OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 26 Juli 2020

Khutbah Jumat Hagia Sophia: Hari Penuh Kehormatan dan Kerendahan Hati

Khutbah Jumat Hagia Sophia: Hari Penuh Kehormatan dan Kerendahan Hati


Oleh: Prof. Dr. Ali Erbas (Ketua Direktorat Urusan Keagamaan Turki)

Muslim yang terhormat!

Semoga berkah dan pertolongan Allah menyertai kedamaian berkelimpahan di hari Jumat ini bagi Anda!

Di saat yang diberkahi ini, di tempat sakral ini, kita menyaksikan momen bersejarah. Masjid Hagia Sophia diperjumpakan dengan kita dengan cahaya Hari Raya Idul Adha di hari ketiga bulan haji Dzulhijjah.

Kerinduan bangsa kita, patah hati kita selama ini, akan segera berakhir hari ini. Terima kasih dan segala puji yang tiada tara untuk Allah SWT!

Hari ini adalah hari ketika pelafalan takbir, tahlil, dan salawat bergema lagi di bawah kubah Hagia Sophia, diikuti adzan yang menyeru dari menara-menara masjidnya.

Hari ini kita mengalami hari yang mirip dengan ketika 16 muadzin menggemakan suara Allahu Akbar di sekitar 16 menara Masjid Biru (Masjid Sultan Ahmed), tepat di seberang kita, 70 tahun yang lalu. Dan bersatu kembali antara masjid dengan adzan setelah pemisahannya 86 tahun.

Hari ini adalah hari ketika orang-orang beriman berdiri untuk bersimpuh berdoa dalam air mata, dalam damainya ruku, dan sujud penuh kesyukuran.

Hari ini adalah hari kehormatan dan kerendahan hati. Terima kasih dan puji yang tak terkira kepada Allah SWT yang mengizinkan kita untuk memiliki hari ini.

Hari yang terhormat (Jumat dan Dzulhijjah) seperti hari ini (momen pembebasan Aya SofIya), untuk berkumpul di (masjid) tempat paling suci di bumi, dan untuk bersujud di hadapan-Nya di Hagia Sophia agung ini.

Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW yang memberikan kabar baik tentang penaklukan ini melalui sabdanya, “Suatu hari Konstantinopel akan ditaklukkan. Sehebat-hebat komandan adalah komandan yang akan menaklukkannya, dan sehebat-hebatnya tentara adalah tentaranya!”

Salam kepada arsitek spiritual Istanbul, yang menapaki dan merintis jalan untuk mencapai kegembiraan ini, Abu Ayyub al-Ansari khususnya, para sahabat Nabi, dan mereka yang mengikuti jejak langkah mereka yang kokoh dan bersahaja.

Salam kepada Sultan Alp Arslan, yang membuka gerbang Anatolia bagi bangsa kita dengan keyakinan bahwa penaklukan tidak berarti menyerang tetapi menjadikannya makmur, dan membangun (bukan menghancurkan).

Salam kepada para martir dan veteran kami yang telah menjadikannya (bumi konstantinopel ini) tanah air kami dan mempercayakannya kepada kami; dan semua sultan dari hati yang telah membentuk kembali geografi (jati diri) kita dengan iman.

Salam kepada Aaq Syamsuddin, cendekiawan bijak yang menyulam cinta penaklukan di hati Sultan Mehmed II dan memimpin shalat Jumat pertama di Hagia Sophia pada 1 Juni 1453.

Salam kepada penguasa muda dan tekun itu, Mehmed Sang Penakluk (Al- Fatih, Semoga Allah memberikan ganjaran terbaik berupa surga), yang melekat dalam hati pada ayat “Dan ketika Anda telah memutuskan/berazzam, maka andalkanlah (tawakkal kepada) Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bersandar (kepadaNya)”.

Dia Sultan muda, seorang jenius dalam hal sejarah, sastra, sains, dan seni; yang menghasilkan teknologi paling maju di zamannya dan membuat kapal-kapal bergerak di atas tanah; yang menaklukkan Istanbul dengan izin dan pertolongan Allah; dan kemudian tidak mengizinkan siapa pun untuk menyebabkan kerusakan sekecil apa pun bahkan sepotong kerikil di kota terhormat ini.

Salam kepada bapak arsitektur, seniman besar, Mimar Sinan sang Arsitek, yang merenovasi Hagia Sophia dengan menara dan memperkuatnya sehingga bertahan selama berabad-abad.

Salam bagi semua saudara dan saudari kita di seluruh penjuru dunia yang telah merindukan dan merayakan dengan gembira pembukaan kembali Hagia Sophia untuk beribadah.

