Terpapar Corona, 4 Pendeta Dan Pengerja GPIB Meninggal
10Berita - Keluarga besar gereja GPIB tengah berduka. Empat pendeta dan pengerja meninggal dunia akibat terpapar virus Corona.
Dua pendeta yang meninggal berinisial MP dan Ong. Mereka terpapar virus Corona sepulang mengikuti seminar di Hotel Aston Bogor pada Februari 2020 lalu.
“Pagi teman teman yg baik. Maaf baru mengikuti wa group. Krn beberapa hari ini kami kel besar GPIB yg kemarin kumpul di Bogor kehilangan rekan rekan Pendeta dan pengerja 4 orang. Dan ini membuat kk dan teman2 yg ikut konfrensi dibogor terpukul. Banyak yg masuk rumah sakit,” kata salah satu peserta seminar di grup WhatsApp, Kamis (19/3/2020).
Ia menyebut Pendeta MP telah dikebumikan tanpa upacara apa-apa. Sedangkan peserta seminar lainnya kini masih dirawat di rumah sakit.
Salah satu peserta seminar dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Pasien laki-laki berusia 62 tahun itu menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Abdul Moeloek.
Ia dinyatakan positif virus corona atau Covid-19 sepulang mengikuti seminar di Bogor, Jawa Barat.
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Lampung Reihana mengungkapkan, kasus ini dilaporkan oleh anaknya yang berusia 32 tahun.
Menurut Reihana, akanya melapor dikarenakan khawatir setelah mendapat informasi pada 14 Maret 2020 dari perkumpulan jemaat Lampung.
Saat itu, itu mendapat kabar bahwa ada 1 orang jemaat yang meninggal dunia dengan diagnosa covid-19 di daerah Jawa Tengah serta ada satu orang jemaat sedang dirawat di Jakarta.
“Di mana jemaat tersebut berada pada saat acara kegiatan yang sama dengan ayahanda pelapor,” beber Reihana, seperti dikutip Pojoksatu.id dari Radar Lampung, Kamis (19/3).
Reihana menjabarkan riwayat perjalanan pasien ini. Pada tanggal 25-28 Februari, laki-laki 62 tahun tersebut menghadiri seminar di GPIB hotel Aston Bogor. Kemudian pada 29 Februari pasien kembali ke Bandarlampung.
Setelah kembali ke Lampung, pasien mulai merasakan gejala panas, batuk, makan minum susah menelan, dan suhu 37 derajat celcius.
Menurut Reihana, Dinkes Lampung sudah melakukan tracking pada setiap orang yang memiliki riwayat kontak dengan pasien tersebut.
Nantinya Dinkes akan mengambil Swab tenggorokan pada orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien.
”Selanjutnya untuk semua orang-orang yang pernah berhubungan dengan pasien sudah kami data. Jadi untuk informasi kami di Lampung ini, saya punya kebijakan kalau orang sudah masuk dalam PDP (pasien dalam pemantauan) sambil kita menunggu hasil laboratorium kita sudah melakukan tracking,” katanya.
“Jadi jangan panik, insya Allah bapak ini kondisinya baik mudah-mudahan kita doakan bersama bisa survive dan sehat,” tandasnya.
[pojoksatu]