OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 17 Juni 2023

Mental Anies Juara: Bukan Penjilat, Apalagi Pengkhianat

Mental Anies Juara: Bukan Penjilat, Apalagi Pengkhianat



 

10Berita - Ahad (14/5) ba’da Maghrib saya dan teman-teman tiba di Pendopo Kediaman Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, di kawasan Lebak Bulus, Jakarta. Alhamdulillah, kami yang bukan siapa-siapa, bisa berdiskusi dengan calon presiden yang sangat menghargai lawan bicara. Mungkin sesuai dengan salah satu ‘slogan’ Anies: Inspirasi datang melalui interaksi, ‘interaksi receh’ dengan kami pun bisa menjadi inspirasi bagi Anies yang tengah ‘dicawe-cawe’ (coba dihentikan lajunya) oleh Presiden Joko Widodo.

Lebih dari dua jam kita yang berada dalam pendopo berdiskusi tentang banyak hal, politik, ekonomi, olahraga, isu-isu terkini. Masukan, saran, bahkan kritik dari banyak kepala yang hadir tumpah di ruangan itu. Semua tak membuat kening tuan rumah berkerut, raut berubah, apalagi marah.
 
Sebaliknya Anies menjawab semuanya dengan santai diselingi tawa. Bahkan saat sang istri Fery Farhati datang untuk bergabung Anies menyambutnya dengan canda mesra yang menghangatkan suasana pendopo malam itu.

Saya sendiri baru kali pertama berjumpa Anies sedekat ini. Pernah beberapa kali melihatnya saat jadi keynote speaker di acara kelulusan putri saya (2013) dan di Stadion Utama Gelora Bung Karno kala Persija berlaga. Jadi saya sudah melihat langsung bagaimana Anies dihalangi turun ke lapangan karena ada yang takut Anies akan kembali jadi headline berita.

Kesimpulan saya dari obrolan kami malam itu Anies memang punya mental juara. Tak gentar meski dihalang-halangi, tak galau meski nyata-nyata dibegal lawan. Beda sekali dengan penjilat yang memuja-muji atau bahkan pengkhianat yang menjadi kaki tangan untuk memisahkan partai koalisi yang mengusung Anies.

Apa yang bisa diharapkan dari sosok penjilat dan pengkhianat? Bangsa ini butuh sosok bermental juara, sportif, maju ke gelanggang dengan percaya diri, bukan disetir sana-sini tak punya nyali.

Bertanding belum tapi sudah minta ‘disahkan’ jadi pemenang oleh lembaga survei (berbayar mungkin). Masuk ke lapangan minta dilindungi penyelenggara (presiden/pemerintah), wasit (KPU, Bawaslu), disokong perangkat pertandingan lain (aparat).

Bertanding tidak mau dengan game penuh minta diatur satu game (putaran) saja dengan penonton dibayar untuk bertepuk tangan, menjijikan bukan?

Tapi sekali lagi Anies tak gentar, tak diunggulkan lembaga survei bukan berarti tak bisa naik ke podium utama. Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah bukti nyata. Ridho Allah SWT adalah kuncinya. Bukan bolak-balik ke Istana meminta arahan Jokowi, yang manusia biasa. “Kita minta ridho dari Allah saja,” tegas Anies.

Rahmi Aries Nova, Jurnalis Senior Freedomnews

Sumber: kba


Related Posts: