OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 03 Desember 2017

Tiga Masjid Bersejarah di Tanah Papua

Tiga Masjid Bersejarah di Tanah Papua

10Berita , Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Beberapa pandangan berbeda menjelaskan bagaimana pertama kali Islam masuk dan menyebar di tanah Papua. Syiar Islam di negeri Mutiara Hitam mulanya tersebar di wilayah Papua Barat. Masyarakat di sana meyakini, Islam lebih dahulu tersebar dibandingkan agama lain.

Namun, silang pendapat masih terjadi terkait masalah ini antara raja-raja di Raja Ampat-Sorong, Fakfak, Kaimana, dan Teluk Bintuni-Manokwari. Bukti penyebaran Islam di tanah Papua adalah berdirinya masjid bersejarah. Terdapat tiga masjid bersejarah di sana, di antaranya, disebutkan berikut ini.

Masjid Tua Patimburak
Saksi bisu penyebaran Islam di Kokas, Fakfak, Papua Barat, adalah masjid tua di Kampung Patimburak. Tepatnya, masjid yang masih berfungsi hingga saat ini dibangun oleh seorang alim bernama Abuhari Kilian pada 1870.

Menurut catatan sejarah, masjid dengan konsep sebuah gereja ini merupakan masjid tertua di Fakfak. Selama keberadaannya, masjid ini pernah beberapa kali direnovasi. Namun, bentuk aslinya tetap dipertahankan, seperti empat pilar penyangga yang terdapat di dalam masjid dan lubang bekas peluru tentara Jepang.

Masjid Hidayatullah Saonek
Masjid ini terletak di Jl Hi Rafana, memiliki luas tanah 12.588 meter persegi. Luas bangunan mencapai 1.512 meter persegi. Masjid ini dapat menampung 200 jamaah.

Ciri khas masjid ini adalah terdapat empat tiang kuning penyangga di dalam masjid. Masjid ini memiliki satu kubah besar yang didominasi warna putih dan kubah kecil yang berada di sekitarnya berwarna hijau.

Masjid ini dibangun pada 1505. Ketika itu, Islam disebarkan oleh imam besar Habib Rafana yang kini diabadikan sebagai nama jalan menuju masjid tersebut. Makamnya terletak di atas bukit Pulau Saonek, Raja Ampat. Dia dikuburkan bersama istri-istrinya dan kucing peliharaan kesayangannya.

Masjid Abubakar Sidik
Masjid ini berdiri pada 1524. Memiliki luas tanah 900 meter persegi dan luas bangunan 400 meter persegi. Lebih dari 200 jamaah mampu ditampung di masjid ini.

Masjid yang terletak di Kampung Rumbati, Distrik Furwagi, Fakfak, ini masih memiliki model yang sederhana. Warna biru muda dan putih menghiasi bangunan tersebut.

Terdapat dua tingkat dengan beratap seng. Bangunan di tingkat kedua hanya menutupi setengah bangunan. Luasnya lebih kecil dari bangunan di bawahnya. Masjid ini terletak di pinggir pantai dengan fondasi batu yang cukup tinggi. (Pengolah: Erdy Nasrul).

Sumber : Republika.co.id

Sudah Rela Datang Dengan Biaya Sendiri, Peserta Reuni 212 Masih Galang Dana Untuk Korban Bencana

Sudah Rela Datang Dengan Biaya Sendiri, Peserta Reuni 212 Masih Galang Dana Untuk Korban Bencana


10Berita - Berbagai tudingan miring dialamatkan kaum pesimis kepada Reuni Akbar 212.

Mulai tudingan sebagai aksi politis, aksi bayaran, aksi arogansi unjuk diri kelompok Islam radikal, dan lain-lain. Namun tak satupun tudingan itu terbukti.

Setelah reuni akbar, masih juga ada suara sumbang yang menyebut acara ini tak toleran pada saudara yang swdang mengalami musibah banjir, tanah longsor dan gunung meletus.

Hehehe... Aya aya wae... Alias ada-ada saja.

Kaum muslimin tak perlu diajari toleransi dan kepedulian. Buktinya, tanpa banyak bicara, massa reuni 212 mengumpulkan sumbangan bagi korban bencana alam.

Beberapa laskar FPI dengan seragam putih bersih mereka bersiaga di beberapa titik keluar Monas. Massa antusias memberikan uang mereka.

Tak sedikit massa yang merangsek ke tempat pengumpulan dana tersebut. Sengaja untuk memberikan uang mereka.

"Buat umat," kata seorang pria sambil berlalu.

Reuni 212 yang digelar di Monas ini berlangsung sejak Subuh dan selesai siang ini. Massa datang dari berbagai daerah. Beberapa ulama dan tokoh politik juga datang ke reuni 212.

