OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label JABAR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label JABAR. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 April 2018

Pasangan “Asyik” Optimistis Menang Seperti Heryawan di Pilkada Jabar

Pasangan “Asyik” Optimistis Menang Seperti Heryawan di Pilkada Jabar

10Berita, Pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu diyakini bisa memenangi Pilkada Jabar meski hasil survei, elektabilitas pasangan ini sering tak memihak.

“Bagi kami, hasil survei itu hanya jadi cermin, bukan kenyataan karena banyak pasangan menang di survei, tapi tidak dilantik,” ungkap Ketua Tim Pemenangan Asyik, Haru Shuandaru di Bandung, Jumat (20/4/2018).

Sejumlah hasil survei selalu menempatkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu) dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (Deddy-Dedi) di posisi teratas. Handru memprediksi kuat hasil itu akan berbalik arah.

Pasangan Asyik bertekad menyalip pasangan Rindu dan DM4Jabar serta mengulang kisah sukses Ahmad Heryawan (Aher) di Pilkada Jawa Barat 2008 dan 2013.

Lebih lanjut Haru menambahkan, keyakinannya tersebut didasari oleh hasil survei internal yang menunjukkan elektabilitas Asyik yang terus menunjukkan tren positif mendekati jadwal pencoblosan pada 27 Juni 2018 mendatang.

Meski tak menyebutkan berapa angka pasti hasil survei internal tersebut, Haru menegaskan, sejak dideklarasikan sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat, pasangan nomor urut 3 itu terus menuai dukungan.

“Kami tidak akan menyia-nyiakan waktu yang tersisa ini. Semua kader, relawan akan bekerja keras menyosialisasikan Asyik,” tuturnya.

Haru mengatakan, hasil survei yang dirilis sejumlah lembaga survei bukanlah jaminan bahwa pasangan calon yang ditempatkan di posisi teratas sebagai pemenang.

Terlebih, kenyataan sejarah membuktikan bahwa dua kali Pilkada Jawa Barat pasangan pemenang survei akhirnya kalah saat hasil pencoblosan diumumkan.

“Seperti fenomena Kang Aher di Pilgub 2008 dan 2013 di mana Kang Aher bukan pemenang survei,” tuturnya.

Berbagai macam alasan, lanjut Haru, dapat menjadi faktor kekalahan suatu pasangan. Salah satu faktor yang menonjol, menurut dia, adalah kasus hukum yang menjerat pasangan calon maupun keluarganya.

Menurut Haru, hal tersebut menyebabkan pasangan calon tertentu tak bisa melanjutkan pertarungannya di ajang pemilihan kepala daerah (pilkada) dan ditinggalkan pendukungnya.

“Apa saja bisa terjadi, bisa saja jadi tersangka OTT (operasi tangkap tangan), bisa yang bersangkutan ataupun keluarganya. Banyak contoh kasus seperti itu,” ucapnya.

Sumber https://regional.kompas.com/read/2018/04/21/08212631/pasangan-asyik-optimistis-bisa-menang-seperti-heryawan-di-pilkada-jabar

Kamis, 29 Maret 2018

Prabowo Turun Gunung, Sudrajat MELEJIT

Prabowo Turun Gunung, Sudrajat MELEJIT


10Berita, Prabowo turun gunung. Sjk kemarin hingga 5 hr ke depan, Prabowo akan menyambangi sejumlah tempat utk menyapa warga Jabar. Karawang, Cirebon, Majalengka, Bandung, Bekasi dan Subang menjadi titik kunjungan dlm rangkaian safari perdana. https://t.co/8xrsQZpEe0

Dalam kesempatan ini, Prabowo akan memperkenalkan dan mengajak warga Jawa Barat untuk mendukung pasangan nomor urut tiga, Sudrajat-Syaikhu, dalam pemilihan gubernur mendatang.

Prabowo rela berubah wujud dari ketua umum partai menjadi humas alias public relation.

