Menguak Data Banjir Era Jokowi, Ahok, Djarot dan Anies, Siapa Paling Kecil Dampaknya?
Referensi pihak ketiga: Babe Ridwan Saidi, tokoh budayawan dan sejarawan Betawi - Sumber Foto: kabartangsel dotcom (9/7/2013)
10Berita,Tak ada yang bisa memungkiri. Bencana banjir memang selalu saja menjadi momok yang harus diakrabi oleh warga DKI Jakarta. Terakhir kado istimewa tahun baru 2020 yang ternyata berupa banjir besar kemarin seakan mengingatkan kita semua. Mau seperti apa pun upaya kita, banjir masih harus menyapa kita tanpa terduga.
Memang berdasarkan sejarah, seperti yang dikutip republika dotcoid (3/1/2020), sejak zaman Belanda, Batavia yang akhirnya berubah menjadi DKI Jakarta yang sekarang memang telah menjadi langganan banjir. Jika tak percaya, silahkan saja dilihat data-data sejarah yang ada.
Begitu akrabnya Jakarta dengan banjir, sampai-sampai tokoh sejarah dan budayawan Betawi Ridwan Saidi menanggapi kocak banjir yang terjadi.
“Ni gua Orang Betawi. Shohibul baitnya Jakarta. Gua bilangin ame Eluh. Yg baru engeh ama Jakarta. Jakarta mah emang kampung Aer. Ada Rawa Sari, Rawa Bunga, Rawa Bokor, ame Rawa Rawa laennya dah. Yg namanya Rawa mah emang tempat aer. Sekarang ditempatin orang. yaa kalo banjir. Jangan ngeluh. Tempat aer di tempatin. Dari Zaman..Kumpeni. Jakarta udah langganan banjir. Bukan soal aer banjir. Emang ati luh dengki. Ame Gubernurnya. Kalo merasa kaga nyaman lu pulang aja ke kampung luh. Sonooohhh,” ujar Babe Ridwan Saidi menanggapi secara berseloroh tragedi banjir kali ini seperti yang dikutip godepok dotcom (4/1/2020).
Tanpa mengurangi rasa hormat pada para korban yang terdampak banjir kali ini. Setidaknya seloroh Babe Ridwan Saidi ini bisa dijadikan penyemangat untuk tetap kuat dan tabah menghadapi tantangan yang terjadi.
Banyaknya banjir yang telah terjadi, seharusnya bisa menjadi sumber pelajaran untuk menyikapi dan menangani kemungkinannya terjadi lagi. Ada yang bilang, jangan membanding-bandingkan. Fokus saja pada penanggulangan dan penyelamatan para korban.
Tentu saja penyelamatan para korban yang terdampak banjir merupakan tugas utama yang harus dijalankan. Namun mempelajari data, menganalisa, membandingkan peristiwa yang sudah terjadi bisa dijadikan masukan untuk mencari solusi. Jadi jangan takut untuk membanding-bandingkan segala hal yang telah terjadi demi keakuratan solusi yang bisa dirumuskan.
Jika kita tak enggan untuk membandingkan data yang ada, maka kita akan mengerti bahwa sebenarnya banjir yang terjadi dari era pemerintahan Gubernur Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan telah mengalami perbaikan dan penurunan dampak yang sangat berarti. Tak perlu caci maki, sakit hati dan emosi. Mari kita lihat saja data asli dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tentang banjir yang selama ini terjadi di DKI Jakarta seperti yang dilansir detikcom (4/1/2020) dibawah ini:
Era Jokowi
2013
Kecamatan terdampak: 116
Kelurahan terdampak: 263
Warga terdampak: 1.426.478 orang
Korban meninggal: 40 jiwa
Jumlah pengungsi: 90.913 orang
Jumlah pengungsian: 1.250 titik
Lama genangan: 2-15 hari
Ketinggian banjir: 10-400 cm
2014
Kecamatan terdampak: 107
Kelurahan terdampak: 252
Warga terdampak: 526.353 orang
Korban meninggal: 23 jiwa
Jumlah pengungsi: 167.727 orang
Jumlah pengungsian: 593 titik
Lama genangan: 1-20 hari
Ketinggian banjir: 10-400 cm
Era Ahok
2015
Kecamatan terdampak: 89
Kelurahan terdampak: 217
Warga terdampak: 282.138
Korban meninggal: 5
Jumlah pengungsi: 45.813
Jumlah pengungsian: 409
Lama genangan: 0-7 hari
Ketinggian banjir: 10-300 cm
2016
Kecamatan terdampak: 156
Kelurahan terdampak: 329
Warga terdampak: 232.577
Korban meninggal: 2 jiwa
Jumlah pengungsi: 7.758 orang
Jumlah pengungsian: 409 titik
Lama genangan: 1-2 hari
Ketinggian banjir: 5-360 cm
Era Ahok, Djarot, dan Anies
2017
Kecamatan terdampak: 149
Kelurahan terdampak: 264
Warga terdampak: 47.203
Korban meninggal: 6
Jumlah pengungsi: 9.100
Jumlah pengungsian: 134
Lama genangan: 1-20 hari
Ketinggian banjir: 10-400 cm
Era Anies
2018
Kecamatan terdampak: 83
Kelurahan terdampak: 135
Warga terdampak: 32.713
Korban meninggal: 1
Jumlah pengungsi: 15.627
Jumlah pengungsian: 62
2019
Kecamatan terdampak: 45
Kelurahan terdampak: 59
Warga terdampak: 3.860
Korban meninggal: 1
Jumlah pengungsi: 725
Jumlah pengungsian: 13
2020
Kecamatan terdampak: 17
Kelurahan terdampak: 39
Warga terdampak: -
Korban meninggal: 9
Jumlah pengungsi: 11.474
Jumlah pengungsian: 70
(Sumber: detikcom (4/1/2020) mengutip data BNPB)
Kesimpulan dari data ini adalah banjir yang terjadi di tahun 2020 sekarang, jauh lebih ringan dibandingkan banjir yang terjadi di era Gubernur Jokowi, Gubernur Ahok maupun Gubernur Djarot. Yang membuat banjir kali ini terasa lebih besar adalah karena banjir yang besar juga menimpa Bekasi, Depok, Tangsel, Banten, Lebak dan banyak daerah lainnya. Selamat mengkaji data yang sudah disajikan tersebut dengan kejernihan pikiran.
Sumber: politicapreneure, UCnews
Referensi pihak ketiga: Babe Ridwan Saidi, tokoh budayawan dan sejarawan Betawi - Sumber Foto: kabartangsel dotcom (9/7/2013)
10Berita,Tak ada yang bisa memungkiri. Bencana banjir memang selalu saja menjadi momok yang harus diakrabi oleh warga DKI Jakarta. Terakhir kado istimewa tahun baru 2020 yang ternyata berupa banjir besar kemarin seakan mengingatkan kita semua. Mau seperti apa pun upaya kita, banjir masih harus menyapa kita tanpa terduga.
Memang berdasarkan sejarah, seperti yang dikutip republika dotcoid (3/1/2020), sejak zaman Belanda, Batavia yang akhirnya berubah menjadi DKI Jakarta yang sekarang memang telah menjadi langganan banjir. Jika tak percaya, silahkan saja dilihat data-data sejarah yang ada.
Begitu akrabnya Jakarta dengan banjir, sampai-sampai tokoh sejarah dan budayawan Betawi Ridwan Saidi menanggapi kocak banjir yang terjadi.
“Ni gua Orang Betawi. Shohibul baitnya Jakarta. Gua bilangin ame Eluh. Yg baru engeh ama Jakarta. Jakarta mah emang kampung Aer. Ada Rawa Sari, Rawa Bunga, Rawa Bokor, ame Rawa Rawa laennya dah. Yg namanya Rawa mah emang tempat aer. Sekarang ditempatin orang. yaa kalo banjir. Jangan ngeluh. Tempat aer di tempatin. Dari Zaman..Kumpeni. Jakarta udah langganan banjir. Bukan soal aer banjir. Emang ati luh dengki. Ame Gubernurnya. Kalo merasa kaga nyaman lu pulang aja ke kampung luh. Sonooohhh,” ujar Babe Ridwan Saidi menanggapi secara berseloroh tragedi banjir kali ini seperti yang dikutip godepok dotcom (4/1/2020).
Tanpa mengurangi rasa hormat pada para korban yang terdampak banjir kali ini. Setidaknya seloroh Babe Ridwan Saidi ini bisa dijadikan penyemangat untuk tetap kuat dan tabah menghadapi tantangan yang terjadi.
Banyaknya banjir yang telah terjadi, seharusnya bisa menjadi sumber pelajaran untuk menyikapi dan menangani kemungkinannya terjadi lagi. Ada yang bilang, jangan membanding-bandingkan. Fokus saja pada penanggulangan dan penyelamatan para korban.
Tentu saja penyelamatan para korban yang terdampak banjir merupakan tugas utama yang harus dijalankan. Namun mempelajari data, menganalisa, membandingkan peristiwa yang sudah terjadi bisa dijadikan masukan untuk mencari solusi. Jadi jangan takut untuk membanding-bandingkan segala hal yang telah terjadi demi keakuratan solusi yang bisa dirumuskan.
Jika kita tak enggan untuk membandingkan data yang ada, maka kita akan mengerti bahwa sebenarnya banjir yang terjadi dari era pemerintahan Gubernur Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan telah mengalami perbaikan dan penurunan dampak yang sangat berarti. Tak perlu caci maki, sakit hati dan emosi. Mari kita lihat saja data asli dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tentang banjir yang selama ini terjadi di DKI Jakarta seperti yang dilansir detikcom (4/1/2020) dibawah ini:
Era Jokowi
2013
Kecamatan terdampak: 116
Kelurahan terdampak: 263
Warga terdampak: 1.426.478 orang
Korban meninggal: 40 jiwa
Jumlah pengungsi: 90.913 orang
Jumlah pengungsian: 1.250 titik
Lama genangan: 2-15 hari
Ketinggian banjir: 10-400 cm
2014
Kecamatan terdampak: 107
Kelurahan terdampak: 252
Warga terdampak: 526.353 orang
Korban meninggal: 23 jiwa
Jumlah pengungsi: 167.727 orang
Jumlah pengungsian: 593 titik
Lama genangan: 1-20 hari
Ketinggian banjir: 10-400 cm
Era Ahok
2015
Kecamatan terdampak: 89
Kelurahan terdampak: 217
Warga terdampak: 282.138
Korban meninggal: 5
Jumlah pengungsi: 45.813
Jumlah pengungsian: 409
Lama genangan: 0-7 hari
Ketinggian banjir: 10-300 cm
2016
Kecamatan terdampak: 156
Kelurahan terdampak: 329
Warga terdampak: 232.577
Korban meninggal: 2 jiwa
Jumlah pengungsi: 7.758 orang
Jumlah pengungsian: 409 titik
Lama genangan: 1-2 hari
Ketinggian banjir: 5-360 cm
Era Ahok, Djarot, dan Anies
2017
Kecamatan terdampak: 149
Kelurahan terdampak: 264
Warga terdampak: 47.203
Korban meninggal: 6
Jumlah pengungsi: 9.100
Jumlah pengungsian: 134
Lama genangan: 1-20 hari
Ketinggian banjir: 10-400 cm
Era Anies
2018
Kecamatan terdampak: 83
Kelurahan terdampak: 135
Warga terdampak: 32.713
Korban meninggal: 1
Jumlah pengungsi: 15.627
Jumlah pengungsian: 62
2019
Kecamatan terdampak: 45
Kelurahan terdampak: 59
Warga terdampak: 3.860
Korban meninggal: 1
Jumlah pengungsi: 725
Jumlah pengungsian: 13
2020
Kecamatan terdampak: 17
Kelurahan terdampak: 39
Warga terdampak: -
Korban meninggal: 9
Jumlah pengungsi: 11.474
Jumlah pengungsian: 70
(Sumber: detikcom (4/1/2020) mengutip data BNPB)
Kesimpulan dari data ini adalah banjir yang terjadi di tahun 2020 sekarang, jauh lebih ringan dibandingkan banjir yang terjadi di era Gubernur Jokowi, Gubernur Ahok maupun Gubernur Djarot. Yang membuat banjir kali ini terasa lebih besar adalah karena banjir yang besar juga menimpa Bekasi, Depok, Tangsel, Banten, Lebak dan banyak daerah lainnya. Selamat mengkaji data yang sudah disajikan tersebut dengan kejernihan pikiran.
Sumber: politicapreneure, UCnews