OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label HIDAYAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HIDAYAH. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Juni 2020

Pernah Alami Aksi Teror di Gereja hingga Lihat Lafaz Allah di Langit Malam, Kini Pendeta asal Mojokerto Ini Jadi Mualaf

Pernah Alami Aksi Teror di Gereja hingga Lihat Lafaz Allah di Langit Malam, Kini Pendeta asal Mojokerto Ini Jadi Mualaf


MOJOKERTO–Seorang pendeta di Mojokerto, Jawa Timur, Agus Setiyono (55), langsung memutuskan masuk Islam setelah melihat bintang berbentuk lafadz Allah. Kini, Agus yang telah berganti nama Ibnu Mas’ud, tinggal di Kebumen di Pondok Pesantren Al Hasani, Desa Jatimulyo, Alian Kebumen Jawa Tengah.

Dia memperoleh hidayah usai melihat bintang berbentuk lafadz Allah dengan aksara Arab di suatu tengah malam. Agus Setiyono merasa itu petunjuk kebenaran. Hingga hatinya mantap untuk masuk Islam. Dia lalu disarankan budenya ke Ponpes Lirboyo Kediri untuk memantapkan keyakinannya dan mempelajari Islam. Hingga ia bersahadat di sana, di bawah bimbingan KH Idris Marzuki saat masih hidup. Namanya kemudian diganti menjadi Ibnu Mas’ud.

“Setelah sahadat, saya diajari wudu, membaca alif baa ta, salat yang benar. Dari situ saya menjalankan tata krama Islam dengan baik,”katanya.

BACA JUGA: Ini Kisah Pendeta AS yang Masuk Islam setelah Kunjungi Arab Saudi

Di desa di Kecamatan Alian Kebumen Jawa Tengah, ia memperdalam pengetahuan Islam di Pondok Pesantren Al Hasani pimpinan Kyai Asyhari Muhammad Al Hasani yang juga Ketua Pagar Nusa Kebumen. Ia bertemu Kyai Asyhari sewaktu di Lirboyo hingga memutuskan ikut ulama itu pulang ke Kebumen atas restu KH Idris Marzuki.

Keputusan pendeta itu masuk Islam sempat ditentang kalangannya. Ia bahkan mengaku sempat mendapat ancaman. Namun siapapun tak bisa menggugat keputusannya. Mas’ud memutuskan meninggalkan kota dan orang-orang yang sempat berhubungan dengannya, termasuk keluarga.

Kehidupan Ibnu Mas’ud yang merupakan seorang mualaf kini sangat bertolak belakang dengan kehidupannya dulu. Padahal dahulu ia golongan priayi. Tepatnya, saat ia masih menjadi pendeta di sebuah gereja di Mojokerto, Jawa Timur. Ia dan keluarganya sempat tinggal di kota bergelimang harta. Namun, semuanya dia tinggalkan, termasuk anak istrinya yang menolak ajakannya masuk Islam.

Untuk mencukupi kebutuhan harian, kini Ibnu Mas’ud bekerja menjadi tukang kebun sekolah. Ia juga memungut sampah atau barang rongsokan untuk dijual kembali.

“Aktivitas saya sekarang azan di masjid, membersihkan makam, jadi tukang kebun dan memungut rongsok di tempat sampah,” kata Ibnu Mas’ud, Mei lalu seperti dikutip dari Suara.

Pekerjaan itu dia jadikan sebagai bagian dari pengabdiannya kepada agama barunya, Islam.

Tiga tahun menimba ilmu di pesantren membuat pengatahuan agama Mas’ud terus bertambah. Ia yang telah matang belajar teologi Kristen hingga menjadi pendeta, kini harus mulai nol lagi untuk mempelajari Islam.

“Alhamdulillah pengetahuan bertambah. Kegiatan istigasah, mujahadah saya ikuti. Kitab kuning saya pelajari,” kata Ibnu Mas’ud.

BACA JUGA: Anak Pendeta Ini Akhirnya Masuk Islam Setelah Mendengar Kalimat Syahadat

Semakin dalam pengetahuannya tentang Islam, hatinya semakin mantap. Agama Islam ternyata tak seperti bayangannya dulu sebelum menjadi mualaf, yakni keras dan menakutkan. Agama Islam mengajarkan kedamaian serta akhlak karimah. Bukan radikalisme sebagaimana dicitrakan selama ini. Ia kini tahu aksi teror hanyalah ulah oknum yang membawa nama agama untuk menghalalkan tindakannya.

“Saya tidak membenci (Islam), saya hanya takut saat itu,” kata Ibnu Mas’ud yang punya pengalaman merasakan aksi teror di gereja saat dirinya masih menjadi pendeta. 

Kala itu, gerejanya pernah dibom saat ia dan umat Kristiani lain menjalankan peribadatan Natal. Seketika ledakan itu membuat jemaat lari kocar kacir. Mas’ud yang kala itu masih bernama Agus Setiyono ikut lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri. Insiden itu bahkan menewaskan seorang anggota Banser NU yang sedang berjaga mengamankan gereja. Ibnu Mas’ud sendiri berhasil selamat dari insiden itu, meski ada jemaat yang luka karena terkena puing ledakan. []

SUMBER: SUARA


Senin, 08 Juni 2020

Sarah Joseph, Dulu Anti-Islam Kini Jadi Tokoh Berpengaruh

Sarah Joseph, Dulu Anti-Islam Kini Jadi Tokoh Berpengaruh


10Berita, Bagi pemilik nama lengkap Sarah Joseph ini, Islam begitu asing.

Saat itu, tidak ada hal yang indah sama sekali tentang Islam di mata Sarah.

Ia hanya memiliki pandangan negatif tentang agama yang diturunkan kepada Muhammad SAW ini.

Yang terlintas di benak perempuan kelahiran 1971 itu Islam adalah agama terorisme.

Gambaran Muslim yang ia tangkap adalah mereka sangat mudah menceraikan istrinya hanya dengan menyebutkan kata cerai sebanyak tiga kali.

Sarah yang kini aktif sebagai dosen sekaligus pemilik Majalah Emel ini pernah begitu kesal saat mengetahui saudara laki-lakinya menikah dengan gadis Muslim. Saudaranya itu telah berislam lebih dahulu.

Sarah begitu marah karena perpindahan agama saudaranya. Bagi Sarah, saudaranya telah menjual agama hanya untuk sebuah pernikahan.

Maklum, penolakannya itu berangkat dari fakta bahwa Sarah sejak kecil dikenal sebagai sosok religius. Ia penganut Katolik Roma mengikuti ayah dan ibunya.

Sarah tumbuh sebagai remaja yang sangat serius dan begitu sensitif menyikapi isu-isu sosial, politik, dan agama.

Untuk itu, ia tidak dapat menyembunyikan kemarahan saat mengetahui perpindahan agama saudaranya.

Namun, tak ada yang bisa menduga kekuatan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT.

Kebenciannya terhadap Islam itulah yang justru mengantarkannya mengenal lebih dekat risalah samawi tersebut.

Ia mencoba bertanya ke keluarga dan teman-teman terdekat. Namun, tidak ada yang mengetahui dan mampu memberi jawaban yang memuaskaan Sarah.

Sarah merasa heran mengapa tidak ada orang-orang yang mengenal Islam. Akhirnya ia mulai membaca buku-buku terkait Islam untuk menjawab kegamangannya.

Dalam proses pembelajarannya tentang Islam, Sarah memutuskan meninggalkan agama yang ia anut dari lahir. Namun, ia tidak benar-benar keluar dari Katolik.

Keluar dari agama yang menjadi landasan keluarga besarnya bukan pilihan gampang ketika itu.

Karena itulah, ia memutuskan tak langsung memeluk Islam dan juga tidak menjalankan lagi ajaran agamanya.

Dalam beberapa waktu, Sarah hidup tanpa agama. Ia hanya mencoba menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Namun, proses pembelajaran tentang Islam terus ia lakukan.

Dalam proses pencariannya itulah Sarah menemukan konsep ketuhanan yang berbeda dari agamanya dahulu.

Ia mengagumi konsep monoteisme dalam Islam dan keberadaan kitab suci Alquran yang tidak pernah berubah isinya sejak pertama diturunkan ke bumi.

Hal terakhir yang membuat Sarah menerima Islam adalah saat melihat seorang Muslim mengunjungi masjid.

Ia menyaksikan sendiri kepasrahan Muslim saat bersujud kepada Tuhan.

Sarah benar-benar sadar, bentuk kepasrahan semacam itulah yang ia harapkan dari agama selama ini. Akhirnya ia memutuskan memeluk Islam pada 1988 atau saat berusia 16 tahun.

Ayah dan ibu Sarah sulit menerima keputusan anaknya yang memilih berpindah agama. Orang tua Sarah memang membebaskan anaknya menjadi apa pun.

Namun, keputusan Sarah memeluk Islam dinilai sebagai sebuah langkah kemunduran.

Hal ini karena mereka menganggap Islam agama yang penuh kekerasan dan menempatkan perempuan sebagai golongan yang tertindas.

Penolakan kedua orang tua Sarah makin memuncak karena anaknya tersebut langsung mengenakan jilbab sesaat setelah memeluk Islam.

“Jika saya tidak langsung mengenakan jilbab maka akan lebih mudah bagi ayah dan ibu,” katanya.

Butuh waktu bertahun-tahun bagi Sarah untuk meyakinkan orang tuanya bahwa ia menganut agama yang benar.

Sekarang orang tuanya begitu senang. Ayah dan ibu Sarah bangga dengan cara Sarah menjalani hidup.

Meskipun, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengikuti jejak Sarah berikrar syahadat.

Sarah kecil hidup serbaberkecukupan. Ayahnya bekerja sebagai seorang akuntan, sementara ibunya sebagai agen model.

Hal ini membuat Sarah begitu terbiasa dengan hiruk pikuk dunia modeling.

Setelah berislam, Sarah meluncurkan sebuah majalah gaya hidup Muslim bernama Emel Magazine.

Segmentasi majalah ini menyasar kawula muda dari berbagai kalangan, tak terkecuali non-Muslim. Ia mendanai majalah ini dari uang sakunya sendiri.

Sekarang, Emel Magazine telah menjadi majalah populer berdampingan dengan majalah terkenal lainnya di toko buku.

Nama majalah Emel berasal dari dua huruf M dan L sebagai singkatan dari Muslim Life.

Rubrik-rubriknya bertemakan gaya hidup Islami meliputi desain interior, keuangan, kewirausahaan, kesehatan, makanan, dan perjalanan cerita.

Kemudian, ada juga berita tentang perkebunan dan ficer penemuan ilmuwan Muslim pada masa lalu.

Semuanya dikemas populer dengan menunjukkan sisi Islam yang telah dilupakan di tengah-tengah terpaan isu Islamofobia dan terorisme.

Melalui Emel, Sarah berusaha menyajikan Islam yang benar secara proporsional. Dengan demikian, Emel memiliki kontribusi membangun opini publik Barat.

Dengan sentuhan desain dan tata letak yang menarik, pesan Islam akan ditampilkan di setiap artikel agar dapat dipahami secara luas tanpa dogma agama atau bumbu politik.

“Jadi, saya kira, Muslim Inggris dan Barat umumnya harus menemukan jawaban atas apa yang terjadi hari ini. Harus menjadi jembatan antara dua dunia. Orang-orang yang lahir dan dibesarkan di masyarakat Inggris memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan Islam ke Barat,” kata Sarah yang menikah dengan Mahmud al-Rashid, seorang pria Inggris asal Bangladesh.

Atas dedikasinya membangun dialog antara Islam dan peradaban Barat serta mempromosikan hak-hak perempuan melalui medianya itu, Sarah diganjar penghargaan OBE pada 2004.

Pada 2010, ia tercatat sebagai salah satu dari 500 Muslim paling berpengaruh di dunia oleh Georgetown University the Prince al-Waleed bin Talaal Pusat Pemahaman Muslim-Kristen dan Royal Islamic Strategic Studies Centre Yordania. Pada 2006 ia menjadi salah satu dari 100 Muslim paling kuat di Inggris dalam Power Muslim 100 oleh Carter Anderson.

Sumber: republika.co.id


Jumat, 05 Juni 2020

Viral Kisah Daud Kim Jadi Mualaf: 'Agama Islam Cocok Bagi Orang Korea'

Viral Kisah Daud Kim Jadi Mualaf: 'Agama Islam Cocok Bagi Orang Korea'





Baru-baru ini seorang warga Korea Selatan bernama Daud Kim ramai diperbincangkan oleh warganet. Sebabnya tak lain karena Daud Kim jadi mualaf.

Namanya viral dan mulai dikenal oleh banyak orang di Indonesia sejak ia membuat video tentang mengapa orang Korea membutuhkan agama Islam.

Video itu pun viral dan diunggah ulang oleh warganet termasuk salah satunya melalui akun Instagram Ustadz Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.

Dalam video tersebut, ia menjelaskan bahwa orang Korea sangat membutuhkan agama Islam karena tingkat bunuh diri yang tinggi di negeri Gingseng itu.

"Mengapa saya tiba-tiba bilang kalau orang Korea butuh agama Islam? Saya akan jelaskan mengapa. Pertama, itu karena depresi,"  kata Daud Kim melalui video yang diunggah oleh @aagym. 

Menurutnya, orang Korea sangat terobsesi dengan kompetisi misalkan dalam hal karier atau pendidikan. Sementara, agama Islam tidak hanya menekankan aspek hidup di dunia seperti dua hal itu.

"Korea itu negara yang sangat menawan. Tapi, Korea juga negara yang paling depresif di dunia. Dari mana asalnya depresi ini? Saya kira itu dari gaya hidup yang kompetitif," ujarnya. 

Kim menilai agama Islam bisa menyelamatkan orang Korea dari depresi berat karena tak berhasil mengejar ekspektasi dalam hidup. Ia kemudian menceritakan pengalamannya sendiri bergumul dengan ekspetasi.

"Saya selalu membandingkan diri saya dengan yang lain dan mencoba untuk jadi orang sukses. Saya ingin dapat nilai yang bagus dan masuk ke perguruan tinggi ternama. Saya pengen jadi orang baik dan saya ingin orang-orang memuja saya. Dan itu semua ternyata mendatangkan tekanan yang sangat besar," terangnya.

Namun, semua berubah ketika ia mengenal Islam. Menurutnya, Allah SWT tidak menilai seseorang sebagai pecundang apabila tidak berhasil memenuhi standar hidup sukses yang diciptakan oleh masyarakat.

"Allah SWT tidak pernah menyalahkan kita. Allah SWT tidak berpikir kita ini pecundang. Kita semua dipandang sebagai mahkluk yang berharga di mata Allah SWT. Menjadi lebih baik dari orang lain dan menghasilkan lebih banyak uang dari orang lain bukanlah tujuan hidup yang sebenarnya," kata Kim.

Gara-gara penjelasannya ini, Kim dipuji oleh banyak umat muslim di tanah air tak terkecuali oleh Aa Gym. Ustadz kondang asal Jawa Barat itu merasa tersentuh dengan video penjelasan Kim.

"Sahabatku silahkan simak video ini, video dari sahabat kita di Korea Selatan, tentang "Kenapa Korea membutuhkan Islam?" MasyaAllah. Apa hikmah yang didapat sahabatku? Terima kasih telah membuat video ini @jaehan9192," tulis @aagym.

Hingga saat ini, Kim telah memiliki lebih dari 480 ribu pengikut di Instagram. Sementara di YouTube, akunnya yang bernama Daud Kim telah memiliki 2 juta subscriber dan videonya tentang "Mengapa Orang Korea Butuh Agama Islam" telah ditonton hingga lebih dari 8 juta kali.


[suara]


Rabu, 27 Mei 2020

Sempat Atheis, Dokter Tirta jadi Mualaf setelah Mimpi Bertemu Imam Besar di Makkah

Sempat Atheis, Dokter Tirta jadi Mualaf setelah Mimpi Bertemu Imam Besar di Makkah




10Berita, Dokter Tirta merupakan salah satu influencer yang dikenal vokal menyuarakan penanganan COVID-19 alias corona. Siapa nyana, dia sempat mengalami sejumlah peristiwa yang mengantarkannya menjadi mualaf.

Perjalanan dr Tirta menjadi mualaf salah satunya disampaikan melalui channel situs berbagi video Youtube Masjid Agung Al Azhar yang disiarkan pada 9 Mei 2020 silam.

Menurut dr Tirta, dia pernah bermimpi aneh ketika tertidur pada jam 16.00 WIB. Selain itu, dr Tirta mengaku selalu mendengar azan selama tujuh hari berturut-turut.

Hal itulah yang membuatnya kemudian mantap memeluk Islam. Ketika itu, ayahnya memang beragama Islam, sementara sang ibu beretnis Tionghoa, dan non-Muslim.

Sejak lahir, dr Tirta mengaku dirinya seorang yang atheis. Kondisi itu berlangsung sampai dirinya menginjak bangku kuliah. Sementara sang ayah sempat memintanya mengikuti agama sang ibu.

“Tapi saat itu aku mimpi aneh. Jadi waktu itu, aku ketiduran jam 04.00 sore, aku lihat diri aku terbaring, dan aku seperti terbang tinggi sekali,” kata Dr Tirta menceritakan prosesnya menjadi mualaf seperti dikutip dari Hops.id, Selasa (26/5/2020).

Saat terbang, lanjut dr Tirta, dirinya dijaga oleh dua orang berbaju putih dan bercahaya. Penjaga itu lalu mengarahkan Dr Tirta untuk menuju ke sebuah rumah berwarna hijau dan di sana terdapat keranda mayat berwarna hijau serta sembilan orang.

Kesembilan orang itu memakai sorban. Di mana, dia tahu beberapa di antara sembilan orang itu salah satunya adalah imam besar di Makkah, dan pemimpin pondok pesantren yang dia kenal.

“Di situ aku disuruh duduk dan tiba-tiba orang yang ada di dalam keranda itu bangkit, wajahnya bersinar banget, parah,” terang dr Tirta.

“Dia tidak berkata apa-apa, namun hanya menitipkan surat ke kantong meja dan menghilang,” kisah dr Tirta.

“Salah satu kiyai yang ada di rumah tersebut bilang ke aku, suatu saat kamu tahu tugasmu akan besar. Kemudian saya terbangun dan pas Maghrib.”

Setelah kejadian itu, dr Tirta mulai mendengar kejadian azan tiap jam 09.00 pagi dan jam 12.00 siang. Kejadian itu lalu dia ceritakan kepada ayahnya.

“Bapak cerita saat umrah berdoa untuk mengarahkan aku untuk mendapatkan yang terbaik. Dan sejak saat itu, saya memutuskan masuk Islam,” katanya.

Cerita soal identitasnya menjadi seorang mualaf juga pernah diceritakan dr Tirta saat lulusan kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengisi podcast Deddy Corbuzier.

“Sama-sama belajar muslim melalui mualaf, sama-sama ngegas, semoga ini bukan obrolan pertama kita, dan terus kolaborasi,” tulis dr Tirta kala berfoto bareng eks-suami Kalina tersebut. (suara)


Selasa, 26 Mei 2020

Kisah Ibnu Mas'ud, Pendeta Masuk Islam di Mojokerto, Gerejanya Pernah Dibom

Kisah Ibnu Mas'ud, Pendeta Masuk Islam di Mojokerto, Gerejanya Pernah Dibom

Ibnu Mas'ud mualaf eks pendeta (kaus putih) bersama pimpinan Ponpes Al Hasani Kebumen Jateng Asyhari Muhammad Al Hasani. (Ist)

10Berita- Makam keluarga pondok pesantren Al Hasani, Desa Jatimulyo, Alian Kebumen Jawa Tengah jadi tempat Ibnu Mas'ud (55) menyibukkan diri. Ia rajin membersihkan sampah yang berserak di makam. Ini adalah bagian dari pengabdiannya kepada agama barunya, Islam.

Untuk mencukupi kebutuhan harian, Ibnu Mas'ud tak segan bekerja menjadi tukang kebun sekolah. Ia juga memungut sampah atau barang rongsokan untuk dijual kembali.

Kehidupan Ibnu Mas'ud yang merupakan seorang mualaf ini sangat bertolak belakang dengan kehidupannya dulu. Padahal dahulu ia golongan priayi.

Tepatnya, saat ia masih menjadi pendeta di sebuah gereja di Mojokerto, Jawa Timur. Ia dan keluarganya sempat tinggal di kota bergelimang harta.

"Aktivitas saya sekarang azan di masjid, membersihkan makam, jadi tukang kebun dan memungut rongsok di tempat sampah," kata Ibnu Mas'ud saat berbincang dengan SuaraJawaTengah.id lewat telepon, (14/5/2020)

Kehidupan Ibnu Mas'ud berubah total setelah memutuskan masuk Islam. Ia meninggalkan segala urusan dunia yang pernah memanjakannya.

Ibnu Mas'ud pun meninggalkan anak istri karena menolak ajakannya masuk Islam.

Agus Setiyono, nama awal Ibnu Mas'ud sebelum mualaf, memperoleh hidayah usai melihat bintang berbentuk lafadz Allah dengan aksara Arab di suatu tengah malam.

Ibnu Mas'ud merasa itu petunjuk kebenaran. Hingga hatinya mantap untuk masuk Islam. Setiyono lalu disarankan budenya ke Ponpes Lirboyo Kediri untuk memantapkan keyakinannya dan mempelajari Islam.

