OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 23 Maret 2023

Meski Bukan Pejabat Publik, Para Buzzer Tak Mampu Redupkan Cahaya Anies Baswedan

Meski Bukan Pejabat Publik, Para Buzzer Tak Mampu Redupkan Cahaya Anies Baswedan



 

10Berita - Cahaya Anies Baswedan terus bersinar meski tak mengemban sebagai pejabat publik. Indikasinya jelas, Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu dielu-elukan saat melakukan kunjungan ke daerah-daerah, alias tak pernah sepi dari antusiasme masyarakat.

Padahal, saat akan selesai dari pucuk pimpinan di Ibu Kota, mantan Rektor Universitas Paramadina itu dinilai oleh segelintir orang yang tak suka, akan redup dan popularitasnya akan anjlok.
 
“Fenomena ini menarik sih, kalau saya sih menyebutnya bagaimana cara menutupi matahari di siang hari. Ini fenomena yang kita lihat ada bersama pak Anies Baswedan,” kata Direktur Eksekutif Center for Education Regulations and Developments Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji, kepada KBA News, Kamis, 23 Maret 2023.

Ia pun menduga, aturan agar pemilihan umum dilakukan serentak pada 2024 nanti adalah desain oknum pemerintah pusat agar Anies tak memiliki jabatan hingga 2024 nanti. Motifnya, yakni agar elektabilitas suami Fery Farhati turun.

“Karena sebetulnya kan semua ini terjadi karena desain dari (oknum) pemerintah pusat. Yang saat ini menghentikan yang namanya pilkada,” jelasnya.

“Jadi bisa kita bayangkan kalau tahun 2022 kemarin ada pilkada DKI Jakarta, pasti Pak Anies akan sibuk dengan pilkada DKI Jakarta. Kemudian saya yakin beliau menang, hari ini sudah sibuk dengan ngurusin DKI Jakarta,” katanya lagi.

Para oknum pembuat aturan tersebut, lanjut dia, dimungkinkan dulu berpikir jika Anies tidak lagi menjabat sebagai gubernur, maka pamornya akan turun.

“Jadi gak punya kekuatan apa-apa, gak punya massa, gak punya anggaran, makanya dihentikanlah yang namanya pilkada (dan dilakukan serentak di 2024),” jelasnya.

“Pak Anies di biarkan untuk menjadi rakyat biasa sama seperti kita. Dan kalau kita lihat dari akun-akun para buzzer, para pendengung itu juga waktu Pak Anies berhenti menjadi gubernur bersorak-sorai semua, senang mereka. Justru berpikir cahayanya Pak Anies akan redup, gak akan bersinar,” katanya lagi.

Ia menganalogikan Anies Baswedan seperti cahaya matahari pada siang hari. Dan karenanya, tak ada gunanya para buzzer menutupi cahaya terang tersebut. “Ini bahkan belum berada di tengah hari, di saat matahari bersinar seterik-teriknya,” ujarnya.

Sekedar informasi, tahun 2024 nanti akan menjadi tahun politik besar-besaran di Indonesia. Pada tahun tersebut, pemilu dan pilkada bakal digelar serentak.

Pemilu digelar pada 14 Februari 2024 untuk memilih presiden dan wakil presiden, lalu anggota dewan perwakilan rakyat (DPR), dewan perwakilan daerah (DPD), serta dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi dan kabupaten/kota.

Sementara, pilkada bakal digelar 27 November 2024. Melalui gelaran pilkada, akan dipilih gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota di seluruh Indonesia.

Ini akan menjadi pemilihan pertama yang terbesar di Indonesia. Sebab, sebelumnya, pemilu dan pilkada belum pernah dilaksanakan di tahun yang sama.

Ketentuan mengenai pilkada digelar serentak di 2024 diatur melalui Pasal 201 Ayat (8) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa pemungutan suara serentak nasional dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota di seluruh wilayah NKRI dilaksanakan pada bulan November 2024.

Sumber: kba


Related Posts: