'Setelah Perang Dagang dan Wabah Corona, Kini Perang Minyak'
Foto: Reuters
10Berita,Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan saat ini dunia masih dihadapi dengan ketidakpastian. Hal ini ditandai dengan perang dagang yang belum usai dan sekarang ditambah lagi virus corona (Covid-19).
Menurutnya, parang dagang yang telah terjadi sejak tahun lalu diperkirakan akan menemukan kesepakatan tahun ini sehingga ketidakpastian berkurang. Namun, hal itu belum terjadi malah muncul masalah lain seperti virus corona yang menyebar ke seluruh dunia.
"Perang dagang di awal Februari ada secercah harapan, ada sinar sedikit merebak seperti pelangi, tapi begitu baru muncul dan redup kembali karena corona virus. Dan sekarang corona virus menyebar ke AS, Italia, Prancis dan negara lainnya," ujarnya di Gedung BI, Senin (9/3/2020).
Lanjut Perry, tidak cukup hanya perang dagang sejak tahun lalu dan penyebaran virus corona di awal tahun ini, sekarang dunia dihadapkan dengan perang minyak.
"Pagi ini kita dihentakkan dengan perang oil, perang minyak, yang kemudian harga minyak turun dari sekitar US$ 60 menjadi US$ 30 per barel," jelas Perry.
Perry menilai ini adalah contoh menurunnya globalisasi yang menjadi tantangan semua negara di dunia. Namun, di sisi lain ada digitalisasi yang harus terus dilakukan agar Indonesia bisa menjadi negara maju dengan perekonomian yang berdaya tahan.
Ia menyebutkan, setidaknya ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk merespon menurunnya globalisasi dan meningkatnya digitalisasi. Tiga langkah tersebut dinilai harus dilakukan dengan koordinasi yang baik antara Pemerintah dan Bank Indonesia.
"Hanya 3 hal, sinergi, transformasi dan inovasi, these the key dan untuk itu kita harus bersinergi," kata dia.
Harga minyak untuk light sweet crude oil kini harganya US$ 27,7 per barel atau turun 33,18%. Sementara untuk Brent mencapai US$ 31,6 per barel atau 30,40%..
Sumber: CNBC Indonesia
Foto: Reuters
10Berita,Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan saat ini dunia masih dihadapi dengan ketidakpastian. Hal ini ditandai dengan perang dagang yang belum usai dan sekarang ditambah lagi virus corona (Covid-19).
Menurutnya, parang dagang yang telah terjadi sejak tahun lalu diperkirakan akan menemukan kesepakatan tahun ini sehingga ketidakpastian berkurang. Namun, hal itu belum terjadi malah muncul masalah lain seperti virus corona yang menyebar ke seluruh dunia.
"Perang dagang di awal Februari ada secercah harapan, ada sinar sedikit merebak seperti pelangi, tapi begitu baru muncul dan redup kembali karena corona virus. Dan sekarang corona virus menyebar ke AS, Italia, Prancis dan negara lainnya," ujarnya di Gedung BI, Senin (9/3/2020).
Lanjut Perry, tidak cukup hanya perang dagang sejak tahun lalu dan penyebaran virus corona di awal tahun ini, sekarang dunia dihadapkan dengan perang minyak.
"Pagi ini kita dihentakkan dengan perang oil, perang minyak, yang kemudian harga minyak turun dari sekitar US$ 60 menjadi US$ 30 per barel," jelas Perry.
Perry menilai ini adalah contoh menurunnya globalisasi yang menjadi tantangan semua negara di dunia. Namun, di sisi lain ada digitalisasi yang harus terus dilakukan agar Indonesia bisa menjadi negara maju dengan perekonomian yang berdaya tahan.
Ia menyebutkan, setidaknya ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk merespon menurunnya globalisasi dan meningkatnya digitalisasi. Tiga langkah tersebut dinilai harus dilakukan dengan koordinasi yang baik antara Pemerintah dan Bank Indonesia.
"Hanya 3 hal, sinergi, transformasi dan inovasi, these the key dan untuk itu kita harus bersinergi," kata dia.
Harga minyak untuk light sweet crude oil kini harganya US$ 27,7 per barel atau turun 33,18%. Sementara untuk Brent mencapai US$ 31,6 per barel atau 30,40%..
Sumber: CNBC Indonesia