Waketum MUI Sepakat Lakukan Boikot jika Unilever Tetap Dukung L68T
10Berita, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyayangkan sekaligus meminta kepada publik agar meningkatkan kewaspadaannya terhadap kelompok-kelompok, baik perusahaan atau non government organization (NGO) yang berada di belakang kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Terutama perusahaan Unilever yang sudah terkenal, baik di Indonesia maupun skala dunia.
“Ada kelompok yang meminta embargo Unilever, iya itu hak publik untuk menentukan dan MUI pun sepakat untuk melakukan itu. Bahwa apabila kita sudah melakukan klarifikasi dan warning (namun tetap saja), baru kita menentukan sikap (boikot produk Unilever),” kata Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi kepada Indonesiainside.id, Jumat (26/6).
MUI, lanjut kiai Muhyiddin akan meminta keterangan langsung dari Unilever agar tidak salah dalam menentukan kebijakan akhir. “Seandainya betul-betul ada pernyataan publik dari Unilever terkait dukungannya terhadap LGBT, baru kita mengambil sikap yang tegas,” ujarnya.
Ia mengatakan, momentum ini merupakan peluang besar umat Islam untuk memasarkan produk yang serupa dengan Unilever. Umat Islam juga bisa mencari produk-produk lain tanpa harus membeli produk Unilever.
“Unilever seharusnya faham betul perasaan umat Islam. Dukungan Unilever terhadap LGBT sangat mencederai perasaan umat Islam, karena bagaimanapun perusahaan ini mendapatkan keuntungan yang sangat besar (dari umat Islam),” katanya.
Unilever seharusnya lebih sensitif terkait isu yang bertentangan dengan agama, norma dan budaya di Indonesia, terutama kepada umat Islam. Oleh karena itu, MUI meminta kepada publik menghindari produk-produk Unilever.
“Karena secara tidak langsung dengan membeli produk itu, maka saja berkontribusi serta memberikan sumbangan kepada LGBT,” jelasnya.
Kiai Muhyiddin mengimbau agar umat Islam membeli produk-produk lain dengan kualitas sama, tetapi harganya juga terjangkau. Sebab, menurut dia, bukan hanya Unilever yang memberikan dukungannya terhadap kelompok LGBT, ada banyak perusahaan lain secara terang-terangan memberikan dukungan terhadap LGBT.
“Itu pun harus kita waspadai, seperti Starbuck dan lain sebagainya. Kepada pemerintah terutama Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kesehatan seharusnya mengingatkan kepada Unilever bahwa dia sudah masuk ke hal yang sensitif,” katanya.
Sementara, Governance and Corporate Affairs Director Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso mengatakan, Unilever beroperasi di lebih dari 180 negara dengan budaya yang berbeda. “Secara global dan di Indonesia, Unilever percaya pada keberagaman dan lingkungan yang inklusif,” katanya dalam keterangan pers yang diterima, Jumat.
Sancoyo mengatakan, Unilever telah beroperasi selama 86 tahun di Indonesia. Unilever selalu menghormati maupun memahami budaya, norma, dan nilai setempat.
“Oleh karena itu, kami akan selalu bertindak dan menyampaikan pesan yang sesuai dengan budaya, norma, dan nilai yang berlaku di Indonesia,” katanya. [indonesiainside]