Hingga ia bersahadat di sana, di bawah bimbingan KH Idris Marzuki saat masih hidup. Namanya kemudian diganti menjadi Ibnu Mas'ud.

"Setelah sahadat, saya diajari wudu, membaca alif baa ta, salat yang benar. Dari situ saya menjalankan tata krama Islam dengan baik,"katanya

Keputusan pendeta itu masuk Islam sempat ditentang kalangannya. Ia bahkan mengaku sempat mendapat ancaman. Namun siapapun tak bisa menggugat keputusannya. Mas'ud memutuskan meninggalkan kota dan orang-orang yang sempat berhubungan dengannya, termasuk keluarga.

Ibnu Mas'ud tak lagi memegang handphone untuk memutus kontak dengan kenalannya. Dari Jawa Timur, ia hijrah ke sebuah desa di Kecamatan Alian Kebumen Jawa Tengah. Di sana ia memperdalam pengetahuan Islam di Pondok Pesantren Al Hasani pimpinan Kyai Asyhari Muhammad Al Hasani yang juga Ketua Pagar Nusa Kebumen. Ia bertemu Kyai Asyhari sewaktu di Lirboyo hingga memutuskan ikut ulama itu pulang ke Kebumen atas restu KH Idris Marzuki.

Tiga tahun menimba ilmu di pesantren membuat pengatahuan agama Mas'ud terus bertambah. Ia yang telah
matang belajar teologi Kristen hingga menjadi pendeta, kini harus mulai nol lagi untuk mempelajari Islam.

"Alhamdulillah pengetahuan bertambah. Kegiatan istigasah, mujahadah saya ikuti. Kitab kuning saya pelajari," kata Ibnu Mas'ud.

Semakin dalam pengetahuannya tentang Islam, hatinya semakin mantab. Agama Islam ternyata tak seperti bayangannya dulu sebelum menjadi mualaf, yakni keras dan menakutkan.

Agama Islam mengajarkan kedamaian serta akhlak karimah. Bukan radikalisme sebagaimana dicitrakan selama ini. Ia kini tahu aksi teror hanyalah ulah oknum yang membawa nama agama untuk menghalalkan tindakannya.

Ibnu Mas'ud ternyata punya pengalaman tentang kejahatan terorisme yang sempat mengancam nyawanya. Gerejanya pernah dibom saat ia dan umat Kristiani lain menjalankan peribadatan Natal.

Seketika ledakan itu membuat jemaat lari kocar kacir. Mas'ud yang kala itu masih bernama Agus Setiyono ikut lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri. Insiden itu bahkan menewaskan seorang anggota Banser NU yang sedang berjaga mengamankan gereja.

Ibnu Mas'ud berhasil selamat dari insiden itu, meski ada jemaat yang luka karena terkena puing ledakan. Meski selamat, insiden itu melahirkan trauma mendalam bagi Mas'ud. Ia benar-benar ketakutan jika peristiwa serupa terulang dan menimpanya.

"Saya tidak membenci (Islam), saya hanya takut saat itu," kata Ibnu Mas'ud.

Sumber: Suara.com

Minggu, 24 Mei 2020

Zainadine Johnson, Mualaf yang Terpikat Isi Surat Al Kafirun

Zainadine Johnson, Mualaf yang Terpikat Isi Surat Al Kafirun


Zainadine Johnson memeluk Islam setelah melalui proses pencarian panjang.

10Berita, Brisbane, Australia, menjadi tempat Zainadine Johnson tahun dilahirkan. Di sana dia tumbuh menjadi bocah yang sangat aktif berolahraga. Olahraga rugby menjadi kesukaannya. Dia bermain dan bergabung bersama temannya di grup Mitchelton.

Keahlian bermain telah mengantarkannya menjadi juara sekolah. Para guru dan teman-teman mengapresiasinya. Tak hanya rugby, Johnson juga gemar berselancar. Badannya tak bisa diam bila melihat ombak berarak di lautan. Dia langsung berdiri di atas papan dan berselancar mengikuti kemana ombak menjilati pantai. Johnson aktif mengunjungi Gereja Prebysteran. Bersama keluarga tercinta, dia selalu menyanyikan pujian di hadapan pastor yang mengkhotbahinya setiap akhir pekan.

Selesai menempuh pendidikan mendekati milenium ketiga, dia pindah ke Sunshine Coast untuk mencari pekerjaan dan menekuni hobinya berselancar. Di sana dia bergaul dengan teman-teman yang gemar hidup hedonistis. Hobi mabuk-mabukan, mengonsumsi narkoba, dan terjebak dalam pergaulan bebas. Yang menyedihkan, ada temannya yang tewas karena overdosis.

Selama mata mengedip, dia selalu ingin dalam keadaan sadar penuh. "Apa iya saya harus mengikuti mereka? sepertinya tidak. Saya punya jalan sendiri," ujarnya. Dia bertemu calon istrinya, Fernanda Gonzalez, seorang mahasiswa internasional dari Columbia. Mereka menikah pada 1999 dan putra pertama mereka lahir segera setelahnya.


Pada saat itu dia bekerja sebagai konsultan investasi dan keuangan. Dia membantu masyarakat untuk memahami seluk beluk keuangan dan cara pengelolaannya. Ibadah akhir pekan masih terus di jalani. Hingga akhirnya dia terobsesi untuk menjadi manusia suci. Namun dia tidak menemukan cara terbaik.

Kemudian dia mengundang teman-temannya yang Muslim. Mereka berkumpul di rumah untuk bersilaturahim. Johnson kemudian memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya tentang Islam dan segala seluk beluknya. Ketika itu Islam menjadi sasaran fitnah yang luar biasa. Media massa menggambarkannya sebagai agama setan. Penuh dengki dan permusuhan. Namun, gambaran itu sama sekali tak ditemuinya saat berkumpul bersama Muslim.

Dia melihat Muslim adalah sosok yang santun. Mereka melebur dalam kehidupan dan kebersamaan. Johnson menyukai Islam ketika mengetahui agama tersebut tidak memaksa orang lain untuk bersyahadat. "Bagimu agamamu. Bagiku agamaku. Saya suka ajaran yang terdapat dalam surat Al Kafirun itu, ujarnya. .

Peselancar ini juga menghabiskan waktu membaca buku tentang Muhammad dan Islam. Di situ dia terkesan dengan perjuangan Rasulullah yang sangat gigih mendakwahkan tauhid dan menginspirasi kehidupan dunia selama ribuan tahun. Dari situ dia semakin meyakini bahwa Islam adalah jalan hidup yang harus ditempuhnya. Dia pun memutuskan untuk mengunjungi Masjid Lab rador untuk bertemu imam di sana.



Zainadine Johnson kini aktif berdakwah. - (Dok Istimewa)
Saat memasuki masjid, dia melihat orang-orang di dalamnya sangat ramah. Semuanya tersenym "Yang saya ingat tentang masjid adalah semua orang tersenyum, yang sangat berbeda dengan apa yang Anda lihat di TV." Di sana dia menyatakan kesaksiannya bahwa Allah adalah satusatunya Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya. Pendamping hidupnya juga telah memeluk Islam.

Memberitahukan tentang keislamannya kepada keluarga bukanlah proses yang mudah. Ibunda Imam Zainadine sebelumnya menyuruhnya memilih agama, tetapi bukan Islam. "Saya ingat itu setelah saya menjadi Muslim. Selama sekitar empat bulan aku tidak memberitahunya," jelasnya. Namun ibu mengetahui anaknya sudah berubah. Dia pun pada akhirnya mempersilakan Johnson untuk melanjutkan dan memegang keimanan nya.

Pada 2004, dia membawa istri dan keluarga ke Afrika Utara, suatu perubahan besar yang membawa pada suatu perjalanan penemuan. Men jelajahi negara-negara seperti Suriah, Mesir, Yaman, dan bahkan Indonesia, dia melakukan perjalanan, belajar Islam.

Imam Zainadine melakukan perjalanan ke Afrika Utara dan juga Indonesia pada 2004 di mana dia belajar hukum syariah dan belajar bahasa Arab. Dia digambarkan bersama Dr Zakir Naik seorang pengkhotbah Islam dari India.

Tapi kemudian dia teringat rumah masa kecilnya sehingga menggugah hatinya kembali ke Sunshine Coast. "Tempat ini selalu ada di hatiku, aku ingin kembali ke sini dan bekerja dengan komunitas Muslim. Aku punya hubungan dekat dengan Sunshine Coast." ujar Imam Zainadine.

September 2016 dia kembali ke Sunshine Coast untuk mengambil peran sebagai pemimpin komunitas Muslim. Dia berharap dapat membangun jembatan antara Muslim dan mereka yang menentang agama dan juga kembali di papan selancar.

Sumber: Republika


Awalnya Jauhi Siswa Muslim, Austin Sekarang Jadi Mualaf

Awalnya Jauhi Siswa Muslim, Austin Sekarang Jadi Mualaf



Awalnya Jauhi Siswa Muslim, Austin Sekarang Jadi Mualaf. Foto: Austin Amani

10Berita, NAIROBI -- Awal tahun ini, Austin Amani (19 tahun), membuat suatu keputusan palin penting dalam hidupnya. Yaitu, ketika dia memutuskan masuk Islam.
Memeluk Islam bukan hanya keputusan paling penting baginya, tetapi juga itu yang paling sulit karena ia dibesarkan dalam keluarga yang memiliki pandangan yang sangat negatif tentang Islam.
Dikutip dari About Islam, Rabu (20/5), ceritanya dimulai ketika dia pindah ke sekolah baru. Di mana pada saat itu ibu Austin mulai memberinya nasihat untuk melindunginya di lingkungan barunya.
Keluarga Amani memiliki pandangan negatif tentang Islam. Dan, umat Islam digambarkan oleh media barat sebagai agama penghancur dan terorisme. Jadi, sang Ibu memintanya untuk menghindari siswa Muslim.
"Dia menggambarkan mereka dengan semua cara mengerikan dan itu membuat saya mulai memikirkan mereka dengan cara yang aneh, khususnya ketika dia meminta saya untuk menghindari anak laki-laki Muslim di kamar mandi karena ada yang gay dan mereka suka berkerumun," Kata Amani.
Di sekolah baru, Amani mengikuti instruksi keselamatan yang dijelaskan ibunya, dan menjauhkan diri dari siswa Muslim terutama di kamar mandi.
Suatu hari, salah satu teman sekelas Amani yang muslim, menarik perhatiannya. Dia menunjukkan perilakunya yang baik dan dia berlaku baik kepada Amani.
“Pria ini adalah titik balik hidup saya dan saya memanggilnya Mr. FWOW, yang merupakan singkatan dari 'First Wonder of the World' (Keajaiban dunia pertama), ketika dia membuat saya takjub dengan perilakunya, terutama ketika saya melihat bagaimana dia berhubungan dengan gembira dengan semua orang dan dia tampak untuk tertawa tanpa khawatir; dia bahkan tersenyum ketika bermasalah dengan guru. ”
Peran FWOW
Perilaku Mr. FWOW berdampak besar pada pandangan Amani tentang Muslim. Dia mulai mendekatinya secara bertahap, dan pertanyaan pertama yang diajukan Amani kepadanya adalah, “Apa yang dilakukan anak-anak Muslim ketika mereka berkerumun di wastafel kamar mandi ? ”
“Dia mengatakan kepada saya bahwa mereka membasuh diri sebelum sholat, yang disebut dalam Islam sebagai wudhu. Jadi saya mulai memikirkan Muslim dengan cara yang lebih positif. "
Setelah itu, teman Muslim Amani itu mulai membawakan kepadanya beberapa buku yang menjelaskan tentang Islam dan terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris. Amani menumpuk buku dan kitab itu di bawah tempat tidur dan membacanya secara rahasia setiap kali ia mengunci dirinya di kamarnya.
"Ketika saya mulai membaca Alquran, tubuh saya mengalami bentuk kedamaian yang aneh yang belum pernah saya rasakan dalam hidup saya sebelumnya dan misteri hidup saya juga dijawab."
Rahasia
Kecintaan Amani terhadap Islam telah ditanam di dalam dirinya seperti benih yang siap berbuah. Dia ingin bergabung dengan agama yang membuatnya lebih bahagia dalam hidupnya dan membantunya hidup dengan bimbingan dari Allah.
Jadi, dia merasa lebih terdorong untuk masuk Islam tanpa peduli dengan pendapat siapa pun dan dia dengan cepat memutuskan untuk pergi ke masjid terdekat di kotanya untuk menerima Islam dan mengucapkan syahadat secara rahasia, tanpa sepengetahuan anggota keluarganya. Terutama, ibunya yang memiliki pandangan paling keras tentang Islam dan Muslim.
Tapi masalahnya adalah, pergerakannya dibatasi. Amani tinggal di rumah kecuali dia disuruh ke supermarket, pergi ke gereja atau pergi untuk tamasya keluarga. Jadi dia harus memikirkan ide yang masuk akal yang membuat orang tuanya mengizinkannya pergi sendirian.
Masuk Islam
"Waktu yang tepat akhirnya datang, saya meminta orang tua saya agar membayar kursus Fotografi di kota, jadi saya menggunakan kesempatan itu dengan baik dan ini adalah kesempatan sekali seumur hidup saya untuk pergi ke masjid di kota Nairobi dan mengucapkan syahadat di sana ”.
Pada 6 Januari 2020, Amani menerima Islam dan dia berharap bisa segera mengungkapkan Islam kepada orang tuanya. Sebenarnya, ibunya secara tidak langsung membantunya, karena ketakutan ini menjadikan rasa ingin tahu yang mendorongnya untuk bertanya tentang Islam dan membuatnya tertarik untuk mengamati perilaku umat Islam di sekitarnya sampai akhirnya dia menjadi Muslim.

Sumber: REPUBLIKA.CO.ID

Rabu, 20 Mei 2020

Kisah Aron, Yahudi Jadi Mualaf Usai Pulang dari Indonesia

Kisah Aron, Yahudi Jadi Mualaf Usai Pulang dari Indonesia




Kisah Aron, Yahudi Jadi Mualaf Usai Pulang dari Indonesia. Foto: Mualaf (ilustrasi)

10Berita, NEW YORK -- Aron (Bukan nama sebenarnya) berasal dari keluarga  Yahudi di New York, Amerika Serikat. Dia menjadi mualaf dan masuk Islam setelah mengikuti pertukaran pelajar di Indonesia.
Dikutip dari Aboutislam, disebutkan Aron tumbuh di New York. Nenek moyangnya berasal dari Polandia, Eropa Timur. Mereka meninggalkan kampung halamannya ketika Kekaisaran Rusia mengusai sejumlah wilayah di Polandia pada 1795.
Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya nenek moyang keluarga Aron tinggal dan menetap di New York. Meski beragama Yahudi, keluarga ini bukan Yahudi ortodoks.
Meski harus diakui Yudaisme berperan penting untuk penanda identitas keluarga ini. Mereka mengikuti ritual dan perayaan tradisional sambil terlibat dengan masyarakat di sekitar kami.
Ke Indonesia

Sejak usia dini, Aron mengembangkan bakatnya di musik. Pada remaja, dia sudah menyukai musik eksperimental. Dan, dia terpesona dengan musik tradisional dan alat musik dari berbagai negara. Dia menggunakan suara yang berbeda dan memasukkannya ke dalam komposisi musiknya sendiri.
Suatu hari, seorang teman memberi tahunya tentang Indonesia dan dia bisa belajar etnomusikologi di sana. Aron bertekad untuk bepergian ke Indonesia dan mendaftar di Institut Seni yang menawarkan gelar di bidang etnomusikologi.
Menyembunyikan identitas
Ketika Aron tiba di Indonesia dan mendaftar di Institut, Aron tidak memberi tahu siapa pun bahwa dirinya orang Yahudi. Di Indonesia, orang biasanya harus menyatakan agamanya. Aron hanya menyatakan bahwa dia memeluk agama Buddha. Itu adalah pilihan termudahnya saat itu.
Dia khawatir orang akan menunjukkan permusuhan terhadapnya karena dia orang Yahudi. Dan karena dia tidak mempraktikkan agama sebelumnya, Aron tidak keberatan mengklaim bahwa dia seorang Budha.
Tak tertarik Islam
Aron tinggal lebih dari dua tahun di Indonesia. Selama waktu itu dia bergabung dengan banyak proyek musik. Dan dia berusaha menghindari diskusi keagamaan sebaik mungkin. Dia berkonsentrasi pada musiknya dan dia menjadi jauh dengan nilai-nilai Yahudinya.


"Saya jauh dari keluarga saya. Jauh dari komunitas Yahudi saya yang biasanya mendukung bergabung dengan perayaan tradisional kami," kata Aron.
Menurut Aron, Islam seperti yang banyak dianut oleh masyarkat lokal, bukan untuk dirinya. Aron berpikir bahwa banyak umat Islam hanya menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berdoa daripada melakukan hal-hal yang sangat penting.
Gamelan dan Islam
Pada suatu hari, Aron bergabung dengan pertunjukan Gamelan tradisional. Gamelan adalah instrumen perkusi tradisional di Jawa yang terbuat dari logam.
Di sebelahnya duduk seorang lelaki tua yang mulai berbicara kepada saya. Saat itu di pertengahan tahun keduanya tinggal di Indonesia dan bahasa Indonesianya sudah cukup baik.

Dia menjelaskan kepada Aron hubungan antara Gamelan dan Islam. Dia memberi tahunya tentang Gamelan kerajaan kuno yang memiliki satu-satunya tujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad.
Gamelan Sekaten lebih besar dari semua gamelan lainnya dan hanya digunakan setahun sekali. Lelaki tua itu melanjutkan bahwa permainan gamelan ini sebagai bentuk pujian untuk Nabi Muhammad.
"Kisah ini mengesankan saya karena saya tidak pernah memikirkan aspek spiritual dari musik. Penjelasannya membuat dampak yang bertahan lama bagi saya," kata Aron.
Membaca tentang Islam
Aron terus merekam gamelan menjadi bagian penting darinya. Dia mulai membaca lebih banyak tentang aspek spiritual Islam dan terutama yang disebut mistisisme Islam di Indonesia.
"Dan jujur, itu menyentuhku. Itu memengaruhi saya. Saya mengerti bahwa Islam adalah agama yang hidup dan penuh dengan spiritualitas yang saya inginkan dalam hidup saya. Saya telah melihat Islam sebagai agama yang kering dan ketat yang hanya berfokus pada aspek luar dan aturan," katanya.
Membaca tentang Islam di Indonesia, Aron belajar bahwa persepsi dia jauh dari kenyataan. Dan semakin banyak dia membaca, semakin membuatnya tertarik. Aron juga membaca tentang Islam di tempat-tempat lain di dunia. "Dan saya terpesona dengan kekayaannya," kata Aron.
Aron tertarik untuk memeluk Islam dan menjadi Muslim. Tapi Dia mulai khawatir tentang keluarganya.
"Apa yang akan mereka katakan? Seorang Yahudi menjadi Muslim? Saya tidak ingin kehilangan mereka," kata Aron.
Akhirnya Aron mengikuti kata hatinya. Dia mengucap kalimat Syahadat di pusat komunitas Muslim kecil di New York City. Dia mulai berdoa. Dan dia bergabung dengan lingkaran dzikir biasa. "Ingatan ritmis tentang Allah itu luar biasa. Ini seperti musik spiritual yang menenangkan hati dan menenangkan pikiran," kata Aron.
Memberi tahu keluarga
Aron tidak memberi tahu keluarganya bahwa dia masuk Islam dalam waktu yang lama. Karena dia tidak tinggal bersama mereka lagi, cukup mudah untuk menyembunyikannya.
"Tapi akhirnya mereka curiga pada saya. Saya mencoba menyiasati perayaan keagamaan dan pertemuan komunitas Yahudi reguler kami," kata Aron.
Ketika saya memberi tahu mereka, mereka hanya diam untuk apa yang tampak seperti selamanya. Kemudian ibu saya bertanya apakah saya bahagia. Dan aku berkata:
"Iya!"
Tetapi ayah Aron meminta agar keislamannya tidak diberitahu untuk banyak orang dulu. Karena saat ini orang memiliki opini buruk tentang Muslim. Dan Orang Tua Aron tidak ingin masyarakat berpikir negatif tentang dirinya dan keluarga.
Aron memenuhi permintaan ayahnya. Sampai sekarang, Aron masih melakukannya. Aron tidak berbicara tentang agama. Dia hanya sesekali bergabung dengan pertemuan komunitas Yahudi.
"Saya masih bisa melihat dan mengunjungi keluarga saya. Alhamdulilah," kata Aron.

Sumber: Republika

Kisah Mualaf Warga Baduy: Keluar dari Daerah Adat dan Serius Dalami Islam

Kisah Mualaf Warga Baduy: Keluar dari Daerah Adat dan Serius Dalami Islam




10Berita,Ratusan warga Baduy yang telah jadi mualaf tinggal di pemukiman baru di Kampung Landeuh.

Kesih Samsiah (40) warga suku Baduy yang menjadi mualaf bersama keluarga usai mendengarkan tausiyah dari salah seorang ustaz. [Ist]
SuaraBanten.id - Ratusan warga suku Baduy, Kabupaten Lebak, Banten memutuskan memeluk agama Islam. Keputusan menjadi mualaf membuat mereka harus angka kaki dari daerah adat di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar.

Kekinian, mereka tinggal di pemukiman baru yang terletak di Kampung Landeuh, Desa Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Di tempat itu, para mualaf Baduy rutin melaksanakan pengajian mulai membaca Al Quran hingga mendengarkan Tausiyah yang disampaikan ustaz di Bulan Suci Ramadan.

"Kami merasa tenang setelah memeluk agama Islam, bisa belajar mengaji untuk memperdalam nash Al Quran, tauhid, fiqh dan ibadah salat lima waktu juga puasa Ramadan dan salat tarawih," kata Kesih Samsiah (40), seorang mualaf warga Baduy saat ditemui di kediamannya.

Menurut Kesih, tempat tinggalnya saat ini merupakan fasilitas yang disiapkan Yayasan At Taubah BSD Tangerang dengan membangun 45 rumah. Namun baru dihuni 35 rumah dengan 120 jiwa.

Mereka tinggal di pemukiman itu sejak tiga tahun terakhir dengan lahan seluas 5 hektare, termasuk pembangunan masjid.

Wanita asal suku Baduy itu selama Ramadhan lebih memperdalam kajian ilmu agama Islam, disamping anak-anak mereka mendapat bantuan dari yayasan untuk mengenyam pendidikan di sekolah umum dan pondok pesantren.

"Kami di sini bersama kaum ibu-ibu lainnya setiap hari menimba ilmu agama Islam melalui pengajian yang dipandu ustaz itu," ujarnya.

Menurut Kesih, dirinya memeluk agama Islam sejak usia 15 tahun bersama kedua orangtuanya. Kini ia tinggal bersama sang suami Sudin (40) warga Baduy yang juga mualaf.

Kesih mengisahkan, awalnya ia memeluk agama Islam berawal dari orang tuanya tinggal di perumahan yang berada di luar kawasan hak ulayat mayarakat Baduy, dan menempati bangunan rumah yang menggunakan atap genteng dan tembok.

Penggunaan bangunan perumahan itu tentu bertentangan dengan adat Baduy, sehingga orang tuanya sangat keberatan dengan adat tersebut hingga orang tuanya bernama Arman sekeluarga memeluk agama Islam.

"Kami sekarang tinggal di pemukiman Kampung Landeuh dengan orangtua," tutur Kesih dikutip dari Banten Hits—jaringan Suara.com—Selasa (19/5/2020).

Di lain pihak, Siti Halimah (50) warga Landeuh juga mengaku bahwa dirinya asli suku Baduy dari nenek dan kakeknya. Namun orang tuanya memutuskan menjadi mualaf.

Saat ini, dirinya merasa senang tinggal di perumahan yang dibangun Yayasan At Taubah karena bisa memperdalam ilmu agama Islam melalui pengajian dengan pola metode mendengarkan ceramah-ceramah yang disampaikan ustaz maupun kyai.

Selain itu juga dirinya belajar iqro atau membaca Al Quran dengan tajwid.

"Kami merasa bersyukur memeluk Islam dan bisa mengikuti pengajian hingga menambah wawasan dan pengetahuan ajaran Islam lebih luas," ungkapnya.

Sementara itu, Yani (35) warga Baduy mualaf  mengaku tinggal di pemukiman Kampung Landeuh bersama suami dan bisa mengikuti pengajian secara langsung dengan belajar membaca Al Qur’an.

Para ustadz dan kiyai menuntunnya membaca Al Quran dengan baik dan benar, seperti Surah Al Fatihah dan surah lainnya.

Biasanya, pelaksanaan pengajian untuk kaum ibu-ibu dilaksanakan setiap hari mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB.

Sedangkan, pengajian untuk kaum bapak-bapak digelar pukul 20.00 WIB sampai 22.00 WIB.

Namun, selama Ramadan pengajian rutin dilaksanakan untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.

"Kami dan keluarga merasa bahagia bisa mengikuti pengajian itu, karena Islam," imbuhnya.

Sumber: Suara.com

Selasa, 19 Mei 2020

Lihat Pria Berbaju Putih Mengangkat Masjid Saat Tsunami Aceh Membuat Cheng Jadi Mualaf

Lihat Pria Berbaju Putih Mengangkat Masjid Saat Tsunami Aceh Membuat Cheng Jadi Mualaf





10Berita,Ini adalah kisah tentang Muhammad Cheng. Dia masuk Islam pada 2005 setelah menjadi penyintas bencana tsunami.

Dikutip dari Aboutislam.net, Selasa (19/5), Cheng adalah keturunan China. Keluarganya telah tinggal di Aceh selama tiga generasi sampai saat ini.

Keluarganya adalah pedagang. Leluhurnya datang ke daerah yang Islami di Asia Tenggara ini untuk berdagang.

Di Aceh, mereka mendapatkan perlakuan yang baik. Pemerintah yang adil dan masyarakat ramah yang tidak mengganggu.

Keluarga Cheng menjaga tradisi kuno China untuk memuliakan dan menyembah leluhur. Cheng pun melakukan hal yang sama.

Sebelum membuka toko, dia biasanya memberikan persembahan kepada altar nenek moyang. Dia melakukan hal yang sama pada siang hari.

Toko Cheng sangat dekat dengan Masjid Agung Banda Aceh. Setiap hari dia mendengar panggilan adzan untuk sholat. Namun, tak sedikit pun olehnya terpikir menjadi seorang Mulsim. Sampai suatu peristiwa yang terjadi pagi hari tanggal 26 Desember 2004.

Dia baru saja akan membuka tokonya. Tidak ada tanda-tanda yang luar biasa di pagi itu, sama seperti pagi lainya.

Namun, dia merasakan sesuatu yang aneh. Burung-burung berhenti berkicau. Kucing yang biasanya menunggu di depan tokonya untuk mendapatkan sisa makanan tidak ada di sana. "Saya tidak begitu memperhatikan hal ini," katanya.

Namun, tiba-tiba ada suara gemuruh yang kuat dan keras. Dia berlari keluar. "Itu pasti gempa bumi," kata Cheng saat itu dalam hatinya. Orang lain juga keluar dari toko mereka, tetapi setelah beberapa menit mereka semua kembali ke dalam.

Namun, setelah beberapa saat, orang-orang berlari dan berteriak, “Air! Air laut datang!" Cheng bingung. Meskipun dia mengerti kata-katanya, dia tidak tahu apa maksudnya. Dia keluar lagi. Orang-orang histeris, berlari menuju masjid dan semuanya berteriak.

Cheng kemudian melihat air telah mengalir. Dia berlari untuk mengambil dupa. Dia ingin meminta bantuan leluhurnya. Namun, air dari laut terus mengalir di jalan menuju ke masjid.

Dia menjadi takut dan berlari ke atas. Dia menyaksikan tsunami dari balkon kecil. Air terlihat semakin banyak.  

Mengangkat Masjid

Kemudian, Cheng melihat sesuatu yang sangat aneh. Ada pria jangkung mengenakan pakaian putih. Mereka membuat gerakan seperti polisi yang sedang mengatur lalu lintas. Mereka berdiri di berbagai tempat di depan Masjid Agung. Air mengikuti arahan mereka. Air membelah beberapa meter di depan masjid dan mengalir di sisi kanan dan kiri masjid.

Meskipun air yang datang lebih banyak, aliran air dari laut itu arahnya terus ke kota dan menuju masjid. Para pria berpakaian putih tidak lari seperti orang lain, sementara ratusan orang bergegas menuju masjid, berlari untuk menyelamatkan diri mereka.

Beberapa orang terjatuh dan terseret arus air. Cheng melihat semua ini dari balkonnya. Air yang datang semakin banyak. Namun, air tidak masuk ke dalam masjid. Orang-orang di masjid itu pun aman.

Lalu, tiba-tiba, lebih banyak pria berpakaian putih muncul dan mereka mengangkat masjid. Iya! Mereka mengangkat masjid, seluruh masjid. Tepat di atas tanah. Air menyembur di bawahnya. "Saya benar-benar terpana. Apa itu tadi?"

Cheng mengatakan, jika seseorang memberi tahunya apa yang dia lihat, dia tidak akan percaya padanya. "Tidak pernah! Tetapi saya melihatnya dengan mata kepala sendiri. Saya terjaga. Tuhan melindungi masjid ini," kata Cheng.

Beberapa pekan setelah bencana yang mengerikan ini, Cheng terdorong untuk menceritakan apa yang dia lihat kepada penjaga toko Muslim di sebelah tokonya. Dia menyarankan Cheng untuk menemui imam masjid. "Aku berjalan ke arah masjid dengan ragu-ragu," kata Cheng.

Ini adalah pertama kalinya dalam hidup Cheng untuk memasuki kompleks masjid meskipun pada dasarnya dia telah tinggal di sebelahnya sepanjang hidupnya. Imam mengenali dirinya dari jauh dan keluar untuk menyambutnya. "Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu, Paman?" kata imam menyambut Cheng dengan sopan.

"Saya perlu bicara dengan Anda," jawab Cheng.

Cheng duduk dan dia menceritakan seluruh kisahnya. Dia duduk diam, air mata mengalir dari matanya. Setelah Cheng selesai, mereka hanya berpelukan. Pelukan alami inilah yang dipertukarkan oleh orang-orang karena mereka mengalami pengalaman mengerikan yang sama.

Imam masjid berkata, "Paman, apa yang kamu lihat adalah malaikat Tuhan untuk mengikuti perintah-Nya. Tuhan ingin agar masjidnya tidak dihancurkan oleh tsunami yang menghancurkan ini. Paman, mungkin Tuhan ingin menunjukkan sesuatu kepada Anda untuk membawa Anda lebih dekat kepada-Nya. Karena Dia mencintaimu. Karena Dia melihat Anda adalah pria yang baik. Dia ingin memberi Anda kebahagiaan di dunia ini dan surga di akhirat. Apakah Anda ingin menjadi Muslim, Paman?"

Cheng kaget dengan pertanyaan imam. Hal itu membingungkannya. Bagaimana dia, seorang China, bisa menjadi Muslim? Sebagai orang China, Cheng memiliki tradisi, ritual, dan kepercayaan sendiri. Cheng mengucapkan terima kasih kepada imam dan pergi.

Kemudian, Cheng kembali ke tokonya. Dia menutup pintu hari itu dan hanya duduk diam di sudut. Berkali-kali dia melihat di depan mata adegan-adegan hari ketika tsunami melanda. Pria-pria itu berpakaian kain putih. Mengarahkan air. Mengangkat masjid. Malaikat Tuhan, seperti yang disebutkan imam masjid, melakukan pekerjaan-Nya.

"Dan saya diizinkan untuk menyaksikannya," kata Cheng.

Cheng kemudian tidak membuka tokonya selama dua hari. Dia hanya duduk di sana dan merenung.

Menjadi Muslim

Pada hari ketiga, seseorang mengetuk pintu toko Cheng. Itu adalah imam masjid yang mencari Cheng. Dia khawatir karena dia melihat toko Cheng tutup selama tiga hari dan itu belum pernah terjadi sebelumnya.

Cheng kemudian memberi tahu imam. “Aku pikir Anda benar. Tuhan memberi saya tanda. Pertanda besar. Aku seharusnya tidak menjadi bodoh sekarang dan melupakan saja. Bisakah Anda memberi tahu saya cara menjadi seorang Muslim?" tanya Cheng kepada imam.

"Paman, sangat mudah," kata Imam.

"Anda hanya perlu melafalkan kalimat ini," kata Imam. Dia menunjukkan Cheng selembar kertas.

"Saya mengucapkan kalimat itu dan seolah-olah cahaya terang memenuhi toko," kata Cheng.

Sejak hari itu, imam datang setiap hari untuk mengajari Cheng tentang Islam. Dia menunjukkan kepadanya bagaimana berdoa dan cara membaca Alquran. "Dan karena saya bisa sholat, saya juga ikut sholat di Masjid Agung. Itu adalah salah satu hal terindah dalam hidup saya. Alhamdulilah," kata Cheng. [republika]


Rabu, 13 Mei 2020

Kisah Nur Arisa Maryam, Gadis Jepang Mualaf, Ditolak Ibu, Hingga Sang Nenek Ikut Bersyahadat

Kisah Nur Arisa Maryam, Gadis Jepang Mualaf, Ditolak Ibu, Hingga Sang Nenek Ikut Bersyahadat



Nur Arisa Maryam - Instagram

10Berita - Kisah perjalanan memeluk islam dilukiskan seorang gadis Jepang tidak mudah.

Dia bernama Nur Arisa Maryam.

Jalan Nur Arisa Maryam, seorang gadis Jepang memutuskan untuk masuk Islam tak semulus kulit halusnya.

Pertentangan datang dari sang ibunda.

Setelah memberitahu ibunya bahwa Nur Arisa Maryamtelah masuk Islam, ibunya menolak mengakuinya lagi sebagai anak, dan untuk beberapa waktu dia tidak mau berbicara sama sekali kepada Arisa.

Bagaimana kisahnya? Yuk ikuti tulisan yang dilansir Tribunnews.com dari Gana Islamika ini.

Pada tulisan sebelumnya dikisahkan, saat Nur Arisa Maryam bekerja paruh waktu di acara Tokyo International Book Fair sebagai penerjemah bahasa Malaysia, dua orang wanita Muslim, asli orang Jepang, datang ke stannya.

Nur Arisa Maryam sangat bersemangat bertemu dengan mereka. Dia ingin mendengar kisah mereka, yang asli orang Jepang, namun memilih untuk memeluk agama Islam.

Kepada dua wanita Muslim Jepang itu, Nur Arisa Maryam bertanya tentang kisah mereka, bagaimana mereka bisa masuk Islam.

Salah satu dari wanita itu menceritakan kisahnya kepada Arisa.

“Saya begitu tersentuh dengan kisahnya, dan saya juga merasa lega ketika tahu bahwa saya bukan hanya satu-satunya yang khawatir tentang beralih (ke agama Islam).

Saya tidak dapat menghentikan air mata yang mengalir,” kata Nur Arisa Maryam.

Melihat Nur Arisa Maryam menangis, wanita Muslim Jepang itu memeluk Arisa. Keesokan harinya, Arisa mendapatkan pesan darinya,

“Assalamualaikum Arisa. Bagaimana kabarmu? Pernahkah kamu mengucap syahadat sebelumnya? Jika kamu mengucapkan ini dengan sangat jernih dari hati, kamu bisa masuk ke Jannah, Insya Allah.”

Dia menjelaskan bahwa syahadat itu sangat penting. Dan jika Arisa memang percaya kepada Allah, meskipun hanya mengucapkannya kepada diri sendiri, menurutnya, pada dasarnya Nur Arisa Maryam sudah menjadi saudara Muslimnya.

Setelah menerima pesan tersebut, sendirian, Nur Arisa Maryam di kamarnya mengucapkan syahadat.

“Saya mengucapkan syahadat di dalam kamarku. Meskipun ini tidak resmi, tetapi hatiku penuh dengan kebahagiaan, sebab saya merasa Allah melihatku. Alhamdulillah,” ujar Nur Arisa Maryam.

Nur Arisa Maryam yang sebelumnya beragama Shinto (agama tradisional Jepang), akhirnya membuat pengakuan kepada keluarganya, bahwa dia telah memutuskan masuk Islam, namun dia mendapat reaksi yang kurang baik.

“Ibuku kaget saat saya memberitahunya. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa putrinya menjadi Muslim tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Dia benar-benar khawatir bahwa orang akan melihat saya secara berbeda dan menyerang saya, dan dia juga khawatir tentang pernikahan saya, karena dia tahu bahwa kita tidak memiliki banyak Muslim di Jepang.”

IbundaNur Arisa Maryam merasa kalut dengan berita mendadak ini dan tidak bisa memahami dengan apa yang terjadi terhadap anaknya.

Dia bahkan berkata kepada Nur Arisa Maryam, bahwa dia tidak mengakuinya lagi sebagai anak, dan untuk beberapa waktu dia tidak mau berbicara sama sekali kepada Arisa.

Meski demikian, Nur Arisa Maryamtetap bersikap baik terhadap ibunya.

“Saya tahu ini adalah reaksi yang wajar, jadi saya melakukan yang terbaik untuk membuatnya menerima saya. Dan saya ingin membuatnya melihat saya menjadi orang yang lebih baik karena Islam. Jadi, saya berusaha menjaga hubungan yang baik dengan ibu saya,” ujar Nur Arisa Maryam.

Lain halnya dengan teman-teman Arisa, ketika diberitahu bahwa Arisa telah masuk Islam, beberapa dari mereka malah bertanya tentang bagaimana kehidupannya setelah menjadi Muslim.

“Mereka tidak mengatakan hal-hal buruk tentang Islam di depan saya. Alhamdulillah,” kata Nur Arisa Maryam.

Dukungan Sang Adik

Berbeda dengan ibunya, adik perempuan Arisa mendukung keputusan Arisa untuk menjadi Muslim, “Dia memberitahuku bahwa dia bahagia untukku,” kata Arisa.

Adiknya kemudian membantu Arisa untuk meyakinkan ibunya bahwa dia masih orang yang sama dan tidak ada yang berubah.

Namun, butuh waktu sampai ibunya menerimanya sebagai seorang Muslim, dan bahkan dia menangis ketika meminta maaf kepada Arisa.

Banyak orang takut berbicara dengan keluarga mereka tentang perpindahan mereka ke agama Islam.

Tidak semua keluarga terbuka terhadap agama dan budaya yang berbeda, dan inilah sebabnya Arisa tidak pernah memberi tahu ibunya tentang proses belajar Islam.

Namun di sisi lain, dia selalu berbicara secara terbuka kepada ibunya bahwa dia memiliki beberapa teman Muslim.

Setelah masuk Islam, Arisa menceritakan, bahwa dirinya justru menjadi merasa putus asa.

Dia mengkhawatirkan bagaimana nanti studinya, pekerjaannya, menikah, dan membangun rumah tangga.

Hal-hal semacam itulah sebelumnya yang menjadi prioritas utama dalam hidupnya. Kadang kala, dia merasa ingin menyerah saja.

“Namun sekarang saya merasa bahwa hidupku untuk Allah, dan saya mempersiapkan hidupku untuk kehidupan selanjutnya. Meskipun saya tetap memiliki beberapa kesulitan dan tantangan dalam hidup, saya tahu ini bukanlah akhir. Saya tahu bahwa setiap kesulitan adalah ujian dari Allah.”

Nenek Pun Ikut Ucapkan Kalimat Syahadat

Ibunda Arisa, perlahan dapat menerima keislaman putrinya, bahkan dia melihat Islam dengan cara yang berbeda.

Sebelumnya, karena penggambaran media, dia melihat Islam sebagai sesuatu yang buruk.

Kini dia menilai bahwa Islam adalah agama yang indah, dan dia melihat Arisa berubah menjadi jauh lebih baik setelah beragama Islam.
Arisa bersama neneknya, yang kini juga telah memeluk Islam.

Beberapa tahun kemudian, bahkan nenek Arisa juga mengikuti jejak Arisa, dia mengucapkan syahadat di masjid di Tokyo.

Neneknya juga telah menjadi seorang Muslim. Meski anggota keluarga yang lainnya belum, namun Arisa berharap suatu hari nanti mereka dapat juga menjadi Muslim. (PH)

Sumber: SERAMBINEWS.COM

 

Senin, 11 Mei 2020

Rajin ke Gereja, Selebgram Cindy Caroline Jadi Mualaf Saat Ramadhanhifa

Rajin ke Gereja, Selebgram Cindy Caroline Jadi Mualaf Saat Ramadhan


10Berita,Selebgram Cindy Caroline membuat heboh usai memutuskan menganut agama Islam.

Ia resmi menjadi mualaf di bulan suci Ramadhan 1441 H.

Ia kini tampil cantik menggunakan hijab. Berpindahnya keyakinan Cindy amat disayangkan oleh para pengikutnya di Instagram.

Mereka membubuhkan komentar di unggahan terbaru Cindy yang menyayangkan keputusnannya tersebut. pasalnya Cindy dikenal rajin beribadah di Gereja.

Sumpah sedih banget, padahal dulu kak cindy rajin banget ke gereja, sering worship,” kata dindacarolines.

Iya kan, sering nyanyi2 lagu rohani juga. Mgkin emg terpengaruh temen atau pacar sii,” sahut carlysiaaa.

Menanggapi tudingan menjadi mualaf karena terpengaruh teman, Cindy lantas membalas komentar tersebut.

Engga sama sekali tolong jangan simpulin sendiri ya, ini memang pilihan aku untuk dekat sm Allah,” klarifikasi Cindy Caroline.

Selain itu, netizen juga penasaran dengan reaksi orang tua Cindy saat tahu sang anak pindah keyakinan.

Ka gimana ya perasaan papa nya,” tanya jennifer_laurentia.

My family not ur business,” balas Cindy Caroline.

Sumber: insertlive.com

Kunjungi website

Minggu, 26 April 2020

Masya Allah! Begini Kisah Sukses Bos JNE yang Jadi Mualaf hingga Mimpikan 99 Masjid

Masya Allah! Begini Kisah Sukses Bos JNE yang Jadi Mualaf hingga Mimpikan 99 Masjid


(FOTO: Istimewa)
Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

10Berita,Bos PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Johari Zein atau Djohari Zein merupakan sosok pengusaha muslim yang inspiratif. Lahir di Medan, Sumatera Utara pada tahun 1954 dari keluarga pedagang Tionghoa, ia lahir dalam keluarga yang menganut agama Budha.

Johari pun pernah disekolahkan di sekolah Katolik. Pada tahun 1982, Johari memutuskan menjadi mualaf dengan memeluk agama Islam. Sejak itulah ia menjadikan Al Quran sebagai petunjuk hidupnya.

Sejak berusia 12 tahun, Johari sudah memperlihatkan bibit wirausahanya. Saat itu ia masih SMP dan suka menjual majalah ke teman-temannya. Usahanya pun terus belanjut hingga SMA.

Johari merupakan seorang lulusan Akademi Perhotelan Trisakti. Ia pernah bekerja di Hilton International Hotel. Kemudian pada tahun 1980, Johari pindah pekerjaan jadi salesman perusahaan jasa pengiriman multinasional, TNT.

Beberapa tahun kemudian, Johari dipromosikan menjadi Operation Manager TNT Indonesia. Namun di puncak kariernya, ia justru meninggalkan TNT dan memilih berwirausaha.

Tahun 1985 ia mulai merintis perusahaan jasa pengirimannya. Nama awalnya adalah Worldpak yang berganti nama menjadi Pronto. Alhasil, pada tahun 1990 ia menjual seluruh sahamnya di Pronto dan mendirikan PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE).


Saat ia mendirikan JNE, Johari sudah 8 tahun memeluk agama Islam. Ia meyakini apa yang ia lakukan adalah demi kebaikan dan membantu orang lain.

Suatu ketika Johari berdoa di Masjidil Haram saat ibadah umrah tahun 2009. Johari memohon kepada Allah agar diizinkan mendirikan masjid.

Kemudian Johari mendapatkan jawaban melalui mimpi, “Jangankan satu, 99 masjid pun diizinkan”. Kira-kira seperti itulah jawaban dalam mimpinya.

Bagi Johari, mimpi itu bukanlah mimpi biasa, ia menganggap sebagai sebuah perintah yang harus dilaksanakan. Hingga ia pun bertekad untuk mendirikan 99 masjid dengan nama sesuai Asmaul Husna.

Pada 3 Mei 2017, Johari mendirikan Johari Zein Foundation dengan tujuan dapat membangun 99 masjid di 8 penjuru dunia. Tak hanya bertekad membangun masjid, Johari juga aktif dalam kegiatan amal. Baginya, beramal adalah kewajiban setiap Muslim yang wajib dilaksanakan karena itu diperintahkan dalam Alquran.

Sumber: Republika

Sabtu, 25 April 2020

Putuskan Jadi Mualaf setelah Mimpikan Nabi Muhammad

Tidak Belajar Tentang Islam, Kakek Ini Putuskan Jadi Mualaf setelah Mimpikan Nabi Muhammad

10Berita,BETAPA beruntung apa yang dialami kakek bernama Sanford Pass ini. Di usia senja dia memutuskan menjadi mualaf setelah memimpikan Nabi Muhammad SAW.
Sanford Pass (71) membagikan kisah nyata hidupnya dalam sebuah acara pertunjukan TheDeenShow di saluran YouTube Digital Mimbar.

Dilansir dari The Islamic Information, Jumat (22/4/2020), ketika ditanya tentang apa yang membuat dirinya jadi mualaf, Sanford mengungkapkan bahwa dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang Islam dan tidak belajar tentang islam. Dia bahkan tidak pernah berinteraksi dekat dengan orang islam.

Satu-satunya hal yang membuat dia membuat keputusan untuk pindah keyakinan adalah sebuah mimpi. Mimpi inilah yang telah mengubah hidup Sanford sepenuhnya. Dalam mimpinya, Sanford melihat seorang pria yang bersinar hingga dia tidak dapat melihat wajahnya. Tapi, dia yakin orang itu sedang menatapnya sambil tersenyum.
Setelah malam itu, ia lalu menceritakan mimpinya kepada seorang imam masjid. Sang imam memahami mimpi Sanford dan menyimpulkan bahwa yang datang dalam mimpi adalah baginda Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW dideskripsikan mengenakan busana serba putih dengan selendang berwarna emas dan sorban emas, persis seperti yang dilihat oleh Sanford dalam mimpinya. Memang, saking sayangnya Nabi Muhammad kepada umatnya, menjadi sesuatu yang tidak mustahil beliau mendatangi umatnya dalam mimpi.

Satu hal yang tak dapat dilupakan Sanford setelah mimpi itu datang adalah kedamaian yang dia rasakan. Sanford merasa lebih bahagia seolah-olah dia telah memenangkan jackpot. Dia juga menyebutkan bahwa dia tidak dapat menjelaskan mimpinya.
Dia pun semakin meyakini apa yang dilihatnya adalah sebuah kebenaran. Hingga akhirnya dia memutuskan berpindah keyakinan dan memeluk Islam. []
Sumber: islampos

Kamis, 20 Februari 2020

7 Bulan Belajar Agama, Model Ini Jadi Mualaf Meski Ditinggalkan Ratusan Ribu Fansnya

7 Bulan Belajar Agama, Model Ini Jadi Mualaf Meski Ditinggalkan Ratusan Ribu Fansnya


10Berita – Hidayah bisa datang pada siapa saja, hal ini pula yang dialami oleh seorang model majlah dewasa Playboy asal Malaysia bernama Felixia Yeap.
Beberapa tahun silam, tepatnya pada 3/7/2014, model ini  resmi menjadi mualaf, dan menyatakan dirinya merasa terlahir kembali setelah memeluk Islam.
Felixia Yeap mengabarkan keputusannya menjadi mualaf ini melalui media sosial.
Felixia mengatakan, meski sudah memeluk Islam, ia tetap akan mempertahankan nama Chin Yee yang diberikan ibunya.
“Nama Tionghoa saya memiliki arti ketenangan dan keanggunan,” kata Felixia sambil menambahkan bahwa dia akan mengumumkan keputusannya menjadi Muslim di hadapan keluarga dan kawan-kawan dekatnya.
Felixia menambahkan, keputusannya untuk memeluk Islam merupakan puncak dari pembelajarannya tentang Islam selama tujuh bulan.
Felixia menambahkan, keputusannya untuk memeluk Islam merupakan puncak dari pembelajarannya tentang Islam selama tujuh bulan.
Saat itu, Felixia bahkan sudah mulai mengenakan jilbab.
Namun, saat kabar tentang Felixia yang mulai mengenakan jilbab merebak pada Desember tahun lalu, sebanyak 148.000 penggemarnya meninggalkan akun Facebook perempuan kelahiran Ipoh, Malaysia, itu.
“Sejak saya mulai mengenakan jilbab, meskipun saat itu saya belum menjadi Muslim, hingga saat ini, saya sudah melalui banyak tuduhan dan cobaan,” kata Felixia yang pernah bekerja di klub Playboy, Makau.
Keputusannya itu memicu banyak kritik. Dia bahkan harus menghadapi pengucilan selama berbulan-bulan setelah mengenakan jilbab.


Sumber: Eramuslim

Selasa, 28 Januari 2020

Antusias Mualaf Jepang Belajar Shalat

Antusias Mualaf Jepang Belajar Shalat


10Berita-  Mualaf Center Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang bekerja sama dengan FGA dan Chiba Islamic Cultural Center (CICC), mengadakan kelas islamzemi intensif. Kegiatan ini merupakan kelas untuk belajar tentang shalat.
Para mualaf peserta kegiatan ini mengikuti pelatihan shalat selama dua hari, 25-26 Januari 2020, di kompleks Masjid Nishi-Chiba. Agar lebih efektif, jumlah peserta dibatasi 20 mualaf Jepang.

Kegiatan ini diselenggarakan untuk membantu para mualaf Jepang. Bagi yang sudah berislam sejak kecil, bacaan shalat menjadi hal yang biasa dan hapal di luar kepala. Namun bagi mualaf Jepang, masih banyak dari mereka yang tidak tahu bacaan shalat. Terlebih masih sedikit sarana belajar cara shalat dalam bahasa Jepang.

Kelas intensif ini dipandu oleh Ustadz Kyoichiro Sugimoto atau akrab dipanggil ustadz Salman. Ia adalah pedakwah asli Jepang dan juga ketua CICC.

Di hari pertama, peserta belajar tentang perbedaan empat mazhab terkait tata cara shalat, 53 hal yang harus diperhatikan ketika shalat, dan tata cara wudhu sesuai mazhab syafii.

Di hari kedua, peserta mulai mendalami tata cara shalat dan bacaannya sesuai mazhab syafii. Mulai dari takbiratul awal hingga akhir beserta artinya dalam bahasa Jepang. Peserta juga belajar tentang shalat sunah yang dianjurkan. Terakhir, mereka mempraktikan langsung shalat dan bacaannya.

“Biasanya saya tidak bisa ikut seminar islam karena kesibukan pekerjaan, namun kali ini saya memaksakan diri untuk hadir ikut kelas intensif ini. Alhamdulillah bisa banyak belajar. Ke depan saya akan lebih semangat belajar lagi untuk meningkatkan iman saya“, kata Kenya Mizutani, yang baru saja memeluk islam 6 bulan yang lalu.

Koordinator mualaf center KMII Jepang, Yudha mengatakan acara ini sudah kedua kalinya, Tujuannya untuk pembinaan mualaf Jepang. "Alhamdulillah mualaf Jepang sangat semangat belajar tentang solat dari awal hingga akhir selama dua hari.“ , ujar Yudha selaku 

Jepang semakin ramah dengan islam. Ini ditandai dengan semakin banyaknya restoran halal dan masjid/mushala baru di berbagai daerah di Jepang. Hal ini diiringi pula dengan semakin banyaknya orang Jepang yang tertarik belajar tentang islam, tidak sedikit dari mereka yang kemudian memeluk islam.(republika)



Rabu, 22 Januari 2020

Depresi dan Kabah, Kisah Pemuda Singapura Bersyahadat

Depresi dan Kabah, Kisah Pemuda Singapura Bersyahadat

10Berita – Darren Mak, pemuda keturunan China asal Singapura ini memiliki kelebihan yang cukup langka. Dia merupakan seorang polyglot, dengan kemampuan memahami 14 bahasa.
Dilansir di Mothership, Sabtu (18/1), ada satu hal yang kisahnya semakin menarik karena polyglot ini merupakan seorang Muslim. Banyak cerita dibalik hidayah yang didapatkannya.
Banyak orang mengira dia sekilas terlihat seperti pemuda sederhana yang ramah, tetapi di balik senyumnya, dia pernah menderita depresi di usia 17 tahun. Sebelum memeluk Islam, dia dikenal sebagai seorang pemarah. Bahkan depresi pernah membuatnya mencoba bunuh diri.
“Saya banyak berpikir tentang kematian, karena aku berpikir apa gunanya? Kadang-kadang saya mencari tahu cara yang paling tidak menyakitkan untuk bunuh diri dan merencanakan cara bunuh diri,” kata dia.

