VIRAL Tulisan Lama 'Hari Kesaktian Pancasila tak Relevan Lagi', Dirut TVRI Iman Brotoseno Hapus Blognya
10Berita, Setelah menonaktifkan akun Twitter pribadi, lantaran polemik status porno, kali ini Direktur Utama (Dirut) TVRI Iman Brotoseno menghapus blog pribadinya yang beralamat di http://blog.imanbrotoseno.com. Salah satu sorotan warganet (netizen) adalah artikel Iman berjudul 'Kesaktian Pancasila, Masih Relevan?' yang mendukung Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), sebagai salah satu underbow Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dikonfirmasi Republika pada Selasa (2/6/2020), Iman menjelaskan, penghapusan blog pribadi beserta seluruh artikel lebih baik dilakukan pada saat ini. “Blog saya dari tahun 2006, yang mungkin konteksnya bisa berbeda dengan pemikiran jaman sekarang,” ujar Iman.
Ketika ditanya platform komunikasi pribadi ke depannya, Iman menyebut, akan memanfaatkan akun media sosial (medsos) resmi milik TVRI. Termasuk, berbagai platform lainnya jika memang dirasa perlu untuk bisa berinteraksi dengan warganet. “Masih ada akun resmi TVRI kan? Mungkin juga saya akan membuat akun Twitter baru,” tutur dia.
Iman menyebut, saat ini publik selalu mengkorek pemikirannya pada masa lampau. Bahkan, ia menganggap, tak jarang berbagai framing dan serangan ditujukan pada unggahan pribadinya tersebut. Daripada harus sibuk berpolemik, Iman lebih memilih untuk menutup semua platform miliknya, baik medsos maupun blog. “Jadi saya mau fokus kerja dulu,” dalihnya.
Diminta Dicopot
Mantan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon meminta Direktur Utama (Dirut) baru TVRI yakni Iman Brotoseno diganti. Sebabnya karena cuitan lama Dirut TVRI mengenai Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) kembali mencuat ke publik.
Hal ini disampaikan Fadli Zon melalui akun Twitter-nya @fadlizon. Ia menuding sosok Iman Brotoseno hanya akan membuat publik kehilangan kepercayaan dengan TVRI.
"Dirut TVRI semacam ini hanya akan membuat TVRI semakin tak dipercaya masyarakat," kata Fadli Zon via Twitter, Selasa (2/6/2020).
Ia pun meyakini bahwa rekam jejak Iman Brotoseno menunjukkan bahwa ia tidak mampu memimpin stasiun televisi TVRI. Fadli Zon juga menuding yang bersangkutan adalah seorang ahli Gerwani. "Rekam jejaknya kelihatan orang ini 'ahli Gerwani'," katanya.
Oleh sebab itu, politikus dari Partai Gerindra itu meminta agar Iman Brotoseno dicopot dari jabatannya sebagai Dirut TVRI dan digantikan dengan sosok lain. "Ganti sajalah nanti menyesal dihujat rakyat," ujarnya.
Jejak Blog
Sebelum blognya dihapus, redaksi portal-islam.id sempat membaca dan men-screenshot tulisan Iman Brotoseno berjudul 'Kesaktian Pancasila, Masih Relevan?'.
http://blog.imanbrotoseno.com/kesaktian-pancasila-masih-relevan/#more-3654
Dalam tulisannya Iman Brotoseno menyampaikan Hari Kesaktian Pancasila sudah tidak relevan lagi jika hanya dianggap sebagai cara mengenang Jenderal-jenderal yang dibunuh.
Kata Iman Broroseno, setiap tanggap 1 Oktober mestinya menjadi hari rekonsiliasi atas beban dendam sejarah masa lalu.
“Hari Kesaktian Pancasila sudah tidak relevan lagi jika hanya dianggap sebagai cara mengenang Jenderal jenderal yang dibunuh,” tulisnya.
“Tapi mestinya menjadi hari rekonsiliasi atas beban dendam sejarah masa lalu. Sekian lama kita membenarkan tindakan pembantaian itu, merupakan pembalasan yang dilakukan rakyat, sebagai reaksi atas tindakan kekerasan yang sebelumnya dilakukan oleh anggota PKI,” paparnya.
Kata Iman Brotoseno, kita banyak melupakan pembantaian kepada mereka yang dianggap komunis, lebih banyak menyasar kepada orang-orang yang tidak bersalah. Tidak hanya keluarga para korban. Tapi juga guru guru yang tak tahu politik dan hanya ikut berteriak “Guru lapar mereka tak bisa mengajar”.
“Bagaimana kita menjelaskan ribuan guru yang hilang dari sekolah sekolah dalam periode tersebut. Juga para seniman yang memiliki minat khusus terhadap wayang, atau reog sehingga diasosiasikan terhadap Lekra,” jelasnya.
Iman Brotoseno mengatakan, Lubang buaya bukan hanya sumur di Pondok Gede. Masih ada jurang-jurang atau lubang besar yang menampung ribuan jasad mereka yang dianggap PKI.
Oleh karena itu, Iman Brotoseno menganjurkan bangsa ini untuk minta maaf atas kesalahan masa lalu.
“Tidak ada salahnya, jika bangsa ini meminta maaf terhadap kesalahan-kesalahan masa lampau. Ketakutan bahwa permintaan maaf akan membuka luka lama, tak perlu ditakuti, karena sejarah tak harus ditutupi. Kalau kelak rekonsiliasi ini tercipta, Pancasila tak perlu lagi diperingati kesaktiannya. Ia cukup dihayati karena kebajikannya,” pungkasnya.