Marahnya China saat Warganya Dilarang Masuk Banyak Negara
Negara-negara yang melarang masuk pengunjung asal China—baik total seluruh wilayah atau sebagian wilayah negara tersebut—antara lain:
- Amerika Serikat (melarang masuk seluruh pengunjung asal China maupun warga asing yang dalam 14 hari terakhir mengunjungi China)
- Selandia Baru (melarang masuk seluruh pengunjung asal China maupun warga asing yang dalam 14 hari terakhir mengunjungi China)
- Australia (melarang masuk seluruh pengunjung asal China maupun warga asing yang dalam 14 hari terakhir mengunjungi China)
- Indonesia (melarang masuk pengunjung asal China atau pengunjung asing yang 14 hari terakhir berada di China)
- Filipina (melarang masuk pengunjung asal China atau pengunjung asing yang 14 hari terakhir berada di China)
- Myanmar (melarang masuk pengunjung asal China atau pengunjung asing yang 14 hari terakhir berada di China)
- Irak (melarang masuk pengunjung asal China atau pengunjung asing yang 14 hari terakhir berada di China)
- Jepang (larangan masuk hanya berlaku untuk pelancong dari Hubei, pusat wabah virus Corona baru)
- Korea Selatan (larangan masuk hanya berlaku untuk pelancong dari Hubei)
- Israel (melarang masuk orang asing yang berkunjung ke China dalam 14 hari terakhir).
Menurut Beijing keputusan seperti itu bertentangan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan darurat kesehatan global akibat wabah 2019-nCoV tidak boleh direspons dengan pembatasan ketat perjalanan dan perdagangan dengan China.
Pelaksana Tugas (Plt) Duta Besar China untuk Israel, Dai Yuming, membandingkan apa yang dialami warga negara China di berbagai negara dengan peristiwa Holocaust.
Dalam sebuah pengarahan kemarin di Tel Aviv dia mengatakan; “Jutaan orang Yahudi terbunuh, dan banyak, banyak orang Yahudi yang ditolak ketika mereka mencoba mencari bantuan dari negara lain. Hanya sangat, sangat sedikit negara yang membuka pintu mereka, dan di antara mereka adalah China,” katanya, seperti dikutip dari SBS.com.au, Senin (3/2/2020).
Dia juga menyalahkan apa yang dia sebut sebagai “berita palsu” sebagai faktor banyak negara membuat pembatasan seperti itu.
Sumber: Eramuslim