Mba Puan Pasti Tidak Tahu Ini...
Mba Puan Pasti Tidak Tahu Ini:
(1) Foto 1 diambil pada 1911 di Solok Minangkabau Sumbar oleh Demmeni Jean De Tulp bersama timnya untuk buku Haarlem. Dan saat mereka berkunjung, anggota keluarga ini menjamu mereka, menyediakan akomodasi untuk peliputan dan mengantar mereka bertemu para tokoh yang menjadi sumber berita...for free.
Yang dilakukan keluarga di Solok ini sesuai dengan adab islami dalam meperlakukan tamu dan butir-butir Pancasila. Yakni Sila ke 2 butir 1 dan 2, karena memberlakukan orang asing non muslim sesuai harkatnya sbg manusia. Sila ke 3 butir ke 2 karena memetingkan keselamatan bangsa dan persatuan dengan memudahkan urusan orang asing ini diatas kepentingan pribadi atau golongan. Eh tapi kan Pancasila baru lahir 34 tahun kemudian ya dan Mba Puan baru lahir 62 tahun kemudian. Bukti syariat islam dan warga sumbar lebih pancasilais bahkan sebelum Pancasila itu lahir.
(2) Foto kedua diambil pada tahun 1932, sesaat setelah tokoh utama PERMI WANITA yakni Rasuna Said ditahan kompeni, dan Rasimah Ismail yang menjadi plt menggantikan Rasuna. Tapi selang beberapa bulan Rasimah pun ditahan selama 9 bulan. Kedua wanita besi ini ditahan di pasca pidato yang menggelorakan semangat juang merebut kemerdekan oleh Rasuna di Payakumbuh, pada 11 November 1932 di depan Bioskop Cinema Padang Panjang.
Rasuna baru 22 tahun kala itu dan Rasimah baru 18 tahun. Keduanya membangun organisasi wanita di Payakumbuh. Tujuan didirikannya Permi Wanita lebih mulia dari gerwani milik pekai-yang kelak melebur ke LASWI-yang menjual anti poligami (tapi ngga berani menegur Sukarno yang punya 9 istri, dua diantaranya masih 18 tahun) demi gaet massa, karena tujuannya agar menjadikan para wanita :
- Kalau saya menjadi Guru, orang akan bertanya kepada saya bagaimana fikiranmu sekuat-kuatnya untuk menghidupkan keislaman (jika muslim) dan kebangsaan dalam dada murid
- Kalau saya menjadi saudagar, saya akan menyokong peegerakan rakyat sekuat-kuatnya (menuju kemerdekaan)
- Kalau saya menjadi Ibu, akan saya pompakan roh (merebut) kemerdekaan dalam dada anak saya
- Kalau saya menjadi pemuda (single/pria), saya akan menyusun barisan pemuda untuk tahu (paham) dalam medan perjuangan
- Kalau saya jadi amteenar dan politie, saya akan ucapkan selamat dan setuju dengan gerakan rakyat, karena saya bergaul dengan bangsa saya.
Setelah mengucapkan kalimat tersebut di atas, Rasuna ditangkap dan ditahan.
Dan sekalinya bersuara, para wanita di PERMI Wanita langsung mengalaukan hati para kompeni dan jongosnya, mereka khawatir jika PERMI tidak segera dibungkam, wanita² pribumi yang ciut hatinya malah makin membara. Sunnatullah jika wanita di rumah ghirohnya up, maka para pria di rumah juga makin ghiroh.
Tidak seperti para kader pedip, terutama couple ibu dan anak (you know who lah) itu, yang sekali bersuara malah memecah belah kesatuan dan memporandakan kerukunan.
Misi visi PERMI sesuai dengan syariat islam dalam memperjuangkan kemerdekaan yakni siyasi dan adakan halaqah. Dan sesuai dengan butir Pancasila terutama sila kesatu butir 2,5&7, sila kedua butir 6-8, sila ketiga butir 2,3,4&6, sila keempat butir 1,7&9, sila kelima butir 4,5,9&11.
Eh tapi kan Pancasila baru lahir 13 tahun kemudian ya dan Mba Puan baru lahir 39 tahun kemudian. Bukti syariat islam dan warga Sumbar lebih pancasilais bahkan sebelum Pancasila itu lahir.
(3) Foto nomer tiga tidak diketahui kapan diambilnya, tapi Majalah Medan Poetri turut menampilkan artikel tentang perbudakan pada pekerja perkebunan di sekitar Sumatera Tengah (Sumbar, Jambi, Riu dan Kep Riau) tahun 1923-an.
Meski bernama Medan Poetri tapi dewan redaksi mayoritas dari Sumbar. Meski foto menampilkan dewan redaksi yang berhijab semua, tapi SDM di majalah terbuka untuk non muslim. Ini majalah pertama yang mempublikasi pemikiran-pemikiran perempuan (muslim dan non muslim) dimasa Hindia Belanda.
Majalah ini juga menambah wawasan wanita tentang hukum dan politik. Kaum Fenimisme yang kini jengah dengan kalangan berhijab, dimana kiprah kala itu? Dan ini sesuai dengan Syariat Islam tentang kesetaraan menimba ilmu dan berbagi keilmuwan sesuai kafaah-nya. Serta sesuai dengan butir-butir Pancasila terutama sila kesatu butir 1, sila kedua butir 1&2, sila ketiga butir 3&6 dan sila keempat butir 1-4.
Lagi-lagi rakyat Sumbar sudah lebih pancasilais jauh sebekum Pancasila dan Mba Puan lahir.
Tidak selamanya diam itu emas karena bisa jadi diamnya dia karena memang kurang ilmu. Kalau saat diam saja itu emas, maka seharusnya saat berbicara itu bak batu taaffeite (lebih mahal dari emas, ditemukan Edward Taaffe, 1 gram seharga 234juta). Dan diamnya Mba Puan selama ini terbukti karena kurang ilmu, karena saat dia bicara justru lebih murah dari emas kualitas diksinya. Mari, mba mendinh diam aja lagi.
Ayo makin bijak lagi dalam bernarasi, apalagi jika sudah menjadi sosok yang banyak diikuti. Berfikir sejenak, jangan asal ngejeplak, agar buah fikir kita ga bikin air tenang menjadi beriak-riak.
(By Nur Devi Rasita : 7 September 2020)
___
*Sumber : Jernih Melihat Cermat Mencatat (Antologi Karya Jurnalistik Wartawan Senior), Medan Rakyat Menyerempet Kawat Berduri (artikel tentang Rasuna Said, ditulis oleh Rohana Koedoes), Harleem Book by Demmeni (Leiden Unversity Library). 📸 : Harleem Book
Sumber: konten islam