Sindiran Tajam FX Rudy, Ditujukan Untuk Siapa?
10Berita,Terkait rekomendasi calon yang direstui maju Pilwalkot Solo yang bakal di gelar tahun depan, Ketua DPC PDIP Surakarta, FX Hadi Rudyatmo terus bersuara lantang. Kali ini FX Rudy menyebut terlalu banyak pihak yang mengintervensi proses penjaringan calon Wali Kota Solo di internal PDIP. Apa maksud Wali Kota Solo yang akrab disapa Rudy ini? Ditujukan kepada siapa sindirian tersebut?
Dilansir dari laman detik.com, "Banyak yang intervensi. Saya sebetulnya sudah nggak mau komentar. Karena terlalu banyak yang intervensi itu," kata Rudy kepada wartawan, Selasa (24/12/2019).
Saat ditanya soal peran relawan dalam intervensi yang dikeluhkannya, dia menjawab dengan sindiran tajam. Namun Rudy tak mengungkapkan jelas relawan siapa yang dia maksud. Hanya saja dia mengatakan jika relawan tersebut tak paham politik.
"Relawan tidak paham politik, ya saya maklum saja. Ini kan masih di ranah internal, ngapain relawan bengak-bengok (teriak-teriak)," jawabnya.
Kemudian saat ditanya jika pasangan yang diusung DPC PDIP Surakarta yakni Achmad Purnomo-Teguh Prakosa tak mendapat rekomendasi dari DPP, Rudy menegaskan dirinya tak punya kepentingan. Dia lalu bicara soal tugasnya dari Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk membesarkan partai.
"Kalau saya tidak punya kepentingan kok. Tugas saya dari Mbak Mega membesarkan partai. Indikatornya apa to, perolehan suara bertambah, kursi saya bertambah. Kalau tidak dihargai, ya sudah," tegasnya.
Rudy menyampaikan PDIP memiliki peraturan nomor 24 tahun 2017 yang menjadi pedoman DPC PDIP Surakarta mengusung Achmad Purnomo-Teguh Prakosa di Pilkada Solo 2020.
Referensi pihak ketiga
"Kalau dari PP 24/2017 itu sudah jelas kok. Diutamakan petahana. Petahananya siapa, Pak Purnomo sebagai Wakil Wali Kota, Pak Teguh sebagai Ketua DPRD. Itu sudah selesai," ujar Rudy.
Lewat aturan tersebut, Rudy menilai PDIP ingin memberi penghargaan bagi DPC yang meraih suara lebih dari 25 persen. Sementara Solo meraih suara lebih dari 60 persen.
"Dan Pak Pur sama Pak Teguh ini kan tidak mencalonkan tapi dicalonkan pengurus anak ranting, pengurus ranting dan pengurus anak cabang. Pengurus DPC tinggal mengamini dibawa ke DPP partai. Nggak ada yang keberatan kok," urainya.
Di luar pasangan Purnomo-Teguh yang diusung DPC PDIP Surakarta, muncul nama-nama lain yang mendaftar lewat jalur DPD PDIP Jawa Tengah. Saingan Purnomo yang disebut jadi yang terkuat ialah putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka. Lalu bagaimana jika seandainya Mega membuat keputusan di luar aturan yang berlaku? katakanlah sebuah kebijaksanaan pusat.
Rudy tetap dengan keyakinannya. Ia merasa yakin Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri akan memberikan rekomendasi kepada calon peserta pilkada dengan bijaksana.
"Aturan yang dibuat DPP sendiri itu mesti dilakukan. Jadi menurut saya, Ibu Ketua Umum bijak lah. Tidak sekadar mengeluarkan itu (rekomendasi)," kata Rudy.
Semoga saja seperti yang FX Rudy inginkan. Jalan sesuai aturan. Namun publik sudah tak asing lagi dengan kejutan-kejutan di akhir yang Ketum PDIP sering lakukan, kan? Pada akhirnya semua akan berkata itu hak prerogatif sang Ketum, hee...hee.. Jangan frustasi, pak Rudy..dunia tak selebar daun kelor. Politik itu lentur, tidak kaku, meliuk-liuk, cair, kadang panas, kadang dingin. Dingin-dingin empuk..
