Pengamat China: Xi Jinping Belum Terlihat Mengunjungi Daerah Yang Dilanda Epidemi Virus Corona, Takut?
10Berita - Carl Minzner, seorang profesor hukum dan politik China di Universitas Fordham, menyoroti ‘hilangnya’ sosok Presiden Xi Jinping dari hadapan publik beberapa hari belakangan. Sementara rakyatnya sibuk menghadapi wabah virus corona.
Penampilan Xi yang terakhir di muka umum adalah pada 28 Januari, ketika bertemu sekretaris jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Beijing, di mana dia secara pribadi memerintahkan respons cepat terhadap wabah virus corona.
Kemudian tiba-tiba Presiden Xi Jinping terlihat menghadiri pertemuan Komite Tetap Partai Komunis, pada Senin (3/2) dan mengeluarkan pernyataan, mendesak semua pejabatnya untuk bekerja lebih keras untuk membendung wabah virus 2019-nCoV.
“Ini jelas merupakan salah satu masalah paling serius yang dihadapi China dalam beberapa dekade. Xi memiliki kekuatan yang sangat terpusat pada dirinya sendiri. Dia menumbuhkan citra populis, dengan menyandang gelar 'pemimpin rakyat'," kata Carl, seperti dilaporkan The Guardian, Rabu (5/2).
Namun, pemerintah meyakini walau sosoknya tidak terlihat di hadapan publik, Xi Jinping adalah "komandan dari kejauhan". Apalagi Xi berjanji untuk mengatasi apa yang dia sebut sebagai "virus iblis". Bahkan Xi telah memerintahkan penyebaran 1.400 petugas medis militer di rumah sakit baru di Wuhan. Xi juga yang menegaskan untuk menindak aparat dan tim medis yang tidak bekerja secara sungguh-sungguh dalam mengatasi masalah virus corona.
Menurut Carl, Xi tidak ingin terlihat gagal dalam memerangi virus ini.
"Gagal untuk mengatasi masalah ini di depan umum tampaknya akan merusak citra populisnya," ujar Carl.
Ketika pemerintah mengakui gawatnya krisis ini, yang terlihat mengunjungi Wuhan adalah Perdana Menteri Li Keqiang. Sementara Xi tak nampak.
Beberapa ahli mengatakan pendekatan itu mungkin disengaja. Xi, yang memiliki kekuasaan yang terpusat secara agresif dan menjadikan dirinya inti dari Partai Komunis, mungkin lebih berisiko terhadap dampak politis dari virus Corona baru.
“Jika situasinya membaik, dia (Xi Jinping) akan muncul, mungkin. Namun jika kondisinya memburuk, mungkin Li Keqiang yang akan disalahkan," sindir Vivienne Shue, seorang profesor studi China kontemporer di University of Oxford China Center.
Xi telah menetapkan kebijakannya seperti menutup Kota Wuhan dan beberapa kota-kota sekitarnya. Dia juga memerintahkan agar pasokan medis dan kebutuhan rumah sakit serta kebutuhan rumah tangga segera dipenuhi.
“Tidak hadirnya Xi, menjadi perhatian dan sorotan publik. Dia belum terlihat mengunjungi tempat-tempat yang terkena virus," kata Shue. "Ini telah dikritik sebagian karena Xi mengklaim sebagai inti dari kepemimpinan, kepemimpinan yang sangat kuat... dan dia tidak memiliki keberanian untuk pergi ke daerah yang dilanda epidemi." [rmol]
Sumber: Rmol