OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 31 Januari 2021

Sudah Saatnya Abu Janda Masuk Penjara

Sudah Saatnya Abu Janda Masuk Penjara



10Berita – Sebenarnya saya menghindar untuk menanggapi apa yang dilakukan Permadi Arya alias Abu Janda, baik omongannya yang sering nglantur atau tindakannya yang bikin geleng kepala. Menghindar bukan berarti takut atau tak punya argumen untuk membantah, tapi lebih pada menjauhi hal yang unfaedah.

Bahkan saya sudah unfollow akun twitter Abu Janda sebelum mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti menyerukan untuk unfollow. Bu Susi bukan berarti tak mau adu argumen dengan Abu Janda, tapi menghindari debat yang tak bermanfaat.

Tapi ada hal yang cukup membuat saya tergelitik untuk membahas Abu Janda pada tulisan ringan ini. Pertama yaitu ucapannya terkait Natalius Pigai yang menyinggung evolusi dan kedua soal ucapan Islam arogan.

Soal yang pertama, kalimat menyinggung evolusi bermula dari komentar Natalius Pigai soal Hendropriyono dalam sebuah berita berjudul ‘Pigai ke Jenderal Hendropriyono: Apa Kapasitas Bapak di Negeri Ini’.


cuitan Abu Janda soal Evolusi

 

Abu Janda pun dilaporkan ke Polisi oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). KNPI menilai bahwa Abu Janda melakukan ujaran kebencian berdasarkan SARA. Kini, laporan itu masih diproses polisi dan Abu Janda akan dipanggil.

Kemudian yang kedua, Permadi menyebut Islam arogan saat membalas tweet dari mantan Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnaen. Cuitan ini tak hanya dikecam oleh pihak yang selama ini kontra dengan Abu Janda, tapi juga dikritik kubunya sendiri. Bahkan, ucuitan ini bisa saja dibawa ke pidana dengan dugaan penodaan agama.

Meski sering berlindung di balik nama besar PBNU, untuk kasus ini para petinggi PBNU pun membantah bahwa ucapan Abu Janda mencerminkan NU. Katib PBNU, Zulfa Mustofa mengatakan Permadi Arya tak jelas sebagai warga nahdliyin. Ia menyebut Abu Janda lebih banyak merugikan NU.


cuitan Abu Janda soal Islam Arogan

Abu Janda pun memberikan dalih dari masing-masing statemen yang ia lontarkan. Untuk yang menyinggung Pigai, ia mengklaim bahwa maksud dari evolusi adalah berkembang. Dalam hal ini, Permadi mengatakan yang berkembang bisa akhlak dan bisa pikiran. Silahkan tersenyum sejenak sebelum ke paragraf berikutnya.

Di sini Permadi terlihat tidak PD dengan dalihnya. Jika memang yang dimaksud adalah bukan evolusi sebagaimana teori Darwin, seharusnya ia memberikan penjelasan yang kongkrit. Bukan menyebutkan dua pilihan yang mengambang dan tidak nyambung dengan cuitannya.

Untuk dalih Islam arogan, melalui akun twitter Permadi meretweet akun yang memposting video penjelasnnya. Namun lagi-lagi, Permadi terlihat gagap dalam menyampaikan klarifikasi. Dalam video itu, ia menyebut bahwa Islam arogan adalah Islam transnasional dari Arab yaitu salafi wahabi yang mengharamkan sedekah laut dan bukan Islam nusantara. Maka timbul pertanyaan, bukankah Islam memang transnasional dan dari Arab? Sejak kapan Islam Nusantara jadi agama sendiri yang muncul di Indonesia?

Ia juga menyebut bahwa cuitannya dipotong, diviralkan tanpa konteks seakan itu pernyataan mandiri padahal jawaban atas cuitan Tengku Zulkarnaen. Barangkali Abu Janda lupa jika Maheer At-Thualibi juga mengalami hal yang sama bahwa cuitan yang viral merupakan cuitan tanggapan. Jadi itu sama sekali bukan alasan pemaaf menurut hukum pidana.

Memang setiap orang ada masanya. Saya berkhusnuzon bahwa sudah saatnya Abu Janda masuk penjara atas apa yang ia lakukan. Sudah saatnya Abu Janda diberi efek jera agar tak sembarangan melontarkan ucapan atau melakukan perbuatan yang membuat perpecahan.

Kasus ini juga menjadi batu uji gagasan Presisi oleh Kapolri baru, jangan sampai gagasan itu digadaikan dengan pengabaian terhadap perilaku Abu Janda. Apabila kasus ini mangkrak, maka kepercayaan masyarakat terhadap Polri berpotensi menurun.

Penulis: Taufiq Ishaq

 

 

Sumber: Kiblat.


Related Posts: