OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 26 Juli 2020

Menanti Janji Erdogan Rebut Al Aqsha dari Israel setelah Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid

Menanti Janji Erdogan Rebut Al Aqsha dari Israel setelah Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid

Masjid Al Aqsha di Jerusalem, Palestina. - https://www.alaraby.co.uk/

10Berita, JAKARTA-- Pada Jumat (24/7/2020), kata kunci Hagia Sophia menempati trending topik twitter, termasuk di Indonesia.

Masyarakat menyoroti pelaksanaan salat Jumat pertama seusai Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi masjid oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dua pekan lalu.

Ikon Kota Istanbul itu  menggelar shalat Jumat pertama setelah 86 tahun.

Lebih dari 2.000 jemaah mengikuti shalat Jumat pertama di bangunan bersejarah itu sejak 1934.

Foto-foto dari dalam Hagia Sophia banyak beredar minggu ini yang menunjukkan adanya karpet besar yang disiapkan untuk shalat.

Dikutip dari Hurriyet Daily News, 21 Juli 2020, Pemerintah Turki telah mengundang banyak pemimpin asing untuk menghadiri shalat Jumat pertama, seperti Azerbaijan dan Qatar.


Hagia Sophia bangunan yang selama ini difungsikan sebagai museum, sejak 1934, mulai 10 Juli 2020 diubah menjadi masjid. Dalam Encyclopedia Britannica, Hagia Sophia, Ayasofya Turki, Latin Sancta Sophia, juga disebut Gereja Kebijaksanaan Suci atau Gereja Kebijaksanaan Ilahi, katedral yang dibangun di Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki) pada abad ke-6 M (532–537) di bawah arahan Bizantium kaisar Justinian I. Dengan konsensus umum, itu adalah struktur Bizantium yang paling penting dan salah satu monumen besar dunia. (prmustafa/istock.com/britannica.com)

Khotbah akan disampaikan oleh Kepala Direktorat Urusan Agama Turki (Diyanet) Ali Erbas.

Pelaksanaan shalat Jumat digelar sejalan dengan protokol kesehatan, seperti mewajibkan jemaah memakai masker wajah dan sajadah akan dibagikan kepada mereka.

Selain Erdogan, pemimpin Partai Gerakan Nasional (MHP) Devlet Bahceli, wakil dan anggota Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa, serta menteri Turki diperkirakan akan menghadiri ibadah mingguan itu.

Pada Minggu (19/7/2020) lalu, Erdogan melakukan inspeksi ke Hagia Sophia untuk memantau persiapan momen bersejarah ini, demikian ditulis Kompas.com.

Afrika Selatan akan menyiarkan secara langsung pelaksanaan shalat Jumat pertama di Hagia Sophia, seperti dikutip dari Anadolu Agency, 24 Juli 2002.

"24 Juli sangat penting bagi umat Islam karena Masjid Hagia Sophia akan dibuka untuk beribadah setelah 86 tahun," kata Wakil Kepala Yayasan Awqaf Afrika Selatan Mickael Collier.

Saluran televisi yang akan menyiarkan acara itu adalah ITV, Salaam Media, CII International Radio 786, Voice of the Cape, Radio Islam, dan Radio Al Ansaar.

Dia mengatakan, siaran akan berlangsung pada jam 12 siang waktu setempat. Mosaik dan lukisan di Hagia Sophia akan ditutup oleh tirai selama pelaksanaan shalat Jumat.

Oleh karena itu, gambar Theotokos dan mosaik Gabriel yang terlihat dari lantai dasar akan dibuka dan ditutup dengan tirai.

Untuk menjaga agar mosaik di lantai tidak rusak, dua lapis kain akan diletakkan di bawah karpet.

Karpet yang digunakan di Hagia Sophia merupakan produksi dari provinsi Manisa yang merupakan salah satu pabrik penghasil karpet pertama di Turki.

Terbuat dari 100 persen wol asli, karpet itu disebut memiliki motif era Ottoman abad ke-17.

