OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 12 Juli 2020

Isu Reklamasi Ancol Jadi Liar, Pengamat: Cebong Masih Belum Move On

Isu Reklamasi Ancol Jadi Liar, Pengamat: Cebong Masih Belum Move On





10Berita, Isu reklamasi Pulau Ancol dinilai sengaja digoreng oleh pendukung calon gubernur DKI Jakarta yang kalah di Pilkada 2017 lalu untuk menyerang sosok Anies Baswedan.
Mereka juga sengaja tampak bebal saat mendengar penjelasan Anies Baswedan mengenai perbedaan reklamasi yang dilakukannya, dengan reklamasi yang telah dihentikan.

 Pakar politik dan hukum dari Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam menjelaskan bahwa reklamasi perluasan Ancol berbeda dengan 17 pulau reklamasi yang sudah dicabut izinnya oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Reklamasi Ancol ini kan tujuannya untuk sosial kemasyarakatan, bukan untuk tujuan komersil. Untuk itu harus dilihat secara jernih apa dan mengapa reklamasi Ancol dilakukan," ujarnya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (12/7).

Berbeda dengan reklamasi yang dilakukan di era Ahok, reklamasi ini memanfaatkan tanah urukan dari hasil pengerukan lumpur di 13 sungai dan waduk yang ada di wilayah Pemprov DKI.

Lebih tepatnya, apa yang akan dilakukan Anies Baswedan bukan reklamasi, melainkan revitalisasi.

“Karena menggunakan tanah dari hasil pengerukan yang justru akan melancarkan aliran sungai dan waduk yang ada di Jakarta," jelasnya.

Saiful pun heran dengan pihak-pihak yang bebal dan justru membuat isu ini menjadi liar. Menurutnya, tujuan isu ini dikaburkan sebatas untuk menyalahkan Anies Baswedan.
Dugaan Saiful Anam lantas tertuju pada pendukung pasangan 01 di Pilpres 2019 lalu, yang di Pilkada DKI juga mayoritas jadi pendukung Ahok, masih belum bisa move one. Pendukung yang dulu kerap disebut sebagai cebong itu masih menganggap ada perang yang harus diselesaikan.

"Saya menduga ini cebong belum move on tentang Pilkada DKI, padahal kandidatnya sudah mendapatkan kursi jabatan terbaik masing-masing. Jadi untuk apalagi ribut-ribut dan mencari kesalahan orang lain," demikian Saiful Anam. (Rmol)