OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label SAVE UYGHUR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SAVE UYGHUR. Tampilkan semua postingan

Selasa, 31 Desember 2019

Begini Kejamnya Pemerintah China Terhadap Anak-anak Uighur

Begini Kejamnya Pemerintah China Terhadap Anak-anak Uighur

10Berita– Berbagai isu kekerasan fisik maupun mental yang dialami oleh minoritas Uighur di Xinjiang terus bergulir ke permukaan. Dalam sebuah laporan yang dirilis The New York Times (NYT) pada Sabtu (28/12), hampir setengah juta anak Uighur telah dipisahkan dari orangtuanya.
NYT yang mengutip dari blog salah seorang guru di sekolah Xinjiang menceritakan bagaimana seorang anak kelas 1 yang selalu tampak murung dan kerap menangis. Lambat laun, guru tersebut mengetahui bahwa ibu sang anak telah dikirim ke kamp penahanan untuk etnis minoritas Muslim, sementara ayahnya telah meninggal.
“Ketika saya bertanya-tanya, saya mengetahui bahwa itu karena dia merindukan ibunya,” tulis guru tersebut. Alih-alih memberikan hak asuh kepada kerabat lain, pemerintah China justru menempatkan anak Uighur tersebut di sebuah sekolah asrama yang dikelola oleh pemerintah. Sementara orangtuanya dikirim ke kamp penahanan.

Partai Komunis China mengklaim, kehadiran sekolah tersebut adalah cara untuk memerangi kemiskinan. Sekolah asrama dibuat agar anak-anak lebih mudah belajar jika keluarga mereka bekerja di daerah terpencil atau tidak mampu merawat mereka.



Sumber: Eramuslim

Minggu, 29 Desember 2019

Lewat Manga, Komikus Jepang Soroti Penderitaan Muslim Uighur

Lewat Manga, Komikus Jepang Soroti Penderitaan Muslim Uighur



10Berita TOKYO - Sebuah manga tentang seorang wanita Uighur karya seorang komikus Jepang mendadak viral. Lewat keahliannya, sang komikus ingin meningkatkan kesadaran tentang penderitaan sehari-hari yang dialami oleh sebagiam besar minoritas Muslim China.

Manga berjudul 'What Has Happened to Me' atau 'Apa yang Terjadi pada Saya' telah diterjemahkan ke dalam 10 bahasa, termasuk Mandarin, Uighur, dan Inggris. Manga ini juga telah dibaca lebih dari 330 ribu kali secara online. Sang komikus, Shimizu Tomomi, tampaknya berhasil memanfaatkan isu yang dilihat banyak negara Barat sebagai bukti pelanggaran hak asasi manusia oleh Beijing.

Lewat panel-panel berisi gambar hitam putih, Shimizu menceritakan kisah seorang wanita Uighur yang kini tinggal di Amerika Serikat (AS) Mihrigul Tursun. Tursun mengatakan ia dipukuli serta ditahan di China hanya karena ia adalah seorang etnis Uighur.

“Masalah Uighur telah dikenal luas di kalangan orang-orang yang terjun ke dunia politik. Namun sedikit yang diketahui oleh kalangan masyarakat umum. Kesenjangannya mengejutkan,” tutur Shimizu (50).

"Saya memutuskan menggunakan manga untuk tujuan ini karena saya percaya manga memiliki kekuatan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang-orang dengan cara yang mudah dipahami," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/12/2019).

Shimizu mendasarkan kisah manga-nya pada apa yang dia pelajari dari menonton rekaman video yang direkam dari Tursun.

Dalam komik, Tursun ditahan oleh otoritas China meskipun tidak melakukan kejahatan. Dia dipisahkan dari anak kembar tiganya yang berusia 45 hari dan disiksa dengan tongkat listrik.

Dia dibebaskan bersyarat hanya untuk mengetahui bahwa salah satu dari kembar tiganya meninggal dalam tahanan pemerintah. Kemudian, dia dipenjara lagi, di ruangan yang begitu ramai sehingga tahanan harus bergiliran untuk berbaring.

Setelah penahanan ketiga, dia bertanya mengapa dia harus menghadapi begitu banyak kesulitan. Seorang pejabat mengatakan: "Itu karena Anda Uighur".

"Ada orang yang membutuhkan bantuan sekarang, orang-orang yang mengalami kesulitan setiap hari," kata Shimizu.

Dia mengunggah "Apa yang Terjadi pada Saya" di akun Twitter-nya pada 31 Agustus. Segera, pesan-pesan mulai mengalir "seperti air terjun", dan manga itu telah di-retweet 8.000 kali dalam beberapa jam.

"Tanpa ragu bahwa manga Shimizu telah memainkan peran yang tak ternilai dalam membiarkan dunia mengetahui masalah Uighur," kata Ketua Asosiasi Uighur Jepang Ilham Mahmut.

Lee Da-Ren, seorang warga Taiwan yang tinggal di Jepang, mengajukan diri untuk menerjemahkan karya Shimizu ke dalam bahasa Mandarin.

"Dengan mengambil bentuk manga, ceritanya begitu mudah dibaca, namun begitu tajam," kata Lee.

PBB dan kelompok hak asasi manusia memperkirakan bahwa antara 1 hingga 2 juta orang, sebagian besar dari mereka adalah etnis Muslim Uighur, telah ditahan dalam kondisi yang keras di wilayah Xinjiang di barat laut China.

Beijing menolak tuduhan penganiayaan dan menyangkal penahanan massal, dengan mengatakan pihaknya hanya berusaha untuk mengakhiri ekstremisme dan kekerasan di Xinjiang melalui pendidikan. (Sindonews)

[Video - What has happened to me, A testimony of a Uyghur woman, Author : Shimizu Tomomi]

Sabtu, 28 Desember 2019

Mahathir tegaskan Malaysia tak akan deportasi Muslim Uighur pencari suaka, walau diminta China sekalipun

Mahathir tegaskan Malaysia tak akan deportasi Muslim Uighur pencari suaka, walau diminta China sekalipun


10BeritaPerdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menegaskan jika ada orang Uighur datang ke Malaysia untuk mencari suaka, maka negaranya tak akan mendeportasi mereka, walaupun ada permintaan dari China sekali pun.

Pernyataan tersebut disampaikan Mahatir ketika menjawab pertanyaan dari parlemen Malaysia tentang kekerasan China terhadap muslim Uighur, Jumat (27/12/2019).

“Jika ada orang Uighur yang datang ke Malaysia dan mencari suaka, maka Malaysia tidak akan mendeportasi mereka bahkan jika ada permintaan yang datang dari China," jawab Mahathir, seperti dilansir.

Mahathir mengingatkan penindasan muslim Uighur adalah fakta. Mahatir mengajak masyarakat internasional untuk jujur bahwa banyak dari umat Islam yang saat
ini di bawah tekanan termasuk muslim Uighur.

“Fakta penindasan teradap Muslim di seluruh dunia, termasuk Uighur, harus diakui oleh semua pihak," tutur dia.

Sejak 1949 Beijing menduduki Turkistan Timur yang kemudian diberi nama Xinjiang.

Pada agustus 2018 Komisi Kemanusiaan dari PBB menemukan satu juta muslim ditahan di camp militer.

Berdasarkan laporan resmi ada sekitar 30 juta muslim di China dan 23 juta diantaranya adalah muslim Uighur. Berdasarkan laporan tidak resmi bahkan jumlah muslim di China mencapai 100 juta jiwa atau 9,5% dari total populasi rakyat China.

Pemerintah Indonesia Keliru Kalau Penjelasan Dubes China Soal Uighur Jadi Dasar Ambil Sikap

Pemerintah Indonesia Keliru Kalau Penjelasan Dubes China Soal Uighur Jadi Dasar Ambil Sikap


10BeritaSikap Pemerintah Indonesia yang memilih mengabaikan dan tidak ikut campur atas dugaan pelanggaran HAM dan perlakuan represif yang dialami etnis Uighur di wilayah Xinjiang setelah mendengar penjelasan Duta Besar (Dubes) China sangat disayangkan.


Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, selama ini sangat jarang para Duta Besar termasuk para diplomat mengirim surat terbuka ke Dewan HAM PBB untuk mengkritik catatan hak asasi manusia pada sebuah negara.

Namun, langkah ini harus ditempuh 22 negara, berdasarkan fakta-fakta kredibel—melihat ada persoalan serius yang dialami etnis Uighur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang.

Fahira menilai, langkah Indonesia yang menjadikan penjelasan Dubes China sebagai satu-satunya rujukan dengan mengabaikan fakta-fakta lain atas dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur adalah kebijakan yang sangat keliru.

“Langkah diplomasi meminta penjelasan Dubes China soal Uighur tidak masalah. Namun, menjadikannya sebagai satu-satu rujukan bagi Indonesia untuk bersikap itu sangat keliru. Dubes China pasti mengatakan kebijakan mereka tidak melanggar HAM,” tukas Fahira di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (27/12).

Menurut Fahira, klaim China bahwa kebijakan mereka terhadap etnis Uighur di wilayah Xinjiang untuk menjauhkan orang dari ekstremisme agama, terorisme, dan separatisme tidak serta merta menjadikan masalah tersebut adalah urusan dalam negeri China dan negara lain tidak boleh campur tangan.

Kebijakan sebuah negara di dunia yang diduga menginjak-injak HAM apalagi dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif akan menjadi urusan dunia.

“Kita tidak bisa abai soal fakta kamp-kamp ‘konsentrasi’ yang menahan jutaan Muslim Uighur di Xinjiang. Dugaan penyiksaan, “pencucian otak”, larangan praktik dan atribut Islam, bahkan peraturan asimilasi (pembaharuan budaya) sistematis oleh penguasa China di Uighur semakin terkuak. Tidak mungkin pemimpin di 22 negara ini melakukan protes keras jika mereka tidak mempunyai data yang kredibel. Negara-negara ini menyadari bahwa dunia tidak boleh diam atas apa yang terjadi di Xianjing,” pungkas Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR ini.

Sementara Mahfud mengatakan bahwa pemerintah melakukan diplomasi lunak yang artinya Indonesia tidak mau mengintervensi karena menganggap soal etnis Uighur adalah urusan pemerintah China. Pernyataan ini keluar setelah keduanya (dalam kesempatan yang berbeda) mendapat penjelasan dari Duta Besar China untuk Indonesia untuk Indonesia, Xiao Qian.(rmol)

Seyit Tumturk, Perwakilan Muslim Uighur Ikut Hadir dan Orasi di Aksi Bela Uighur di Kedubes China

Seyit Tumturk, Perwakilan Muslim Uighur Ikut Hadir dan Orasi di Aksi Bela Uighur di Kedubes China


10BeritaRibuan umat Islam menggelar Aksi Bela Uighur di Kedubes China di Jakarta, Jumat, 27 Desember 2019.

Yang spesial adalah kehadiran Seyit Tumturk selaku Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur. Perwakilan muslim Uighur itu turut memberikan orasi saat Aksi Bela Uighur.

Ada beberapa poin-poin tuntutan yang disampaikan dalam demo Aksi Bela Muslim Uighur:

1. Mengecam dan mengutuk keras tindakan zalim Rezim Komunis China terhadap muslim Uighur.


2. Menuntut Pemerintah Komunis China agar menghentikan segala perampasan dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap umat Islam Uighur.



3. Menuntut Pemerintah Komunis China untuk tidak melarang peribadatan umat Islam Uighur serta tidak melarang Al-Qur'an untuk dibaca dan disebarluaskan.


4. Menuntut Pemerintah Komunis China membuka akses kepada penyelidik Independen Internasional.

5. Meminta OKI untuk membentuk tim investigasi dan membawa hasil investigasi pelanggaran HAM tersebut ke International Criminal
Court.

6. Mengecam Pemerintah Indonesia yang berpangku tangan dalam persoalan bangsa Uighur, dan mengutuk keras apabila tidak menjalankan sila kemanusiaan yang adil dan beradab serta menghapuskan penjajahan dan penindasan dari muka bumi karena diamnya pemerintah berarti menentang Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

7. Menyerukan kepada rakyat Indonesia umumnya dan umat Islam khususnya untuk memboikot pembelian/konsumsi dari produsen-distributor-retailer China dan menarik seluruh simpanan dari sistem perbankan milik China dan menghentikan seluruh proyek kerja sama dengan China dalam segala bentuknya.

Dalam aksi ini, massa membawa spanduk-spanduk yang dibawa bertuliskan 'China Stop Genocide Ethnic of Uyghurs!', 'Shame on You China fo Snatching Freedom of Uighur', dan 'Over One Millions Uyghurs Arbitralrily Detained in China, Indonesia Must Speak Up!'.

[Video - Orasi Seyit Tumturk saat Aksi Bela Uighur di Kedubes China]



Seyit Tumturk, Perwakilan Muslim Uighur yg ikut berorasi tadi saat Aksi Bela Uighur



619 people are talking about this

Sumber: konten islam

Selasa, 24 Desember 2019

Di Xinjiang bebas untuk interview? Bercanda kamu!

Di Xinjiang bebas untuk interview? Bercanda kamu!



1. Di Xinjiang bebas untuk interview? Bercanda.

Setiap lokasi ada area khusus untuk interview. Orang yang diinterview pun khusus. Di awasi oleh petugas khusus. Dengan jawaban yang juga khusus.

Konfirmasi saja ke para jurnalis media internasional seperti Reuters, BBC, Aljazeera, dll.

2. Dan apakah foto di atas itu adalah masjid? Ya, dulunya. Namanya masjid Id Kah. Terletak di Kashgar, paling barat Xinjiang.

Kini, menjadi tempat wisata saja. Masuk pun ada tiketnya. Adakah yang sholat di dalamnya? Bercanda.

3. Siapa pun yg ke Xinjiang TANPA difasilitasi, akan merasakan apa yang disampaikan @mehdirhasan, jurnalis Aljazeera, kepada Charles Liu, penasehat kepresidenan China.

Dan, tak bisa dibantah memang. Bahkan terlihat bagaimana Liu gelagapan.

4. Liu sendiri adalah tentunya adalah warga negara bahkan pejabat pemerintahan China. Dia ketika menjawab bahwa seakan-akan tahu detail bahwa di Xinjiang tidak ada apa-apa, padahal nyatanya dia sendiri belum pernah ke sana. Setelah dibombardir data dan fakta, Liu gelagapan dan akhirnya mengaku dirinya belum pernah ke Xinjiang.

5. Laporan bahwa ada apa-apa di Xinjiang itu bukan isapan jempol. Laporan itu muncul dari PBB, Amnesty Internasional, Human Right Watch ditambah lagi banyak jurnalis dan aktivis kemanusiaan. Dan itu adalah fakta.

6. Demikian juga dokumen pemerintah China yg bocor tentang TANPA AMPUN-nya camp konsentrasi yg dirilis New York Times (16/11/2019)

Apa yg mau dibantah lagi?