Meski dia seorang polyglot, prestasinya di sekolah tidak sebaik bahasa yang dipahaminya. Dia juga dikenal sebagai peminum berat.
Dengan percobaan bunuh diri berkali-kali, tiba-tiba satu malam dia bermimpi hal yang menurutnya aneh. Mak bermimpi tentang situs suci umat Islam, yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Sebelumnya, dia merupakan seorang atheis yang tidak mempercayai agama apa pun.
“Letakkan bebanmu dan hadapkan dirimu ke Kabah,” perintah sebuah suara dalam mimpinya.
Karena tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang Islam atau Kabah, Mak bingung karena dia memimpikan sesuatu yang begitu spesifik. Tetapi sebagai seseorang yang percaya pada nasib, ia menganggap ini sebagaip pertanda.


Sumber: Eramuslim

Jumat, 10 Januari 2020

Misionaris Kristen Dr. Gary Miller: Mencari Kesalahan Al Quran, Berakhir Jadi Muslim

Misionaris Kristen Dr. Gary Miller: Mencari Kesalahan Al Quran, Berakhir Jadi Muslim


10Berita - Kisah Dr. Gary Miller (Misionaris Kristen), Sang Penantang Al Quran: “Melakukan Riset Panjang Untuk Mencari Kesalahan Al Qur’an !”

DR. Gary Miller, adalah seorang ilmuwan matematika asal Kanada.

 Selain menjadi anggota dewan ahli di universitas, Miller juga aktif sebagai misionaris Kristen. Miller adalah ilmuwan yang sangat meminati bidang logika dan hal-hal logis.

 Pada awalnya, dia berpikir bahwa Al-Qur’an yang turun 14 abad yang lalu itu hanya membahas berbagai masalah di masa lalu.

 Namun seiring dengan menguatnya arus Islam di Barat, Miller pun terdorong untuk mempelajari Al-Quran lebih mendalam dengan tujuan mencari celah-celah kesalahannya, sekaligus membuktikan ketidakotentikan kitab suci umat Muslim itu.

 Miller mengatakan, “Mulai hari itu, saya membaca Al-Quran untuk mencari celah-celah kesalahan kitab ini. Melalui usaha ini, saya berharap dapat mengangkat derajat pemeluk agama Kristen di hadapan ummat Islam.”

Dikatakannya pula, “Karena Al-Quran diturunkan 14 Abad yang lalu di padang pasir, saya berpikir bahwa kitab ini sangat terbelakang serta dipenuhi dengan kekurangan. Namun semakin saya membaca Al-Quran, saya malah semakin menemukan kebenaran yang membuat saya terkesima. Saya menyadari bahwa Al-Quran ternyata membahas berbagai masalah yang sama sekali tak ditemukan di kitab samawi lainnya.

 Kitab ini membuat saya semakin penasaran untuk mempelajari lebih mendalam lagi. Ketika membaca surat An-Nisa’ ayat 82, saya sangat terkejut. Ayat tersebut menyebutkan; “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.”

Tentunya, hal yang dialami oleh cendekiawan asal Kanada ini bukanlah yang pertama kali terjadi bagi seorang non-muslim. Al-Quran adalah samudera yang tak ada batasnya dan mengandung mutiara ilmu yang tak ada habis-habisnya untuk digali.

 Sejak 14 abad lalu, para pemikir dan cendikiawan dalam berbagai bidang mengarungi lautan ilmu yang tertuang dalam kitab ini. Namun sedemikian luas dan dalamnya samudera Al Quran, membuat mereka belum mampu menemukan tepi atau akhir dari lautan ilmu ini.

 Oleh karena itu, mereka hanya bisa pasrah sambil memuji keagungan dan kebesaran Allah Swt. Al-Quran dalam surat Furqon ayat 1 menyebutkan: “Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”

Sebagai seorang ilmuwan, Dr. Gary Miller memahami bahwa mengenali dan membandingkan berbagai pendapat adalah salah satu metode ilmiah dalam rangka membuktikan kebenaran. Dia juga mengatakan, “Al-Quran dengan ayat-ayat yang sangat lugas mengajak manusia untuk berpikir. Di dunia ini, tak ada seorang penulis pun yang menulis sebuah buku, kemudian dengan penuh keyakinan meminta semua pihak untuk membuktikan kesalahan-kesalahannya.”

Dr. Miller juga mengatakan, “Di saat mempelajari Al-Quran, saya menanti ayat yang menyinggung peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti wafatnya Sayidah Khadijah atau kehidupan anak-anaknya. Namun, saya malah dikejutkan oleh surat yang bernama Maryam. Sedangkan dalam kitab Injil dan Taurat, tak ada satupun surat khusus dengan nama Maryam. Selain itu, Al-Quran menyebut nama Isa Al-Masih sebanyak 25 kali, sedangkan kitab ini hanya menyebut nama Rasulullah Muhammmad Shallallahu ‘alaihi wasallam sebanyak 5 kali. Bahkan, tak ada surat yang menyebutkan nama putri atau istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Namun, cendekiawan Barat ini masih belum mantap dengan apa yang didapatkannya. Ia pun kembali melanjutkan mencari kesalahan-kesalahan Al-Quran. Kali ini, ia dikejutkan oleh ayat lainnya, yaitu Surat Al Anbiya ayat 30, yang berbunyi:

أَوَلَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ ڪَانَتَا رَتۡقً۬ا فَفَتَقۡنَـٰهُمَا‌ۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَىۡءٍ حَىٍّ‌ۖ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup…”

Miller berkata, “Ayat ini menyinggung masalah ilmiah yang penemunya mendapatkan penghargaan Nobel pada tahun 1973. Ayat ini menjelaskan teori “Big Bang” yang menghasilkan penciptaan dunia, langit, dan bintang-bintang.”

Miller melanjutkan, “Bagian akhir ayat tersebut menyebutkan bahwa air adalah sumber kehidupan. Ini merupakan salah satu keajaiban penciptaan alam yang baru dipahami oleh sains modern. Ilmuwan modern membuktikan bahwa sel hidup terbentuk dari sitoplasma atau zat separuh cairan lekat, sedangkan bagian inti sitoplasma bersumber dari air. Dengan mempelajari ayat ini, saya sama sekali tidak lagi mempercayai klaim-klaim bohong yang menyebut Al-Quran sebagai buatan Muhammmad Shallallahu ‘alaihi wasallam semata. Bagaimana mungkin Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang tak bisa menulis dan membaca sebelum diturunkannya Al-Quran, 1400 tahun yang lalu, tiba-tiba dapat berbicara soal materi dan gas yang membentuk dunia?”

Akhirnya, riset panjang ini menyebabkan Dr. Gary Miller tunduk menerima Islam sebagai agama yang benar. Dia kini aktif menulis berbagai makalah terkait mukjizat-mukjizat sains yang tercantum dalam Al-Quran. Di antara karya-karya Miller berjudul “Al-Qur’an Yang Menakjubkan”, “Perbedaan Al-Quran dan Kitab Injil”, dan “Pandangan Islam tentang Metode-Metode Pemberian Kabar Gembira”.

Di samping berbicara mengenai mukjizat dan keagungan Al-Quran, Dr. Gary Miller juga membahas masalah lainnya. Dia mengatakan, “Di antara mukjizat Al Quran adalah menyampaikan ancaman-ancaman untuk manusia di masa mendatang yang tak bisa diprediksikan oleh manusia. Hal ini tak bisa diprediksi oleh manusia karena manusia seringkali menjadikan eksperimen sebagai tolak ukur kebenaran.

 Al-Qur’an juga mengidentifikasi sahabat dan musuh ummat Islam. Selain itu, kitab ini juga memperingatkan persahabatan dengan orang-orang musyrik dan mengingatkan bahwa ummat kristiani adalah sahabat yang paling dekat dengan umat Islam. Lebih dari itu, Al Quran mengemukakan data yang konkrit dan ini adalah di antara metode Al-Quran yang luar biasa.”

Menurut Miller, “Al-Quran juga menarik perhatian para pembacanya pada hal-hal yang spesifik, bahkan kitab ini juga menyampaikan informasi-informasi baru. Informasi semacam ini tak pernah disinggung dalam kitab samawi lainnya. Sebagai contoh, surat Al-Imran ayat 44 menyampaikan peristiwa undian untuk mengasuh Sayidah Maryam as. Ayat tersebut menyebutkan, “Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.”

Dikatakannya pula, “Dalam Kitab Injil, jika kita ingin lebih mengetahui sebuah cerita atau mengkaji permasalahan, seringkali kita tidak mendapatkan jawabannya di kitab itu dan bahkan kita harus merujuk sumber-sumber referensi lainnya. Sementara Al-Quran menyatakan, jika seseorang ragu akan kebenaran yang disampaikannya, maka Al Quran sendiri yang akan menjawabnya. Namun, setelah saya mempelajari kitab ini secara detail, saya menyimpulkan bahwa tak seorangpun dapat menanggapi tantangan Al-Quran ini, karena pada prinsipnya, informasi-informasi dalam Kitab ini mengungkap peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.”

Pada tahun 1977, Miller terlibat debat terbuka dengan penceramah Islam terkenal pakar Kristologi; Ahmad Deedat (gurunya DR Zakir Naik). Logikanya jelas dan pembenarannya tampak berdasarkan niat baik untuk mencapai kebenaran tanpa kebanggaan beragama atau prasangka buruk. Banyak orang yang kemudian memperkirakan bahwa ia akan segera memeluk Islam setelah debat itu.

 Pada tahun 1978 Miller memutuskan memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Abdul Ahad Omar. Dia bekerja selama beberapa tahun di Universitas Minyak & Mineral di Saudi Arabia dan kemudian mengabdikan hidupnya untuk da’wah melalui program TV dan ceramah-ceramah umum tentang Islam.

 Pesan Dr. Gary Miller kepada umat Muslim:

“Wahai ummat Islam, kalian tak mengetahui betapa Allah Subhanahu wa ta’ala telah melimpahkan kemuliaan kepada kalian, yang tak dimiliki oleh agama-agama lain. Untuk itu, bersyukurlah karena kalian telah menjadi muslim. Berpikirlah mendalam untuk mengungkap kebenaran-kebenaran yang indah dalam Al-Quran. Saya mempelajari Al-Quran secara mendalam, dan kitab inilah yang menyebabkanku mendapatkan hidayah Ilahi.”

[Video - Dr. Gary Miller]





Referensi:
 http://www.islamforchristians.com/gary-miller-man-challenged-quran/ 
 https://www.youtube.com/watch?v=We3RxtyJMKA