Terus Mendapat Diskriminasi, Warga China: Kami Bukan Virus!
10Berita,PARIS - Warga China di seluruh dunia ramai-ramai angkat bicara di media sosial atas diskriminasi yang mereka hadapi ketika ketakutan tumbuh atas epidemi virus Corona, yang dimulai di kota Wuhan. Di Prancis, pengguna Twitter menggunakan tagar #JeNeSuisPasUnVirus atau "Saya bukan virus", untuk memprotes diskriminasi yang mereka dapatkan.
"Saya orang China, tapi saya bukan virus! Saya tahu semua orang takut akan virus, tetapi tolong jangan ada prasangka buruk terhadap kami,” kicau Lou Chengwang, yang tinggal di Prancis, disertai dengan fotonya memegang kertas dengan tagar #JeNeSuisPasUnVirus.
Melansir Al Arabiya, sebuah unggahan di Sino Weibo, media sosial terbesar di China, menyoroti sebuah insiden di mana seorang wanita China dikeluarkan dari sebuah restoran di Jepang. Menurut rekaman audio di Weibo yang dibagikan oleh seorang reporter dari Phoenix TV yang berbasis di Hong Kong, pelayan restoran itu dilaporkan meneriakkan “orang China keluar” .
Di Sri Lanka, seorang pengguna Twitter menggunggah gambar yang katanya adalah pintu sebuah restoran di negara itu dengan tanda yang mengatakan, "sementara kami telah berhenti memberikan layanan kepada warga China".
Di media sosial, banyak pihak menyalahkan makanan "eksotis" China sebagai penyebab munculnya virus tersebut, khususnya mengingat pasar di Wuhan, banyak menjual binatang liar, seperti kelelawar, ular hingga rubah.
Dalam konteks peningkatan yang nyata dalam sikap anti-Cina, beberapa orang keturunan China mengatakan mereka takut akan meningkatnya rasisme.
Terri Chu, seorang warga China yang tinggal di Toronta, Kanada, menuturkan bahwa para orang tua terus memberikan imbauan dan dukungan kepada anak-anak mereka, untuk bersiap menghadapi peningkatan rasisme.
"Di grup obrolan ibu-ibu China, kami membahas cara menguatkan diri dan anak-anak untuk gelombang rasisme yang tak terhindarkan mendatangi kami saat ini terjadi. Banyak dari kami bahkan belum pernah ke China, tetapi kami tahu kami akan tetap mendapat perlakukan yang berbeda," ucap Chu, melalui akun Twitternya.
Federasi Pengusaha Internasional yang bermarkas di Inggris, sebuah organisasi untuk perusahaan multinasional, mengeluarkan memperingatkan kepada perusahaan untuk tidak melakukan tindakan diskriminasi terhadap karyawan asal China karena isu virus Corona.
“Ada bahaya diskriminasi yang meningkat terhadap mereka yang berasal dari China, karena ketakutan kesehatan virus saat ini. Federasi Pengusaha Internasional memperingatkan pengusaha bahwa mereka akan menghadapi litigasi dan kehilangan reputasi jika mereka membiarkan prasangka semacam itu memasuki tempat kerja," ujarnya.
(esn)
Sumber: Sindonews
10Berita,PARIS - Warga China di seluruh dunia ramai-ramai angkat bicara di media sosial atas diskriminasi yang mereka hadapi ketika ketakutan tumbuh atas epidemi virus Corona, yang dimulai di kota Wuhan. Di Prancis, pengguna Twitter menggunakan tagar #JeNeSuisPasUnVirus atau "Saya bukan virus", untuk memprotes diskriminasi yang mereka dapatkan.
"Saya orang China, tapi saya bukan virus! Saya tahu semua orang takut akan virus, tetapi tolong jangan ada prasangka buruk terhadap kami,” kicau Lou Chengwang, yang tinggal di Prancis, disertai dengan fotonya memegang kertas dengan tagar #JeNeSuisPasUnVirus.
Melansir Al Arabiya, sebuah unggahan di Sino Weibo, media sosial terbesar di China, menyoroti sebuah insiden di mana seorang wanita China dikeluarkan dari sebuah restoran di Jepang. Menurut rekaman audio di Weibo yang dibagikan oleh seorang reporter dari Phoenix TV yang berbasis di Hong Kong, pelayan restoran itu dilaporkan meneriakkan “orang China keluar” .
Di Sri Lanka, seorang pengguna Twitter menggunggah gambar yang katanya adalah pintu sebuah restoran di negara itu dengan tanda yang mengatakan, "sementara kami telah berhenti memberikan layanan kepada warga China".
Di media sosial, banyak pihak menyalahkan makanan "eksotis" China sebagai penyebab munculnya virus tersebut, khususnya mengingat pasar di Wuhan, banyak menjual binatang liar, seperti kelelawar, ular hingga rubah.
Dalam konteks peningkatan yang nyata dalam sikap anti-Cina, beberapa orang keturunan China mengatakan mereka takut akan meningkatnya rasisme.
Terri Chu, seorang warga China yang tinggal di Toronta, Kanada, menuturkan bahwa para orang tua terus memberikan imbauan dan dukungan kepada anak-anak mereka, untuk bersiap menghadapi peningkatan rasisme.
"Di grup obrolan ibu-ibu China, kami membahas cara menguatkan diri dan anak-anak untuk gelombang rasisme yang tak terhindarkan mendatangi kami saat ini terjadi. Banyak dari kami bahkan belum pernah ke China, tetapi kami tahu kami akan tetap mendapat perlakukan yang berbeda," ucap Chu, melalui akun Twitternya.
Federasi Pengusaha Internasional yang bermarkas di Inggris, sebuah organisasi untuk perusahaan multinasional, mengeluarkan memperingatkan kepada perusahaan untuk tidak melakukan tindakan diskriminasi terhadap karyawan asal China karena isu virus Corona.
“Ada bahaya diskriminasi yang meningkat terhadap mereka yang berasal dari China, karena ketakutan kesehatan virus saat ini. Federasi Pengusaha Internasional memperingatkan pengusaha bahwa mereka akan menghadapi litigasi dan kehilangan reputasi jika mereka membiarkan prasangka semacam itu memasuki tempat kerja," ujarnya.
(esn)
Sumber: Sindonews