Prabowo juga akan mengambil alih tugas motivator dalam membangkitkan semangat juang para relawan yang selama ini bergerak hingga tingkat pedesaan.

Turun gunungnya Prabowo tentu akan berdampak signifikan kepada elektabilitas pasangan Sudrajat-Syaikhu.

Pasalnya, lebih dari setengah warga Jawa Barat adalah pendukung Prabowo pada Pilpres 2014 lalu. Ya, Jawa Barat satu dari sekian provinsi yang menjadi basis kekuatan suara Prabowo.

Sudrajat dan Syaikhu adalah pasangan yang ditunjuk Prabowo.

Bagi Prabowo, Sudrajat seorang putra Sunda asli yang memiliki rekam jejak cemerlang, cerdas, berprestasi, nasionalis dan tidak memiliki beban korupsi. Sementara Syaikhu adalah birokrat yang bersih, mantan auditor profesional, dan pribadi yang religius.

Soal popularitas Sudrajat yang kerap diragukan, Prabowo tak mau ambil pusing. Bagi Prabowo, yang utama adalah kualitas calon terlebih dahulu.

Percuma populer karena sering main film dan percuma memiliki follower segambreng di sosial media bila kualitas yang dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jawa Barat saat ini.

Prabowo ingin menyadarkan kita semua, bahwa dalam memilih calon pemimpin, integritas harus diutamakan ketimbang popularitas. Bahwa ketulusan dan kejujuran harus menjadi alasan utama ketimbang ketenaran dan pencitraan.

Warga Jawa Barat sedang mencari pekerja ikhlas, bukan sedang kontes audisi selebritas.

Sedikit cerita saat Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. Pasangan Anies-Sandi kerap menempati posisi paling buncit di sejumlah lembaga survei.

Kalah tenar sama Ahok dan AHY yang ditopang materi berlimpah. Prabowo pun memutuskan untuk turun gunung ke sudut-sudut kota.

Prabowo rela panas-panasan dan berpeluh keringat di Pasar Ikan. Dia rela becek-becekan di Cakung Penggilingan.

Bahkan dia memilih hujan-hujanan di kawasan padat penduduk di Kapuk. Pesan yang Prabowo sampaikan hanya satu, "Pilih Anies-Sandi, karena pasangan ini akan bekerja dan mengabdi untuk kalian...".

Efeknya luar biasa. Survei Anies-Sandi melejit secara signifikan.

Pasangan ini masuk dua putaran dan diakhiri dengan kemenangan. Hasilnya pun sama-sama bisa kita rasakan, Anies-Sandi membawa angin perubahan. Dia menjadi pemimpin yang bukan menservis para taipan, tetapi menjadi pembela orang kecil yang selama ini terpinggirkan.

Prabowo ingin fenomena yang sama terjadi di Jawa Barat. Pemimpin yang dipilih adalah pemimpin yang mampu bekerja dan mengerti keinginan rakyat. Bukan pemimpin yang sekadar narsis di dunia maya atau sibuk syuting dan main iklan saat bulan puasa tiba.

Prabowo ingin Jawa Barat maju provinsinya dan bahagia warganya.

Wilujeng Sumping Pak Prabowo... 😎👌

Penulis: TB Ardi Januar

Sumber : PORTAL ISLAM

Selasa, 13 Maret 2018

Ini yang Perlu Diketahui Masyarakat terkait Cagub Jabar dari Gerindra, PKS, dan PAN

Ini yang Perlu Diketahui Masyarakat terkait Cagub Jabar dari Gerindra, PKS, dan PAN


10Berita, JAKARTA - Calon Gubernur Jawa Barat dari partai Gerindra dan PKS mulai dikenalkan lebih luas ke masyarakat. Keduanya, yakni Sudrajat dan Syaikhu, yang digadang-gadangkan melalui visi, misi, dan beberapa program oleh partai Gerindra.

Berikut ini cuitan dari akun Twitter resmi milik Gerindra terkait hal di atas, Senin (12/3/2018): “Visi @MayjenSudrajat dan @syaikhu_ahmad: Membangun manusia Jawa Barat yang memuliakan agama, sehat dan unggul. #No3JabarAsyik. Meningkatkan kesejahteraan melalui penumbuhan dan pemerataan ekonomi yang berdaya saing berbasis kerakyatan dan potensi lokal. #No3JabarAsyik.

Mengembangkan infrastruktur modern, humanis, dan berkelanjutan untuk kepentingan rakyat dengan memperhatikan potensi sumber daya alam dan lingkungan. #No3JabarAsyik. Membangun masyarakat yang bergotong royong, toleran, dan harmoni selaras nilai budaya Jawa Barat yang luhur. #No3JabarAsyik. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang profesional, melayani dan partisipatif melalui kepemimpinan yang teladan, mengayomi dan merakyat. #No3JabarAsyik.”


Selanjutnya, tiga cara melawan korupsi versi pasangan Asyik: “Memperkuat sistem. Meningkatkan kesejahteraan Aparatur Sipil Negara. Dan memberikan Early Warning System kepada para pemangku jabatan. #No3JabarAsyik.”

Selain itu, terkait ekonomi, pasangan ini juga mempunyai beberapa teknik: “Pemberian ijin usaha harus transparan dan tidak ada pungli, agar investor semakin berminat untuk berinvestasi di Jawa Barat. #No3JabarAsyik. Ekonomi kerakyatan untuk penguatan ekonomi warga Jawa Barat. #No3JabarAsyikz”

Pun dengan informasi, Gerindra juga mengurainya: “Jaringan internet di desa-desa yang mudah diakses warga Jawa Barat. Sehingga, tidak ada batasan jarak kepada pimpinan. #No3JabarAsyik #PilihanPrabowo.”

Di akhir, Gerindra memberikan semacam kepastian bahwa saat menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur, keduanya akan mengimplementasikan masyarakat yang damai untuk seluruhnya: “Menjadikan Jawa Barat sebagai provinsi yang maju dan memuliakan semua umat beragama, sehingga dapat menjadi Jawa Barat yang rahmatan lil 'alamin #No3JabarAsyik #PilihanPrabowo.” (Robi/)

Sumber : voa-islam.com

Senin, 29 Januari 2018

3 VS 1, Pilkada Jabar

3 VS 1, Pilkada Jabar


Oleh: Goben Gusmiyadi*
(Aktivis Indonesia Bergerak)

10Berita, Secara ideologis, Pilkada Jabar sesungguhnya hanya menyuguhkan dua kontestan saja. Pasangan Asyik (Ajat Syaikhu) dan tiga kandidat lainnya. Tak perlu marah, bingung atau uring-uringan, dengan mudah fakta itu kita temukan dengan cara menelusuri urat dukungan politik antar kandidat.

Dalam konstelasi politik yang lebih besar, Asyik didukung oleh kekuatan partai oposisi. Sedangkan pasangan lainnya, mereka memiliki irisan besar persekutuan dengan partai pendukung pemerintah. Bahkan salah satu diantaranya adalah kader militan dari partai pemerintah (PDIP) yakni TB Hasanuddin yang berpasangan dengan Anton Charlyan.

Pasangan Dedi Mizwar - Dedi Mulyadi, Ridwan Kamil (RK) - Uu, TB Hasanuddin - Anton Charlyan merupakat paket calon kepala daerah yang garis partainya adalah pendukung pemerintah. Kalaupun ada yang abu-abu adalah partai Demokrat. Partai ini belakangan hari kerap seiring sejalan dengan kebijakan Jokowi. Fakta yang mudah ditemukan adalah dukungan Demokrat atas pengesahan UU Ormas yang tahun lalu telah disahkan.

