SEBAB SURGA TERLALU LUAS
SEBAB SURGA TERLALU LUAS
Adalah ia, Anas bin Malik sedang sangat bahagia. Saat mendengar Rasulullah bersabda, "Seseorang, kelak (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya."
Dengan terisak, ia berkata bahwa ia sangat mencintai hadits ini dan tak akan pernah menukarnya dengan apapun di dunia.
Ia, dengan kerendahan hatinya, mengakui bahwa dirinya dalam hal amal, tak lebih baik dari Umar dan Abu bakar. Apalagi Rasulullah, jauuhh ....
Tapi sungguh, setelah Rasulullah, ia sangat mencintai dua lelaki itu. Dan amat berharap, kelak dibersamai mereka dalam jannah-Nya.
Anas bin Malik, paham betul. Bahwa segala amalannya belum tentu diterima dan seluruh dosanya belumlah tentu diampuni. Namun, ia mencintai mereka dengan sepenuh hati. Pun para sahabat yang mulia, meski tak dipungkiri lagi tingkat keimanan mereka, namun berlomba dalam kebaikan masihlah menjadi keutamaan.
Suatu saat selesai sholat shubuh berjama'ah selepas dari pulang berjihad, malamnya. Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya:
"Siapakah yang hari ini telah qiyamullail?"
"Siapakah yang hari ini sudah mengantar jenazah?"
"Siapakah yang hari ini menyantuni anak yatim?"
"Siapakah yang hari ini telah menengok orang sakit?"
"Siapakah yang hari ini sudah bersedekah?"
Dan, kemudian hening. Senyap merambat. Tak ada satupun yang mengangkat tangan. Hingga Rasulullah memerintahkan Abu Bakar untuk mengangkat tangannya, sebab beliau tahu bahwa Abu Bakar pasti telah menunaikan itu.
Akhirnya, Abu Bakar pun bersuara:
"Ya Rasulullah. Sepulang dari berjihad semalam, saya sungguh lelah dan khawatir tidak bisa bangun malam. Maka saya melaksanakan qiyamulail sesudah sholat isya.
Ya Rasulullah, si fulan, sahabat Anshar yang semalam terluka sepulang berjihad akhirnya syahid. Dan saya tadi, sebelum shubuh mengurus jenazah dan ikut menguburkannya.
Ya Rasulullah, sahabat Anshar yang syahid itu, memiliki istri dan anak. Maka saya meninggalkan untuk mereka, bekal selama satu bulan.
Ya Rasulullah, saat akan berangkat ke masjid untuk sholat shubuh tadi, saya menghampiri Abdurrahman bin Auf untuk mengajaknya. Namun ternyata ia sedang sakit. Maka saya menengok dan mendoakannya.
Ya Rasulullah, tadi sebelum berangkat saya membawa beberapa kerat roti dan sewadah susu. Kemudian saya berikan kepada Abu Hurairoh dan teman-temannya."
MasyaAllah ... maka, sejak saat itu, tak ada satupun para sahabat yang merasa bisa menandingi amalan Abu Bakar. Pun, tidak juga Umar.
Disini, bukanlah ketinggian ilmu yang membuat mereka cemburu. Namun kesigapan Abu Bakar dalam menangkap peluang amal. Sesederhana apapun itu.
Pun, disini, Rasulullah mengajarkan. Bahwa terkadang, amalan kebaikan pun perlu diperlihatkan untuk memberi contoh teladan.
Di saat para musuh Islam secara terang-terangan menunjukkan kebencian mereka, di saat para pelaku kedzaliman dengan bangga menyebarluaskan dan mempertontonkan tindak keji mereka, maka umat Islam tak perlu ragu dan takut untuk menebarkan amal kebaikan. Tentu, sambil terus berlatih, mengasah diri dan berdoa agar dijauhkan dari ujub dan riya.
Hatta, saat Rasulullah menyuruh Abu Bakar mengangkat tangannya, tak sedikitpun beliau ragu ... bahwa seluruh amalan itu akan ternodai olehnya.
Maka, keteladanan dan saling mengingatkan, merupakan bukti cinta atas ukhuwah kita. Sebab surga, begitu luas jika hanya ditempati diri sendiri saja. Tentang ikhlas? Biarlah itu menjadi urusan kita dengan-Nya.
🙏🙏
(By Dewi Susanti Irawan)
SEBAB SURGA TERLALU LUAS . . Adalah ia, Anas bin Malik sedang sangat bahagia. Saat mendengar Rasulullah bersabda, "...
Dikirim oleh Dewi Susanti Irawanpada Sabtu, 09 Mei 2020