Porak-poranda Ekonomi China Akibat Virus Corona
10Berita - Merebaknya wabah virus corona yang berasal dari Wuhan China sangat menghebohkan dunia di awal tahun ini.
Di China sendiri, dampaknya lebih parah. Banyak dari perusahaan kecil di China mencemaskan kondisi keuangan yang diakibatkan virus tersebut. Sebab, perusahaan dan usaha kecil menengah harus menutup lumbung uang mereka.
Menurut China International Capital Group mengutip survei yang dilakukan oleh akademisi dari Universitas Tsinghua dan Universitas Peking yang dilakukan pada 163 perusahaan dari semua ukuran di China, bahwa pada minggu ini, masih kurang dari setengah perusahaan sudah dapat kembali bekerja.
Namun, yang lebih mengkhawatirkan bagi perusahaan di China yaitu sepertiga dari sekitar 1.000 perusahaan kecil dan menengah hanya bisa bertahan selama sebulan ke depan dengan uang tunai yang dimiliki. Hal itu membahayakan perekonomian China karena sekitar 30 juta usaha kecil dan menengah menyumbang lebih dari 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.
Pajak yang dibayarkan perusahaan kecil dan menengah juga mencakup lebih dari setengah pendapatan pemerintah, dan mereka mempekerjakan lebih dari 80 persen pekerja China.
Direktur Atlantis Research Institute yang berbasis di provinsi Shadong, Zhao Jian mengatakan jika wabah corona tidak segera berakhir, pengangguran akan tercipta pasca banyak perusahaan yang tutup sementara.
"Virus Corona dapat menjadi jerami yang menghancurkan punggung unta," ujar Jian, Senin (17/2/2020).
Banyak Pebisnis Rugi
Di sisi lain, dampak virus corona juga telah membuat pebisnis mengalami kerugian. Misalnya, pengusaha Beijing Wu Hai yang menulis di akun WeChatnya, mengatakan wabah corona dapat menghancurkan lebih dari 50 bar karoke yang dia jalankan.
Wu terancam mengalami kebangkrutan pada April 2020 mendatang jika aktifitas bisnis tetap dilumpuhkan. Kurangnya aktifitas bisnis juga menempatkan 1.500 pekerjanya dalam risiko kehilangan pekerjaan dan terancam akan bangkrut pada April 2020 jika tidak membuka bisnisnya kembali.
"Itu berarti, akan mati pada April, kecuali ada investor yang memberi (perusahaan MeiKTV milik Wu) uang," tulisnya.
Selain itu, Ketua Home Original Chicken Shu Congxuan mengatakan pada Sabtu lalu, perusahaan cepat sajinya sudah menutup lebih dari 400 toko, sejak wabah corona dimulai.
Dalam pos Weibo, Shu mengatakan bahwa perusahaannya dalam bahaya kehabisan uang tunai karena masih perlu membayar sewa dan karyawan. Namun, dia tetap mempertahankan karyawannya, meski harus menjual mobil dan rumahnya.
Selain itu, survei juga mengatakan bahwa 85 persen responden mengatakan, jika wabah terus berlangsung selama tiga bulan, maka perusahaan kecil dan menengah akan gulung tikar dan setelah 6 bulan, 90 persen perusahaan akan runtuh.
Menurut analisis di S&P Global Ratings mengatakan saat ini perusahaan China sedang bersiap untuk melunasi utang di 2020. Mengingat meningkatnya risiko terhadap ekonomi, perusahaan mungkin lebih sulit untuk meminjam dana.
Kemudian, peneliti S&P Global Ratings mengatakan, jika krisis kesehatan masyarakat stabil pada bulan depan, likuiditas masih akan berada di bawah tekanan, setidaknya pada kuartal pertama 2020, dan akan meningkatkan risiko gagal bayar bagi perusahaan China.
Sumber: Merdeka