Azan pertama

Bangunan ikonik yang berdiri di Istanbul, Turki, Hagia Sophia telah resmi kembali difungsikan menjadi masjid oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, Jumat (10/7/2020).

Sebelumnya, bangunan besar yang menjadi daya tarik wisata Turki ini difungsikan sebagai sebuah museum.

Pada 1934, Hagia Sophia menjadi museum lantaran keputusan dari Badan PBB UNESCO di bawah pendiri Republik Turki, Ataturk.

Ditarik mundur jauh ke belakang, di awal pendiriannya pada tahun 537 masehi Hagia Sophia dibangun untuk menjadi gereja besar yang menghadap ke pelabuhan Golden Horn.

Berjalannya waktu, terjadilah penaklukkan Ottoman pada 1453 yang membuat fungsinya berubah menjadi masjid.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk "membebaskan" masjid al-Aqsa dari Israel setelah mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.

"Kebangkitan Hagia Sophia menandai pembebasan masjid al-Aqsa," demikian ditulis situs web Kepresidenan Turki.

"Kebangkitan Hagia Sophia adalah jejak kehendak umat Islam di seluruh dunia yang akan datang. Kebangkitan Hagia Sophia adalah kebangkitan api harapan umat Islam dan semua yang tertekan, salah, tertindas dan dieksploitasi."


Imam Al Aqsha Sheikh Ikrimah Shabri (Istimewa)

Sejarah panjang bangunan megah ini menjadikan kembalinya fungsi Hagia Sophia menjadi masjid menuai beragam respons.

Dikutip dari BBC, Minggu (12/7/2020) pemimpin tertinggi Katolik Roma Paus mengaku sedih atas keputusan ini, namun ia berusaha untuk membatasi diri dan tidak memberikan komentar terlalu jauh.

"Pikiran saya melayang ke Istanbul, saya terpikirkan Santa Sophia, dan saya sangat sedih," kata Paus.

Selain Paus, Dewan Gereja Sedunia meminta Erdogan untuk membalikkan keputusannya tentang penetapan Hagia Sophia sebagai sebuah masjid.

Gereja-gereja di Yunani dan Rusia pun menentang hal ini. Bahkan UNESCO menyebut Komite Warisan Budaya dari pihaknya akan melakukan penilaian kembali akan status Hagia Sophia sekarang

Respons warga Turki

Kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid juga ditanggapi beragam oleh warga dari negara tersebut.

Meski kebanyakan masyarakat Turki memeluk agama Islam, namun sebagian dari mereka ada yang tidak setuju dengan keputusan ini. Salah satunya Orhan Pamuk.

Menurutnya, dikembalikannya Hagia Sophia menjadi tempat peribadahan suatu agama menghilangkan kebanggaannya atas negara yang selama ini dikenal sekuler, memisahkan urusan agama dan politik.

"Ada jutaan orang Turki sekuler seperti saya yang menangis menentang hal ini, tetapi suara mereka tidak terdengar," kata Pamuk.

Sebaliknya, banyak juga warga Turki yang bergembira atas status terbaru dari Hagia Sophia.

Terbukti saat azan pertama dikumandangkan dari dalam bangunan itu untuk pertama kalinya tidak lama setelah ditetapkan kembali menjadi masjid, banyak warga yang bersorak-sorai dan mengabadikan momen tersebut dari luar bangunan.

Hal itu karena Islamis di Turki sudah lama meminta hal ini untuk diwujudkan, namun selalu mendapat tentangan dari anggota oposisi sekuler.

Panggilan sholat ini pun langsung disiarkan di seluruh kanal besar berita di Turki. Seluruh media sosial Hagia Sophia sebelumnya pun langsung dinonaktifkan.

Presiden Erdogan menjelaskan, ia akan tetap dengan keputusannya. Namun, ia tidak membatasi kunjungan ke Hagia Sophia.

Semua boleh berkunjung, baik muslim, nonmuslim, wisatawan asing, semua diizinkan untuk singgah di Hagia Sophia.

