OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 17 Juni 2020

Penjelasan Lengkap LAPAN Tentang Bintang Tsuraya yang Disebut Ulama Sebagai Tanda Berakhirnya Wabah

Penjelasan Lengkap LAPAN Tentang Bintang Tsuraya yang Disebut Ulama Sebagai Tanda Berakhirnya Wabah




Tsuraya/Thuraya atau dalam istilah astronomi populer disebut sebagai gugus bintang terbuka Pleiades - www.lapan.go.id

10Berita, JAKARTA--Unggahan seorang warganet tentang kemunculan bintang Tsuraya atau Tsurayya di langit beberapa hari lalu, menjadi viral dan banyak menjadi perbincangan.

Dalam video yang beredar, disebutkan ketika itu tidak ada satu pun bintang yang terlihat.

Hanya ada satu bintang yang terekam ada di langit.

Bintang itu disebut sejumlah pengunggah video itu sebagai bintang Tsuraya/Tsurayya yang kemudian dikaitkan dengan keyakinan tentang bakal berakhirnya wabah Corona atau Covid- 19.

Belum dapat dipastikan apakah cahaya itu merupakan bintang Turaya atau bukan.

Namun, sejumlah ahli menyatakan bahwa itu adalah Planet Mars


Penjelasan LAPAN soal Tsuraya

Terlepas cahaya itu benar Turaya atau bukan, namun masyarakat jadi penasaran tentang bintang itu.

Hingga kemudian membuat Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memberikan penjelasan detail mengenai apa itu Turaya.

Dikutip Wartakitalive.com dari situs lapan.go.id, dijelaskan bahwa Tsuraya (Thuraya) atau dalam istilah astronomi populer disebut sebagai gugus bintang terbuka Pleiades, merupakan sekumpulan bintang yang terletak di dekat rasi Taurus.

Gugus bintang terbuka ini terdiri dari sejumlah bintang, dan tujuh diantaranya dapat dilihat dengan mata telanjang.

Dalam mitologi Yunani dan dikenal sampai saat ini, ketujuh bintang tersebut adalah  Sterope, Merope, Electra, Maia, Taygeta, Celaeno, dan Alcyone serta dikenal sebagai bintang 7 saudari.

Karena mudah dikenali dengan mata telanjang, maka obyek ini juga muncul dalam berbagai mitologi langit dari berbagai kebudayaan di seluruh dunia.

Pleiades juga dikenal sebagai bintang tujuh dalam berbagai mitologi di berbagai kebudayaan di seluruh dunia.

Dalam tradisi langit nusantara, sering disebut juga sebagai Lintang Wuluh, atau Lintang Kerti. Dari tradisi India dikenal sebagai Kartika (Kritikka) yang namanya diambil dari dewa pelindung bangsa Tamil, Kartikeya.

Sedangkan di Tiongkok dan Korea, Tsuraya dikenal sebagai Mao-Xing dan Myo-Su Byeol (Bintang Berambut, Hairy-Head Star). Jepang mengenalnya sebagai Subaru-hoshi atau "Bintang yang berkumpul", secara populer dikenal sebagai Subaru.

Dalam tradisi agraris nusantara, munculnya Pleiades ketika fajar digunakan sebagai tanda untuk memulai menggarap sawah dan membersihkan huma, sebagai tanda awal bercocok tanam.

Sedangkan di timur tengah, Tsuraya yang terbit ketika fajar merupakan penanda berakhirnya masa mewabahnya hama tanaman dan dimulainya panen buah kurma.

Dalam astronomi, jarak Pleiades ke Bumi mencapai 444 tahun cahaya, artinya cahaya dari Tsuraya membutuhkan waktu 444 tahun agar sampai ke Bumi.

Pleiades terbit hampir bersamaan dengan Matahari terjadi di bulan Mei sampai dengan Juni ketika terbit saat fajar, kemudian tinggi di atas saat September-Desember, sampai kemudian tenggelam saat fajar ketika Desember, sehingga seringkali diasosiasikan sebagai penanda musim dingin bagi masyarakat di belahan Bumi utara.

Nama dalam katalog disebut sebagai Messier 45, dan anggota gugus bintang tersebut adalah bintang yang relatif muda, dengan kelas spektrum tipe B, cenderung panas, cerlang, dan berwarna kebiruan.

Bila kondisi tidak berawan, saat-saat seperti ini kita bisa mengarahkan pandangan ke arah timur saat jelang Matahari terbit, carilah rasi Taurus, dan temukan lintang Kartika di dekat rasi Taurus

Tsuraya dalam tinjauan ulama Islam

Sejumlah hadis Rasulullah SAW tentang wabah sudah banyak kita ketahui. Salah satunya yang dinukil Imam Ahmad bin Hambal dalam musnad kumpulan kompilasi hadis-hadis.

Dalam Riwayat Imam Thabrani dalam Mu’jam Ausath 1305 disebutkan:

“Tidaklah terbit bintang di pagi hari sama sekali sedangkan suatu kaum ditimpa penyakit (wabah), kecuali pasti wabah itu diangkat dari mereka.”

Dalam musnad Imam Abi Hanifah menurut riwayat Ibnu Ya’qub 2, dengan redaksi:

“Apabila terbit bintang, (pasti) terangkatlah penyakit dari penduduk setiap negeri.”

Para ulama mengatakan yang dimaksud bintang di sini adalah bintang Tsurayya

Menurut Al-Imam ibnu Mulaqqin Bintang Tsurayya ini akan muncul pada bulan Mayu atau bulan May atau Mei.

Virus Corona termasuk wabah

Dikutip Wartakotalive.com dari situs nu.or.id, kata “jārif,” “waba’,” dan “tha’un” untuk menyebut sebuah penyakit sejenis wabah yang menyerang masyarakat secara umum di suatu daerah tertentu.

Kata waba dan tha’un ini yang kemudian disematkan oleh ahli agama untuk Covid-19 atau virus corona yang terjadi pada awal 2020 di Indonesia dan berbagai negara di dunia hingga memakan banyak korban.

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa korban meninggal karena wabah ini termasuk dalam kategori syahid

“Rasulullah SAW bersabda, tha’un syahadah (berkedudukan syahid) bagi setiap Muslim,” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Kemudian, pada riwayat Bukhari, Rasulullah SAW menyebut serta orang yang mati karena sakit perut dan orang yang terkena amuk wabah ke dalam derajat syahadah atau mereka yang mendapatkan ganjaran seperti pahala orang yang syahid di medan perang.

“Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ia bersabda, ‘Orang yang mati karena sakit perut dan orang yang tertimpa tha’un (wabah) pun syahid.’” (HR Bukhari)

Saat terjadi wabah, Rasulullah SAW sebagaimana pada riwayat Bukhari memerintahkan masyarakat untuk menahan diri rumah masing-masing di tengah penyebaran wabah pada riwayat Ahmad berikut ini

 “Dari Siti Aisyah RA, ia mengabarkan kepada kami bahwa ia bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu Rasulullah SAW memberitahukannya, ‘Zaman dulu tha’un adalah siksa yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada seorang hamba yang sedang tertimpa tha’un, kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,’” (HR Bukhari).

Lima wabah berbahaya dalam sejarah Islam

Di dalam kitab al-Isya’ah li Asyrot al-Sa’ah yang ditulis oleh al-‘Allamah al-Muhaqqiq Muhammad bin Rasul al-Husaini (1040 H- 1103 H) disebutkan bahwa tho’un yang paling berbahaya dalam Islam ada lima, yaitu. Pertama, Tho’un Syirawaih, kejadian ini pada masa Nabi Muhammad.

Kedua, Tho’un ‘Amwas pada masa Umar bin Khattab. Ketiga, Tho’un al-Jarif, terjadi pada Ibnu Zubair.

Keempat, Tho’un Fatayat, terjadi pada tahun 87H. Dan kelima,Tho’un al-Asyraf.

Sumber: Warta Kota