Salam kepada orang-orang terkemuka kami yang telah mengusahakan dengan segenap hati dan jiwa mereka, dari zaman dahulu hingga sekarang, untuk memastikan bahwa Hagia Sophia memenuhi panggilan adzan, iqamat, wa’z, khutbah, doa, pelafalan, kegiatan ilmiah, dan pembinaan jamaah besarnya.

Salam kepada orang-orang terpelajar dan intelektual kami dan para pemimpin terkemuka yang penuh dengan kebijaksanaan dan kebajikan yang menggambarkan Hagia Sophia sebagai “kamar kerohanian dan perhiasan (kami) di rumah kami sendiri”dan menanamkan harapan serta kesabaran dalam hati dan pikiran dengan mengatakan “Hagia Sophia akan (pasti) dibuka (menjadi masjid) kembali! Tunggulah, wahai anak muda, tunggu! Biarkan hujan kasih sayang turun lagi membanjiri. Apa lagi yang aku inginkan selain menjadi bagian dari arus rahmat itu! Hagia Sophia akan dibuka kembali, seperti buku tua tercinta!”

Semoga rahmat Allah atas mereka semua!

Hai orang-orang yang beriman,

Hagia Sophia, dengan usianya lebih dari lima belas abad, adalah salah satu tempat ibadah, pusat pengetahuan, dan kebijaksanaan paling berharga dalam sejarah umat manusia. Tempat ibadah kuno ini adalah ekspresi penghambaan dan ketundukan yang luar biasa kepada Allah, Rabb semesta alam.

Sultan Mehmed Al-Fatih menganugerahkan dan mempercayakan tempat ibadah yang luar biasa ini sebagai cindera matanya (pesan) kepada orang-orang beriman bahwa ini (Hagia Sophia) harus tetap menjadi masjid sampai hari akhir. Setiap aset yang diberkahi dalam keyakinan kami, tidak dapat diganggu gugat, dan akan membakar siapa pun yang menyentuhnya; piagam perjanjian (amanat) itu sangat dijaga dan siapa pun yang melanggarnya akan dikutuk.

Oleh karena itu, sejak hari itu (29 Mei 1453) hingga saat ini, Hagia Sophia telah menjadi tempat perlindungan (ibadah) tidak hanya negara kita tetapi juga umat Nabi Muhammad SAW seluruhnya.

Hagia Sophia adalah tempat dari mana rahmat Islam yang tak terbatas, sekali lagi, disyi’arkan ke seluruh dunia. Sultan Mehmed Al-Fatih berkata kepada orang-orang yang berlindung di Hagia Sophia setelah penaklukan dan sedang menunggu dengan cemas apa yang akan terjadi pada mereka:

“Mulai saat ini, jangan takut untuk kebebasan dan hidupmu! Tidak ada aset persorangan yang akan dijarah, tidak ada orang yang akan ditindas, dan tidak ada orang yang akan dihukum karena (perbedaan) agama mereka yang dianut.”

Sang Sultan bertindak sesuai nurani kemanusiaan. Karena alasan inilah Hagia Sophia merupakan simbol penghormatan terhadap keberimanan, kebijaksanaan dan moralitas.

Muslim yang terkasih!

Pembukaan kembali Hagia Sophia untuk beribadah adalah bukti kesetiaan terhadap akumulasi sejarah peradabannya. Ini adalah kembalinya tempat suci, yang telah memeluk orang-orang beriman selama lima abad untuk kembali pada perannya. Pembukaan kembali Hagia Sophia untuk aktifitas ibadah adalah bukti bahwa peradaban Islam (yang fondasinya adalah tauhid, bangunannya adalah ilmu pengetahuan, dan semennya kebajikan) akan terus meninggi mengayomi, terlepas dari semua kelemahan.

Pembukaan kembali Hagia Sophia untuk ibadah berarti bahwa semua masjid yang menyedihkan, pertama dan terutama Masjid al-Aqsha, dan orang-orang yang tertindas di bumi, mendapatkan dukungan garis hidup.

Pembukaan kembali Hagia Sophia untuk beribadah adalah tekad bangsa kita yang mulia, yang memegang iman dan cinta tanah air di atas segalanya, untuk membangun masa depan yang kokoh dengan kekuatan spiritual yang diwariskan dari para leluhur.

Hai orang-orang yang beriman,

Masjid-masjid kami adalah sumber persatuan, persahabatan, persaudaraan, iman dan ketenangan kami dalam peradaban kami. Allah Yang Maha Kuasa menyatakan tentang mereka yang membangun dan memelihara masjid, “Masjid-masjid Allah hanya dijaga oleh mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang mendirikan sholat, memberikan zakat, dan yang tidak takut kecuali kepada Allah, karena berharap bimbingan-Nya”

Saudara dan saudari yang terkasih!

