Berani Blak-blakan, Motivator Merry Riana Kagum dengan Anies Baswedan
10Berita - Motivator Merry Riana mengaku kagum dengan sosok Bakal Calon Presiden (Bacapres) Koalisi Perubahan Anies Baswedan.
Hal itu disampaikan wanita berdarah Tionghoa-Indonesia ini usai mewawancarai Anies di Channel Youtube Merry Riana dengan judul ‘PERDANA!! ANIES BASWEDAN BLAK-BLAKAN TENTANG PERJANJIAN POLITIK PRABOWO-ANIES-SANDI yang tayang Jumat, 10 Februari 2023 kemarin.
“Walaupun sdh sering bertemu, tp hari ini sy bs melihat sisi lain dari Pak @aniesbaswedan yg membuat sy kagum,” kata Merry melalui Instagramnya @merryriana dikutip, Sabtu, 11 Februari 2023.
Kekaguman Merry, lantaran Anies secara gamblang mau menceritakan isu yang selalu ditudingkan ke Anies mulai dari isu politik identitas, radikal, hingga bicara soal dana Rp50 Miliar yang disebut oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sebagai utang.
“Pak Anies begitu terbuka menjawab pertanyaan2 sulit dr saya, padahal beliau tentu punya hak utk tidak menjawab,” ucapnya.
“Di akhir podcast, Pak Anies bahkan berterimakasih kepada saya utk pertanyaan2 sulit tadi. Kata Pak Anies, pertanyaan2 ini akan membantu beliau dlm mengambil keputusan utk ke depannya,” lanjutnya.
Dia pun menyampaikan terima kasih kepada Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu karena telah meluangkan waktu untuk bertukar pikiran.
“Terima kasih Pak Anies sudah meluangkan waktu utk datang berkunjung ke kantor Merry Riana Group, berbagi dan bertukar pikiran,” tuturnya.
Sebelumnya, publik sempat dihebohkan oleh informasi bahwa Anies Baswedan punya utang kepada Sandiaga Uno sebesar Rp50 Miliar yang belum dibayar. Utang itu adalah biaya untuk kampanye Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 lalu.
Dalam tayangan di channel Youtube Merry Riana Anies blak-blakan bicara soal dana Rp50 Miliar yang disebut oleh Sandi sebagai utang.
Menurut Anies, pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, yang ketika itu dia berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai Calon Wakil Gubernurnya, banyak sekali pihak yang memberi sumbangan. Ada yang mereka ketahui, ada pula yang mereka tidak ketahui. “Ada yang memberi dukungan langsung kepada relawan atau tim,” katanya.
Anies mengakui, ketika itu ada pihak yang memberikan sejumlah uang yang jumlahnya sekitar Rp50 Miliar. Uang itu bukan untuk pribadi Anies Baswedan maupun Sandiaga Uno, tetapi untuk membiayai Pilkada. Tetapi pihak pemberi uang tersebut ingin dicatat sebaga utang dengan perjanjian tertentu.
“Ada pinjaman. Setulnya bukan pinjaman, dukungan. Pemberi dukungan ini yang minta dicatat sebagai utang,” kata Anies.
Sebetulnya uang sebesar itu merupakan dukungan kampanye untuk sebuah perubahan, untuk kebaikan. Uang itu pun bukan berasal dari Sandiaga Uno seperti yang diramaikan, melainkan berasal dari pihak ketiga.
Syarat dari pemberi uang itu adalah, bila Anies-Sandi berhasil memenangkan Pilkada, maka dicatat sebagai dukungan. Sebaliknya, bila mereka kalah, maka dana dukungan itu menjadi utang yang harus dikembalian oleh berdua.
“Siapa penjaminnya? Yang menjamin adalah Pak Sandi. Jadi uangnya bukan dari Pak Sandi. Dari pihak ketiga yang mendukung,” kata Anies.
Meskipun uang dukungan yang dicatatkan sebagai utang itu untuk berdua, tetapi yang menandatangani surat pernyataan utangnya adalah Anies sendiri.
“Ada surat pernyataan utang, saya yang tanda tangan,” tegasnya.
Dalam surat itu disampaikan apabila Pilkada kalah, Anies dan Sandi berjanji mengembalikan. Tetapi bila menang Pilkada, maka dana dukungan itu dinyatakan bukan utang, dan selesai.
“Maka begitu Pilkada selesai, dan menang, selesai (tidak ada utang),” kata Anies.
Anies menggaris bawahi, kenapa kalau kalah mereka berdua malah harus membayar?
Kalau kalah Pilkada, Anies akan berada di luar pemerintahan. Mencari uang untuk mengembalikan utang. Dia mungkin berbisnis atau membuat usaha apa pun.
Sebaliknya, ketika dia menang Pilkada, maka dia masuk ke dalam pemerintahan yang tidak mungkin mencari uang atau berbisnis.
“Kalau saya menang, saya masuk pemerintahan. Saya tidak mencari uang di pemeritahan untuk membayar itu. Bukankah ini yang menjebak kita selama ini? dengan praktik fundrising untuk biaya Pilkada,” katanya.
“Bila di luar pemerintahan, sah dong saya cari uang, sah punya usaha. Ketika saya menang (masuk pemerintahan), tidak punya usaha,” imbuhnya.
Itulah yang dia maksud bila kalah Pilkada dia harus membayar utang, tetapi bila menang Pilkada berarti tidak ada utang. Sebab pada dasarnya uang sebesar itu adalah dukungan untuk membuat Jakarta yang lebih baik.
“Tidak ada sebuah utang yang hari ini harus dilunasi. Karena ketika Pilkada selesai, selesai. Jadi aneh ketika sekarang bicarakan ada utang yang belum selesai. Karena perjanjiannya begitu,” ujar Anies.
Bahwa mendukung itu untuk perubahan, bukan mendukung untuk investasi yang harus dikembalikan dengan previlage-privalage,” katanya.
Sumber: kbanews