OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 31 Januari 2022

Beringas, Minoritas Menindas Mayoritas

Beringas, Minoritas Menindas Mayoritas



Tudingan politik identitas yang dialamatkan ke umat Islam,  terus digiring sebagai momok yang menakutkan. Selain sebagai gerakan intoleran, politik identitas itu kerap dianggap mengancam kebhinnekaan dan kemajemukan bangsa.  Sejalan dengan itu, tirani minoritas terus menunjukkan superioritasnya pada mayoritas. Segelintir orang dan kelompok yang sesungguhnya  juga menjadi bagian dari politik identitas, bebas melenggang menguasai hajat hidup orang banyak dengan kekuasaannya terhadap negara dan kekayaan sumber daya alam di dalamnya.

Oleh Yusuf Blegur, Pegiat Sosial dan Aktivis Yayasan Human Luhur Berdikari

BUKAN hoax apalagi fitnah adanya  berita tentang lahan di Indonesia dikuasai tidak lebih dari 1% penduduk. Selain pengelolaan sumber daya alam dan produksi-produksi kebutuhan pokok rakyat. Pemilik modal perorangan dan dalam bentuk korporasi itu, bahkan mampu menggeser peran negara. Pemerintah dan fungsi regulasinya telah diambil mesin-mesin kapitalisme dalam wujud perusahaan transnasional maupun multinasional.

Konstitusi berikut aparatur pemerintahan   telah dibeli dan menjadi cabang-cabang kekuatan industri borjuasi korporasi. Kepemilikan modal besar mampu melemahkan eksistensi negara, untuk selanjutnya melumpuhkan kekuatan rakyat. Demokrasi dilumpuhkan, institusi-intusi negara dan kelembagaan politik  telah menjadi alat sekaligus tameng birokrat dan pengusaha. Taipan-taipan itu menggandeng pemerintahan dan kemudian menjadi oligarki  yang membajak Indonesia.

Kesadaran kritis dan gerakan perlawanan semakin tak berdaya. Rezim kekuasaan yang ditunggangi mafia ekonomi dan politik, melancarkan represi dan atau fasilitas berupa harta   dan jabatan. Rakyat terbelah, sebagian turut mengekor pada kekuasaan dan tunduk pada pengusaha pengendali pemerintahan. Sebagian besar lainnya pasrah dan sedikit yang menentangnya secara sporadis dan parsial. Itupun kalau masih bisa selamat dari rezim.

Pemimpin-pemimpin intelektual dan agama tiarap dan mencari jalan aman dengan melakukan kompromi pada kekuasaan. Rakyat dibiarkan berjuang sendiri dalam keterbatasan menghadapi kesulitan ekonomi, tekanan kebijakan politik rezim  dan mulai merasakan kesulitan hidup.  Rakyat mulai kehilangan semangat persatuan dan kesatuan sebagai sebuah bangsa. Konflik horisontal terus menghantar ke jurang disintegrasi sosial. Semakin komplit penderitaan rakyat banyak, hidup dalam kemiskinan dan terpecah-belah. Semua itu umat Islam yang paling merasakannya.

 Sumber: Eramuslim

Related Posts:

  • 09 Beredar Video Anak 10 Tahun Disuruh Nyoblos No.2 10Berita- Ranah media sosial Twitter pagi ini diguncang sebuah video berisi pengakuan dua bocah perempuan berusia 10 tahun yang turut mencoblos pada pilkada DKI Jak… Read More
  • 04 Tak terima Di Komentari Netizen Gara-gara Dukung Ahok, Angel Lelga Ancam Lapor Polisi 10Berita- Angel Lelga menyatakan berniat untuk menempuh jalur hukum jika netizen tidak juga berhenti berkomentar di akun Instag… Read More
  • 03 PDIP Ngemis SBY Minta Demokrat Dukung Ahok, Ini Tanggapan Cerdas Marissa Haque 10Berita- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) harusnya tidak membantai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maupun Partai Demokra… Read More
  • 10 Ribut DP 0, Anies: "Kalau Anda enggak punya solusi jangan salahkan orang yang punya solusi" #Makjleb 10Berita-Pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahud… Read More
  • 04 Ngaku Pernah Potong Tentara, Ahoker Iwan Bopeng Diburu Anggota TNI 10Berita- Video pendukung Ahok alias Ahoker bernama Fredy Tuhenay alias Iwan Bopeng mencak-mencak di Tempat Pemungutan Suara (TPS) menjadi viral d… Read More