Sumber: detik.com
10Berita,Terkait rekomendasi calon yang direstui maju Pilwalkot Solo yang bakal di gelar tahun depan, Ketua DPC PDIP Surakarta, FX Hadi Rudyatmo terus bersuara lantang. Kali ini FX Rudy menyebut terlalu banyak pihak yang mengintervensi proses penjaringan calon Wali Kota Solo di internal PDIP. Apa maksud Wali Kota Solo yang akrab disapa Rudy ini? Ditujukan kepada siapa sindirian tersebut?
Dilansir dari laman detik.com, "Banyak yang intervensi. Saya sebetulnya sudah nggak mau komentar. Karena terlalu banyak yang intervensi itu," kata Rudy kepada wartawan, Selasa (24/12/2019).
Saat ditanya soal peran relawan dalam intervensi yang dikeluhkannya, dia menjawab dengan sindiran tajam. Namun Rudy tak mengungkapkan jelas relawan siapa yang dia maksud. Hanya saja dia mengatakan jika relawan tersebut tak paham politik.
"Relawan tidak paham politik, ya saya maklum saja. Ini kan masih di ranah internal, ngapain relawan bengak-bengok (teriak-teriak)," jawabnya.
Kemudian saat ditanya jika pasangan yang diusung DPC PDIP Surakarta yakni Achmad Purnomo-Teguh Prakosa tak mendapat rekomendasi dari DPP, Rudy menegaskan dirinya tak punya kepentingan. Dia lalu bicara soal tugasnya dari Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk membesarkan partai.
"Kalau saya tidak punya kepentingan kok. Tugas saya dari Mbak Mega membesarkan partai. Indikatornya apa to, perolehan suara bertambah, kursi saya bertambah. Kalau tidak dihargai, ya sudah," tegasnya.
Rudy menyampaikan PDIP memiliki peraturan nomor 24 tahun 2017 yang menjadi pedoman DPC PDIP Surakarta mengusung Achmad Purnomo-Teguh Prakosa di Pilkada Solo 2020.
Referensi pihak ketiga
"Kalau dari PP 24/2017 itu sudah jelas kok. Diutamakan petahana. Petahananya siapa, Pak Purnomo sebagai Wakil Wali Kota, Pak Teguh sebagai Ketua DPRD. Itu sudah selesai," ujar Rudy.
Lewat aturan tersebut, Rudy menilai PDIP ingin memberi penghargaan bagi DPC yang meraih suara lebih dari 25 persen. Sementara Solo meraih suara lebih dari 60 persen.
"Dan Pak Pur sama Pak Teguh ini kan tidak mencalonkan tapi dicalonkan pengurus anak ranting, pengurus ranting dan pengurus anak cabang. Pengurus DPC tinggal mengamini dibawa ke DPP partai. Nggak ada yang keberatan kok," urainya.
Di luar pasangan Purnomo-Teguh yang diusung DPC PDIP Surakarta, muncul nama-nama lain yang mendaftar lewat jalur DPD PDIP Jawa Tengah. Saingan Purnomo yang disebut jadi yang terkuat ialah putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka. Lalu bagaimana jika seandainya Mega membuat keputusan di luar aturan yang berlaku? katakanlah sebuah kebijaksanaan pusat.
Rudy tetap dengan keyakinannya. Ia merasa yakin Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri akan memberikan rekomendasi kepada calon peserta pilkada dengan bijaksana.
"Aturan yang dibuat DPP sendiri itu mesti dilakukan. Jadi menurut saya, Ibu Ketua Umum bijak lah. Tidak sekadar mengeluarkan itu (rekomendasi)," kata Rudy.
Semoga saja seperti yang FX Rudy inginkan. Jalan sesuai aturan. Namun publik sudah tak asing lagi dengan kejutan-kejutan di akhir yang Ketum PDIP sering lakukan, kan? Pada akhirnya semua akan berkata itu hak prerogatif sang Ketum, hee...hee.. Jangan frustasi, pak Rudy..dunia tak selebar daun kelor. Politik itu lentur, tidak kaku, meliuk-liuk, cair, kadang panas, kadang dingin. Dingin-dingin empuk..
Sumber: detik.com