Di kubu pasangan Asyik, yang unik malah disandang oleh Partai Amanat Nasional (PAN). Meskipun mengutus menteri untuk Jokowi, tapi PAN kerap sekali mengkritisi kebijakan pemerintahan. Sikap politik PAN tampak berseberangan dengan pemerintah saat pengesahan UU Ormas. Padahal UU tersebut merupakan pertarungan marwah pemerintahan Jokowi.

Identifikasi kita terhadap blok oposisi atau pendukung pemerintah ini menjadi penting. Ini yang kemudian saya sebut sebagai representasi ideologi antar partai. Yakni cara pandang dan sikap partai politik dalam menjalankan roda pemerintahan. Meskipun beberapa partai menggunakan lebel agama, tapi sesungguhnya yang terpenting adalah praktek kongkrit dalam penerapan kebijakan politik saat ini.

Dari awal pemerintahan Jokowi, sebagaimana yang kita ketahui telah memilih jalan membuka kran liberalisasi yang sangat besar. Dominasi asing nyaris tak terbendung. Paket-paket kebijakan ekonominya memberikan banyak sekali kemudahan bagi asing untuk menguasai sektor-sektor ekonomi yang bersentuhan langsung dengan hajat hidup orang banyak.

Lihat saja di Jakarta, pemerintahan Jokowi dengan sangat gagah pasang badan bagi pembangunan pulau reklamasi. Kasus di Jabar, dengan mudah kita dapat menemukan jejak kepentingan blok pemerintahan ini melalui mega proyek Meikarta dan kereta api cepat yang menabrak berbagai aturan dan perundang-undangan.

Dengan demikian, siapapun dari tiga calon Gubernur Jabar yang memenangkan pertarungan diluar dari pasangan Asyik, dapat dipastikan ia akan menjadi kepanjangan tangan dari pemerintahan Jokowi. Watak pembangunan di Jabar akan bersifat liberal. Ia akan menjadi fasilitator dan bagian dari masuknya kepentingan modal negeri tirai bambu yang kini terasa sangat dominan dari hari kehari di republik ini.

Fakta ini tak dapat ditolak. Ridwan Kamil misalnya, ia menerima dukungan Nasdem dengan melakukan kontrak politik yang poin pentingnya adalah dukungan dua periode untuk Jokowi. Partai pendukung lainnya sama saja.

Setali tiga uang dengan RK, Dedi Mizwar akhirnya berlabuh dengan Demokrat dan Golkar. Demokrat dalam banyak pandangan pengamat saat ini sedang berupaya cari cela menempatkan AHY menjadi wakil Jokowi. Sedangkan Golkar warnanya lebih jelas. Partai ini dikunci sejak perpecahan beberapa tahun yang lalu. Malah sebagian banyak orang menyebut partai ini sengaja dipecah agar koalisi merah putih bubar ditengah jalan. Demiz sendiri, terakhir ia tampak menjadi lunak dengan proyek Meikarta. Demiz dianggap masuk angin oleh banyak kalangan.

Hanya pasangan Asyik yang berbeda. Secara nasional Gerindra dan PKS sedari awal memiliki garis tegas sebagai pembeda. Partai-partai ini menarik garis demarkasi yang tegas terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi - JK.

Selain kebijakan ekonomi, yang paling mudah diingat adalah momentum pengesahan UU Ormas. Ini bukan semata pertarungan pengesahan UU, tapi dibalik itu ada rangkaian peristiwa politik besar, yakni gelombang aksi massa mengatasnamakan aksi bela Islam yang secara politik dianggap berlawanan dengan kehendak kebijakan pemerintah dalam kasus Ahok. Peristiwa kala itu juga diikuti dengan penangkapan aktivis-aktivis islam yang dikenal dengan istilah kriminalisasi ulama.

Demikianlah..... Kontestan pada Pilkada Jabar sesungguhnya bukan empat pasang, melainkan dua saja. Memilihnya menjadi lebih mudah; Pasangan Asyik yang didukung oleh Prabowo yang nasionalis, atau blok Jokowi sebagai representasi blok liberal di Indonesia.

*Sumber: fb penulis
Sumber : Kumparan.com

Kamis, 28 Desember 2017

Pilgub Jabar 2018: Mayjend Sudrajat – Ahmad Syaikhu

Pilgub Jabar 2018: Mayjend Sudrajat – Ahmad Syaikhu

(Catatan kecil Geostrategi Politik)

Tengku Zulkifli Usman

INSYAALLAH PKS-Gerindra tetap akan bersama di Pilgub Jabar, kita dorong kesana, ini base on data dan riset, ini yang terbaik

Mohon doa muslim semua agar suara muslim lebih kuat untuk memenangkan Jabar 1 2018 esok

Perlu dipahami dengan baik bahwa pemain inti dalam pentas politik nasional saat ini tiga partai: PDIP, Golkar, dan Gerindra, suka atau tidak

Dan hampir tidak ada pilkada 2017, 2018, atau pilpres 2019 nanti kecuali ada faktor penentunya tiga partai tersebut disana, ini bisa juga disebut dengan Triple Party Factor

Pilihan yang baik bagi PKS adalah merapat ke Gerindra dengan Calon yang sudah ditetapkan Gerindra Mayjend Purn Sudrajat

Bagusnya PKS Meninggalkan Dedi Mizwar yang sudah menjadi kader demokrat, pilihan yang sulit, tapi tetap harus memilih, ini politik

Masalah nama Mayjend Sudrajat yang belum terlalu populer dan besar, itu bukan masalah utama, bisa dinaikkan bersama sama pasca pencalonan nanti, bukankah selama ini PKS sering mengatakan bahwa nama besar tidak terlalu penting?

Saya melihat, kebersamaan Gerindra – PKS di Jabar jauh lebih baik dan membawa maslahat ketimbang kebersamaan PKS – Demokrat

Alhamdulillah pak Prabowo sudah komunikasi dengan PKS dan PAN masalah pencalonan pak Sudrajat, ini adalah sinyal positif buat umat dan berita buruk buat kubu Ridwan Kamil

Prabowo juga sudah mengatakan,akan memerintahkan Anies Sandi di DKI untuk turun gunung memenangkan Mayjend Sudrajat di Jabar, rasanya tidak ada yang perlu umat tunggu lagi kecuali ikut mendukung

Dalam pandangan saya berdasarkan kalkulasi semua data politik di Jabar, RK Dan Demiz sama mudhorot nya buat umat karena Demiz sudah mau dan sah jadi kader Demokrat saat ini

Saya yakin pada akhirnya PKS – Gerindra akan kembali semeja di pilgub Jabar, dan ini adalah sebuah kemajuan berpikir, kita menang dua langkah didepan musuh jika hal ini terwujud

Berdasarkan data data pokitik, PDIP dan Demokrat bisa dikatakan sama saja jika kita melihat dari sisi yang lain

Mereka sama sama kebelet berkuasa dengan segala cara, beda nya yang satu santun dan satu lagi agresif

PDIP inisiator perppu ormas, sedangkan Demokrat pura pura menolak, sejatinya satu rumah dan satu kamar, Gerindra dan PKS dalam hal ini sangat jelas jenis kelaminnya

Demokrat juga bisa dikatakan tidak terlalu sepakat mutlak dengan aksi umat 212, setidaknya salah satu elit nya Andi Arief niyiyir untuk peserta reuni 212 kemarin

Pasca muncul nama Sudrajat, saya pikir pilihan yang terbaik didepan mata saat ini sekali lagi secara kalkulasi politik adalah pasangan Sudrajat – Syaikhu

Wallahu alam, semoga saja, lanjutkan kepemimpinan cerdas Aher dengan kepemimpinan kuat Mayjend Sudrajat!

Dan satu lagi rumus baku kita semua, tetap tenggelamkan PDIP dan sekutunya dimana saja…

Rapatkan Barisan.[]

Sumber : UmmatPos.com