OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 16 Maret 2021

Damascus Swords, Pedang Terhebat Dunia Standar Pasukan Muslimin Abad Pertengahan

Damascus Swords, Pedang Terhebat Dunia Standar Pasukan Muslimin Abad Pertengahan


10Berita – Penggalan kisah penyerangan pasukan Muslim yang dipimpin oleh Salahuddin Al Ayubi ke Jerusalem dalam penyebaran islam, menjadi cerita heroik tentang kekuatan armada perang Islam pada saat itu. Kekuatan armada perang terdengar hingga daratan eropa dimana kerajaan-kerajaan kristen berkuasa. Hal ini menjadi perhatian sendiri bagi kerajaan kristen saat itu untuk mempersiapkan diri lebih baik dalam rencana perebutan kembali Jerusalem.

Di abad pertengahan, ksatria-ksatria Kristen memutar otak dalam upaya untuk merebut kembali Yerusalem dari kaum Muslimin di timut tengah. Dalam pertempuran kombatan ksatria kristen selalu kalah. Pedang yang mereka gunakan selalu kalah secara kualitas dengan pedang yang digunakan pasukan Muslim. Pasukan Muslim pada gilirannya memotong penyerang dengan menggunakan jenis pedang yang sangat khusus, yang dengan cepat mendapatkan reputasi mitos di antara orang-orang Eropa, yaitu ‘Pedang Damaskus’.

Seperti hal-nya kisah kehebatan pedang Excalibur, milik King Arthur, ‘Pedang Damaskus’ juga memiliki kisah tentang kehebatan-nya. Namun yang berbeda, Excalibur dibuat secara khusus untuk satu orang, sedang ‘Pedang Damaskus’ justru dibuat secara masal, sebagai senjata standard pasukan muslim saat itu.

‘Pedang Damaskus’ sangat kuat, tapi masih cukup fleksibel untuk menekuk dari ujung ke ujung. Reputasi dan sejarah baja Damaskus telah melahirkan banyak legenda, seperti kemampuan untuk memotong laras senapan. Dan konon karena sangat tajam-nya, ‘Pedang Damaskus’ mampu membelah syal sutra yang mengambang ke tanah, sama mudahnya seperti tubuh ksatria. Mereka adalah senjata superlatif yang memberi kaum Muslim keuntungan besar, dan pandai besi mereka dengan hati-hati menjaga rahasia pembuatannya. Rahasianya yang akhirnya musnah di abad kedelapan belas dan tidak ada tukang besi Eropa yang mampu mereproduksi ulang metode pembuatan ‘Pedang Damaskus’ sepenuhnya.


Sumber: