10Berita — Ekonom senior Rizal Ramli menyindir Presiden Jokowi terkait banjir yang terjadi di Jakarta, Sabtu (20/2). Dulu Jokowi mengatakan, banjir mudah diatasi jika dia presiden.
Rizal Ramli melalui akun Twitter @RamliRizal, Minggu (21/2) mengunggah video wawancara Jokowi yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Dalam wawancara itu, Jokowi menyebut tak bisa menyelesaikan banjir di Jakarta, karena banjir di Jakarta ini merupakan air kiriman dari luar Jakarta atau hulu.
Ada 11 sungai besar yang muaranya ke Jakarta da nasal sungai ini dari wilayah provinsi lain.
Dalam postingan itu juga ada berita yang memuat pernyataan Jokowi, banjir di Jakarta akan bisa diatasi jika dia jadi presiden.
Menanggapi video ini, ekonom senior Rizal Ramli pun langsung memberikan sindiran keras.
“Lho pemerintah pusat kemana aja ? Kekuasaan punya, tapi kemampuan untuk memanfaatkan kekuasaan untuk selesaikan masalah minim,” tegas mantan Menko Perekonomian ini.
Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun mengatakan omong besar Jokowi tak terbukti soal banjir Jakarta akan mudah ditangani jika dia jadi Presiden.
Analis sosial politik UNJ ini mengatakan, jika memori publik dibuka kembali soal pernyataan Jokowi sebelum menjadi Gubernur DKI, dan sebelum menjadi Presiden RI tentang banjir di Jakarta, maka yang terlihat hanya omong besar demi mendapat keuntungan elektoral.
Saat jadi walikota Solo, Jokowi pernah merasa bahwa menangani banjir DKI Jakarta adalah hal mudah.
Sementara saat jadi gubernur DKI Jakarta, Jokowi mengatakan bahwa mengatasi banjir DKI Jakarta akan lebih mudah jika menjadi Presiden RI.
Faktanya, ketika jadi gubernur DKI Jakarta dan bahkan jadi Presiden RI dua periode, Jokowi tidak mampu mengatasi banjir.
“Ibukota nyatanya masih tergenang banjir saat hujan lebat, walau Jokowi sudah memasuki periode kedua sebagai presiden,” tegasnya, Minggu (21/2).
“Padahal saat jadi gubernur dia mengatakan lebih mudah diatasi jika jadi presiden. Setelah jadi presiden lebih dari 6 tahun ini, dia tidak mampu atasi banjir, bahkan banyak menyalahkan hujan,” ujar Ubedilah.
Ubedilah mentakan bahwa fenomena omong besar Jokowi dapat disebut sebagai bagian utama dari simulacra politik.
Omong besar sebagai narasi citra, narasi semu demi mendapat citra dan keuntungan elektoral.
Saat itu omong besar berhasil menaikan citra politiknya di level nasional. Ubedilah Badrun menyebutnya sebagai citra semu populisme.
“Kini omong besar Jokowi tidak terbukti,” tegas Ubedilah Badrun. (PJS)