Basis Emansipatoris 212

Oleh: Ale Thalib ( Aktivis Politik)
10Berita - Seperti yang banya orang ketahui, dalam hakikatnya, Islam tidak berhenti hanya pada urusan akhirat tetapi juga pada urusan duniawi yang dimana kedua urusan itu terjaga relevansinya. Akan tetapi, selain terjaganya relevansi kedua urusan tersebut, Islam juga menyatukan historisitas dan kontemporerisitas ke dalam satu pihak secara dinamis.
Artinya Islam sangat memperhatikan evolusi sosial dan dinamika sosial sebagai aspek normatif dalam menciptakan peluang penyamarataan manusia (egalitarianisme) dan keadilan seperti halnya segmentasi terbentuknya gerakan 212, yakni menyuarakan/mengupayakan keadilan.
Gugatan 212 dapat dikatakan sebagai konfigurasi keadilan yang dimana dapat dimaknai sebagai kontroversi ditengah-tengah hegemoni kekuasaan dan sekaligus mematahkan dominasi oligarkis. Meskipun tidak optimal sebagai pejuang keadilan, 212 dapat dijadikan sebagai simbol pergerakan yang mengawal keadilan di Republik Indonesia.
Agar menjadi suatu pergerakan yang optimal dalam menjaga keadilan, tentunya 212 harus objektif dalam membaca peta evolusioner sebagai determinansi dalam mendorong keberlangsungan evolusi sosial. Sehingga 212 dapat ditafsirkan sebagai suatu pergerakan yang membuka peluang keadilan hukum hingga keadilan distributif.
Jika mengacu pada keadilan distributif, tentunya sangatlah dibutuhkan suatu dorongan kuat agar terciptanya keadilan itu disaat ini. Sebab ketimpangan sosial yang terjadi di era modern disebabkan oleh ketidak-seimbangan kebijakan atau keputusan politis yang hanya menguntungkan borjuasi dan elit-elit politik itu sendiri, sehingga keadilan hukumnya pun berpotensi berat terlaksanakan.
Artinya fungsi 212 haruslah bergeser dari sebagai komunitas yang berorientasi seremonialistis menuju kelompok masyarakat yang bergerak mengajukan gugatan atas ketidak-seimbangan kebijakan.
Akan tetapi segala macam pengajuan gugatan atas ketidak-seimbangan keadilan pun harus punya penyesuaian praksis yang berparadigma sosial, mengingat terjadinya pembelahan masyarakat yang diakibatkan (pasca) politik Pilpres 2014. Hal itu dilakukan agar menghindari distorsi kelompok masyarakat yang menilai 212 bukanlah orientasi pergerakan yang mewakilinya.
Untuk itu penyesuaian pada metode praksis yang berparadigma sosial haruslah dikedepankan sebagai peluang menegakkan amar ma'ruf nahi munkar secara elegan, dinamis, esensial dan berdimensi emansipatoris.
Salam. []
Sumber: konten islam
Related Posts:
PERJUANGAN TIDAK AKAN BERHENTI
PERJUANGAN TIDAK AKAN BERHENTI
PERJUANGAN TIDAK AKAN BERHENTI
By Asyari UsmanKecewa terhadap Prabowo, tak usah berlama-lama. Cukup beberapa jam saja. Saya merasakan kekecewaan itu cuma setengah jam. Alhamdulillah, se… Read More
Asyari Usman: Gegara Salah Ketik ‘Posisi’, Prabowo Tak Jadi Oposisi
Asyari Usman: Gegara Salah Ketik ‘Posisi’, Prabowo Tak Jadi Oposisi
10Berita - Mengapa Prabowo Subianto akhirnya memutuskan mau menerima ajakan rekonsiliasi bahkan, mungkin, ajakan berkoalisi dari Jokowi? Kenapa pr… Read More
Lebak atau Akal Bulus
Lebak atau Akal Bulus
10Berita, Pertemuan di Stasiun MRT Lebak Bulus sedikit menghebohkan. Disebut sebagai awal dari rekonsiliasi. Sepertinya Prabowo mengalah dengan pertemuan awal seperti ini. Alasan tentu bisa… Read More
Perjuangan Tidak Akan Berhenti Eramuslim / zahid / 8 jam yang lalu Eramuslim – Kecewa terhadap Prabowo, tak usah berlama-lama. Cukup beberapa jam saja. Saya merasakan kekecewaan itu cuma setengah jam. Alhamdulillah, setelah itu semuanya hilang. Perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kejujuran, masih panjang. Mungkin juga tidak berujung sampai dunia kiamat. Kita harus terus memahami bahwa perjuangan itu tidak musti dipimpin oleh satu orang. Saya setuju bahwa “pemimpin sejati” perjuangan itu bukan manusia, melainkan nilai-nilai. Values. Dan kita sudah paham nilai-nilai yang hendak kita tegakkan. Yaitu, sekali lagi, keadilan yang berlaku standar untuk semua orang. Dari perjuangan pilpres 2014 dan 2019 kita mendapatkan pelajaran berharga bahwa orang-orang yang dianggap pemimpin atau yang diharapkan sebagai pemimpin belum tentu bisa menjadi pemimpin umat. Banyak pemimpin yang sukses di berbagai bidang tetapi berat mengemban amanah untuk perjuangan nilai-nilai tertentu. Ada momen-momen yang melelahkan dalam perjuangan. Ini sangat manusiawi. Berjuang dengan segala risiko, tidaklah ringan. Prabowo telah melakukan itu. Dan ada limit yang harus dipahami oleh kalangan pendukungnya. Hari ini, perjuangan Prabowo untuk menegakkan keadilan dan membela rakyat miskin, sebagaimana sering dia ucapkan, kini mencapai limit itu. Tidak ada yang istimewa ketika seorang pejuang telah mencapai titik kulminasinya. Semua orang punya limit tertentu. Kunjungi website
Perjuangan Tidak Akan Berhenti
10Berita – Kecewa terhadap Prabowo, tak usah berlama-lama. Cukup beberapa jam saja. Saya merasakan kekecewaan itu cuma setengah jam. Alhamdulillah, setelah itu semuanya hilang.
Perjuangan un… Read More
Hersubeno Arief: Sayonara Pak Prabowo
Hersubeno Arief: Sayonara Pak Prabowo
10Berita – Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto akhirnya bertemu dengan Presiden Jokowi. Pertemuan di stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Lebak Bulus, Jakarta Selatan itu disambut… Read More