Hanya saja, secara resmi Hagia Sophia difungsikan sebagai masjid, penggunaan di luar fungsi itu tidak akan diizinkan secara resmi.

Kembalikan kejayaan Ottoman?

Di abad pertengahan, Turki Usmani adalah salah satu peradaban terhebat di dunia.

Dikutip dari Peradaban Turki (2019), kejayaan Turki Usmani disebabkan empat faktor utama yakni pengelolaan pemerintahan yang baik, keadaan perekonomian yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan dan budaya, militer yang kuat dan gencar melakukan ekspansi

Di bawah pendirinya, Osman, Turki Usmani menyerang dua kekuatan besar di sekitarnya yakni Kerajaan Mamluk dan Kekaisaran Byzantium.

Wilayah Turki Usmani pun meluas. Langkah Usmani diikuti oleh putranya, Orhan. Pada masa pemerintahan Orhan, dibangun sistem pertahanan militer yang tangguh. Orhan dikenal keras terhadap tentaranya.

Perang melawan Kekaisaran Byzantium dilanjutkan Orhan. Ia menaklukkan Bursa pada tahun 1324 dan menjadikannya ibu kota Usmani.

Di bawah kepemimpinan Orhan, Turki Usmani meluaskan wilayahnya ke Eropa mulai dari Bursa, Kassovo, Nikopal, dan Gallipoli. Kendati demikian, Turki Usmani belum bisa menaklukkan Kekaisaran Byzantium.

Kejatuhan Konstantinopel

Setelah Orhan, sultan yang berkuasa yakni Sultan Murad I (1360), Sultan Bayazid I (1389), Sultan Muhammad I (1413) dan Sultan Murad II (1421).

Baru setelah kepemimpinan Sultan Muhammad II (1451), Turki Usmani merebut Konstantinopel, ibu kota Byzantium.

Konstatinopel dijadikan ibu kota oleh Turki Usmani. Namanya diganti jadi Istanbul.

Dengan dikuasainya Istanbul, Turki Usmani makin mudah menguasai daerah-daerah di Semenanjung Balkan.

Kerajaan Usmani mencapai puncak kejayaan pada abad ke-16 pada masa pemerintahan Sultan Salim I.

Salim I memfokuskan ekspansi ke arah Selatan Turki. Ia mempersatukan Baghdad, Kairo, dan sisa-sisa kekuasaan Byzantium dalam satu kekuasaan.

Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Turki Usmani menjadi kekhalifan Islam terpenting di Timur Tengah dan Semenanjung Balkan.

Kendati demikian, muncul persaingan dari Dinasti Shafawi. Dinasti Shafawi berusaha menanamkan pengaruh mereka di kawasan Persia.

Permusuhan antara Usmani dan Dinasti Shafawi berlangsung cukup lama. Kondisi ini dimanfaatkan musuh-musuh Turki Usmani di Eropa untuk menyusun kekuatan baru.

Setelah Sultan Salim I wafat, Sultan Sulaiman I naik tahta pada 1520. Di bawah kekuasannya, Turki Usmani berhasil menguasai Lembah Sungai Nil di Mesir dan Lembah Sungai Furat, hingga ke Gibraltar.

Di Afrika Utara, pasukan Turki Usmani menahan pasukan Kerajaan Spanyol yang menyerang lewat lautan.
Satu-satunya wilayah yang tak berhasil dikuasai Usmani hanya Maroko.

Untuk mewujudkan ketertiban dan keamanan di wilayahnya, Sulaiman I menyusun peraturan perundang-undangan bagi rakyat dari berbagai golongan.
Sulaiman I diberi gelar Al Kanuni atau ahli penyusun perundang-undangan.
Di masa ini, ajaran Islam berkembang pesat. Kebudayaan dan perdagangan juga mengalami kemajuan. Begitu pula kesusastraan dan ilmu pengetahuan. Rakyat hidup sejahtera

Sumber: Warta Kota