Apa yang lebih menghancurkan (hati kita) daripada (melihat) masjid, menaranya sunyi? Kubah yang bisu, dan taman yang sepi? Karena permusuhan terhadap Islam yang meningkat setiap hari, ada masjid di berbagai belahan dunia saat ini yang diserang, ditutup, bahkan dibom dan dihancurkan dengan segala kekuatan. Ratusan juta muslim di seluruh penjuru menghadapi penindasan.

Saudara dan saudari yang terkasih!

Kita sebagai orang beriman memaknai Hagia Sophia sebagai tujuan mulia dan keyakinan kokoh untuk memastikan bahwa belas kasih, toleransi, kedamaian, ketenangan, dan kebajikan harus berlaku di seluruh dunia. Inilah alasan mengapa Nabi Muhammad SAW dan nabi-nabi lainnya diutus, yakni membawa risalah keselamatan dan kedamaian.

Jadi, saat ini yang perlu kita lakukan adalah bekerja siang malam untuk memastikan bahwa kebajikan, kebenaran, dan keadilan mendominasi dunia. Kita harus menjadi harapan untuk keselamatan umat manusia yang berada dalam pusaran masalah besar. Kita perlu mempertahankan keadilan dalam wilayah yang dikelilingi oleh penindasan, ketidakadilan, air mata, dan keputusasaan. Kita perlu menyambut seruan, “Wahai Muslim! Pahami, jalankan dan sebarkan Islam dengan baik/benar sebagaimana mestinya sehingga siapa pun yang datang untuk menyerang anda, akan (berbalik) bangkit hidup (yang lebih bermakna) bersebab anda!”

Kami percaya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ali bin Abu Thalib, bahwa bumi adalah rumah kita bersama. Apakah persaudaraan karena seagama atau sesama manusia. Kami percaya bahwa semua anggota rumah (di bumi) ini, tanpa memandang agama, etnis, warna kulit, atau negara, memiliki hak untuk hidup bebas secara manusiawi dalam keselamatan, dalam kerangka nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip moral.

Di bawah kubah Hagia Sophia, kami menyerukan kepada semua umat manusia untuk menegakkan keadilan, kedamaian, belas kasih, dan kebenaran. Kami menyeru untuk mempertahankan nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip moral yang melindungi martabat manusia dan menjadikan kita makhluk yang paling terhormat.

Sebagai pengikut agama yang final dan benar, yang menyatakan bahwa kehidupan setiap orang tanpa memandang jenis kelamin dan usia dijamin. Kami menyerukan kepada umat manusia untuk bekerja sama dan berkolaborasi dalam melindungi kehidupan, agama, aset, dan generasi semua orang. Hari ini kita membutuhkan banyak faktor untuk menyatukan hati kita, dengan segala posisi relasi kita, hati nurani, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.

Izinkan saya menyimpulkan khutbah bersejarah ini, saya ingin melakukan panggilan ke seluruh dunia dari tempat terhormat ini:

Wahai manusia, pintu Hagia Sophia akan senantiasa terbuka untuk semua hamba tanpa diskriminasi. Sebagaimana pintu Masjid Sulaimaniye, Masjid Selimiye, Masjid Sultan Ahmed, dan masjid-masjid kami yang lain. Perjalanan untuk beriman, beribadah, merangkai sejarah, dan berkontemplasi (merenungi hikmah) dalam suasana spiritual Masjid Hagia Sophia akan berlanjut tanpa henti, selamanya Insya Allah.

Semoga Allah yang Maha Kuasa memampukan kita untuk melayani Masjid Hagia Sophia dengan sebaik-baiknya. Masjid yang memiliki tempat khusus dalam benak hati kita, dan bernilai sejarah yang mulia.

Semoga Allah SWT memberkahi kita, bersebab menghormati dan memuliakan Masjid Hagia Sophia, cap-a-pie (pelengkap kepingan sejarah) yang luar biasa.

Semoga Allah memuliakan yang terhormat (Erdogan) dan semua otoritas yang melakukan upaya dalam melindungi budaya dan identitas kita.

Semoga Allah juga memuliakan semua orang yang berdoa, yang berbagi kebahagiaan dengan kita hari ini. Aamiin

(Diterjemahkan dengan beberapa penyesuaian tanpa mengurangi makna)

Penerjemah: Agastya Harjunadhi, M.Pd. (Founder Visi Peradaban Foundation)
Editor: Rusydan Abdul Hadi

 

Sumber:  Kiblat