OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 03 November 2019

PKS soal Celana Cingkrang: Gaya Gaul Anak Sekarang, Menag Enggak Paham

PKS soal Celana Cingkrang: Gaya Gaul Anak Sekarang, Menag Enggak Paham

10Berita – Pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi soal penggunaan celana cingkrang bagi ASN menuai kontroversi. Juru Bicara PKS, Ahmad Fathul Bari, menyinggung celana cingkrang itu justru kini menjadi tren fesyen anak muda.
“Mungkin celana cingkrang sekarang bukan diidentikkan dengan orang-orang yang punya pilihan agama sendiri, pilihan-pilihan perbedaan itu. Bahkan jadi gaya gaul anak sekarang juga dan menteri agama enggak tahu karena mungkin beliau orang tua bisa jadi enggak paham bahwa gaya anak sekarang pakai celana ada yang cingkrang,” kata Fathul di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (2/11).

Dia menyarankan Menag Fachrul Razi menyentuh hal substantif untuk mengatasi radikalisme, ketimbang menyoroti celana cingkrang dan cadar.
“Mengatasi radikalisme menurut saya sebaiknya lebih menyentuh hal substantif dibanding hal simbolik yang menurut saya nanti, mungkin akan berbenturan dengan kondisi masyarakat yang ada. Celana cingkrang atau jenggot dan sebagainya mungkin dalam Islam banyak khilafiyahnya, banyak perbedaannya,” tambahnya.
Untuk itu, Fathul menuturkan, sebaiknya rencana untuk mengkaji celana cingkrang dan cadar lebih didasari dengan hal substantif. Jika itu terjadi, kata dia, PKS akan mendukung pemerintah mengatasi radikalisme.
“Kalau itu dilakukan kita pasti akan mendukung, tapi kan kemarin first impressionnya menurut kami cukup buruk, dengan akhirnya melihat hal itu sebagai suatu hal yang diidentikkan dengan ciri-ciri orang yang radikal. Itu harus jadi catatan juga bagi menag di awal masa kepemimpinannya,” ucap dia.
Fathul meminta pemerintah tak terjebak simbol tertentu untuk mengatasi radikalisme. Sebaiknya, kata dia, pemerintah juga melibatkan masyarkat untuk mengatasi radikalisme.
“Semua pihak tentu harus dilibatkan, baik dari kalangan agamawan atau pun juga kalangan akademisi, dan juga kalangan yang lain yang menjadi stakeholder dari masyarakat itu sendiri,” tutupnya. [kp]


Sumber: Eramuslim