, “Wahai Umar!” Aku mengenali semua tanda kenabian saat melihat wajah Muhammad kecuali dua tanda yang tidak terlihat. Satu, bahwa kesabarannya akan mendahului kebenciannya, dan bahwa kesabarannya akan meningkat saat menghadapi kebencian yang berlebihan. Sekarang aku telah mengenali dua tanda ini juga. Saksikanlah, wahai Umar! Aku menyatakan bahwa Allah sebagai Tuhanku, dan Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabiku. Saksikan juga bahwa aku memberikan setengah dari kekayaanku—dan aku memiliki banyak kekayaan—untuk umat Muhammad.”
Umar dan Zaid kemudian kembali ke Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam dan Zaid mengumumkan keislamannya.
Masyaa Allah.
Sumber Referensi:
jalansirah.com/zaid-ibn-sunah-pada-nabi-wahai-muhammad-kenapa-kau-tidak-melunasi-hutangmu-padaku.html
Umumnya kebenaran adalah sesuatu yang tidak mudah kita terima begitu saja, meski ada pula sebagian orang yang diberikan hidayah untuk mudah menerima kebenaran tersebut.
Referensi pihak ketiga
Dahulu, Nabi Muhammad Sholallahu 'alaihi wasallam pernah mengambil pinjaman kepada salah satu pendeta pemuka Yahudi untuk membantu orang lain di kota beliau, dan berjanji untuk mengembalikan pinjaman tersebut pada tanggal tertentu.
Namun, sebelum tanggal jatuh tempo, si pendeta Yahudi ini sudah mendatangi Nabi yang saat itu sedang bersama sahabat-sahabat beliau shollallahu 'alaihi wasallam. Ia langsung mendekati Nabi dan mencengkeram baju dan jubahnya, dan berkata keras, “Wahai Muhammad! Kenapa kamu tidak melunasi hutang padaku? Demi Allah, aku tidak tahu apa-apa tentang keluargamu kecuali penangguhan atas hutang. Aku tahu betul bangsamu.”
Melihat perlakuan kasar itu, Umar segera berdiri dengan marah, dan hampir memukul si pendeta Yahudi itu.
Zaid bin Su`nah adalah salah satu pemuka agama Yahudi yang sangat terkenal di Madinah dan hidup pada zaman Nabi. Namun dengan tennag dan lembut Nabi menahan kemarahan Umar dan justru berkata, “Wahai Umar! Kita tidak membutuhkan ini. Aku lebih membutuhkan bantuanmu untuk melunasi pinjaman kepadanya dengan baik, dan bantuanmu untuk menghadapinya dengan sopan. Pergilah bersamanya, wahai Umar, lunasi pinjamanku kepadanya, dan beri dia dua puluh tambahan saa` (sekitar 44 kilogram) kurma karena engkau sudah membuatnya takut. ”
Karena taat kepada Rasulullah, Umar pun pergi bersama Yahudi itu untuk menunaikan haknya berdasarkan perintah Rasulullah. Dalam perjalanan si yahudi berkata, “Apakah engkau mengenal aku, Umar?”
“Tidak,” kata Umar.
“Aku Zaid ibn Su`nah.” Jawab Yahudi tersebut.
“Pemuka agama orang Yahudi?” tanya Umar lagi.
“Ya.”
“Lalu apa yang membuatmu bertingkah laku dan berbicara kepada Rasulullah seperti itu?” tanya Umar.
Jawaban si pendeta Yahudi itu ternyata cukup menakjubkan, “Wahai Umar!” Aku mengenali semua tanda kenabian saat melihat wajah Muhammad kecuali dua tanda yang tidak terlihat. Satu, bahwa kesabarannya akan mendahului kebenciannya, dan bahwa kesabarannya akan meningkat saat menghadapi kebencian yang berlebihan. Sekarang aku telah mengenali dua tanda ini juga. Saksikanlah, wahai Umar! Aku menyatakan bahwa Allah sebagai Tuhanku, dan Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabiku. Saksikan juga bahwa aku memberikan setengah dari kekayaanku—dan aku memiliki banyak kekayaan—untuk umat Muhammad.”
Umar dan Zaid kemudian kembali ke Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam dan Zaid mengumumkan keislamannya.
Masyaa Allah.
Sumber Referensi:
jalansirah.com/zaid-ibn-sunah-pada-nabi-wahai-muhammad-kenapa-kau-tidak-melunasi-hutangmu-padaku.html