Berikut video aksi penggalangan dana bagi korban bencana tersebut

Sumber : beritaislam24h.info

Dana Reuni 212, Berapa dan Dari Mana Sumbernya?

Dana Reuni 212, Berapa dan Dari Mana Sumbernya?


10Berita - JAKARTA –Reuni akbar 212 yang digelar Sabtu (2/12/2017) menyisakan tanya. Dari mana datangnya dana untuk menggelar acara sebesar itu?

Terkait hal ini, Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Reuni Alumni 212 Misbahul Anam pun mengungkapkan donatur yang membiayai aksi di Silang Monas itu.

“(Dana) dari semua umat. Sebagaimana 212 tahun lalu, ada yang membawa air botol kemasan, ada roti, dan lain-lain,” ujar Misbahul seperti dikutip dari Liputan 6.

Misbahul juga menyebutkan donatur khusus yang membiayai jalannya aksi reuni akbar itu.

“Ada (donatur khusus). Allah SWT,” kata dia.

Namun, Misbahul menampik adanya donatur dari partai politik. Menurut dia, pihaknya tidak pernah memberikan proposal kepada partai politik tertentu.

“Kami tidak pernah mengeluarkan proposal ke partai politik. Kami semua dana dari umat,” kata dia.

Mengenai nominal dana, Misbahul sempat menyebut angka Rp 4 miliar. Namun, Misbahun tak menyebut secara pasti dana tersebut dari siapa.

“Dana kurang lebih Rp 4 miliar. Itu semua dari umat. Saya tidak tahu persisnya, saya bukan bendahara,” kata dia. []

Sumber : Islampos.com

Foto-Foto Ini Jawab Tuduhan Abu Janda “Sibuk Urus Reuni, Lupa Ada Bencana”

Foto-Foto Ini Jawab Tuduhan Abu Janda “Sibuk Urus Reuni, Lupa Ada Bencana”


PKS tanggap bencana di Pacitan

10Berita - Masih saja ada pihak yang nyinyir melihat persatuan umat dalam Reuni Akbar 212. Di antara tuduhan nyinyir itu dilontarkan oleh Abu Janda Al Boliwudi. Ia menuduh umat Islam sibuk mengurus reuni hingga lupa ada bencana.

Agaknya, Abu Janda tidak mengetahui bahwa di Pacitan dan sejumlah daerah yang sedang terkena bencana, banyak elemen umat Islam yang telah hadir dan memberikan bantuan langsung di lapangan. Baik berupa bantuan tenaga (evakuasi dan lain-lain) maupun bantuan materi (makanan, pakaian, dan lain-lain) serta bantuan medis.

Salah satu elemen umat Islam yang hadir di tengah-tengah bencana adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meskipun banyak kadernya yang ikut Reuni Akbar 212, PKS tidak lupa menerjunkan kader-kader dan relawannya ke daerah bencana.

Seperti diketahui, Presiden PKS Muhammad Shohibul Iman beserta sejumlah pengurus DPP turut hadir dalam Reuni Akbar 212. Kader dari berbagai provinsi juga hadir. Bahkan politisi PKS yang juga Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menjadi salah satu pembicara di panggung Reuni Akbar 212.

Namun, PKS juga menerjunkan kader-kader dan relawannya di daerah bencana. Baik di Pacitan, Jogja, Solo maupun daerah lainnya.




“Yang sudah diterjunkan sejak awal adalah kader-kader dari DPD terdekat. Jika diperlukan, baru DPD yang lebih jauh dikerahkan untuk membantu korban bencana,” kata Ketua Bidang Kepanduan dan Olahraga (BKO) DPD Gresik, yang turut hadir dalam Reuni Akbar 212. Pihaknya saat ini sedang bersiap untuk terjun ke Pacitan.

Berikut ini sebagian foto relawan PKS di daerah bencana, baru-baru ini:

Relawan PKS evakuasi warga di Desa KedungBendo Pacitan

Relawan PKS evakuasi warga di Desa KedungBendo Pacitan


Relawan PKS gunakan perahu untuk bantu evakuasi warga di Pacitan
Relawan PKS bersihkan Masjid di Desa Sirnuboyo Pacitan (FB PKS Jawa Timur)

Relawan PKS bersihkan Masjid di Desa Sirnuboyo Pacitan

PKS di desa Sirnuboyo, Pacitan, Jumat (1/12/2017)

Sumber : Tarbiyah

Bagaimana Berdebat Dengan Para Munafik

Bagaimana Berdebat Dengan Para Munafik

10Berita - Beberapa kali mungkin kita terjebak dalam debat. Kadang malah terlihat tak berujung. Akhirnya malah terjadi saling tuding, saling hina, bahkan tak jarang kata-kata kasar terlontar. Baru saja, sebelum menuliskan catatan singkat ini, saya membaca tulisan seorang saudara di akun twitternya.

Darinya, ada beberapa hal yang perlu disampaikan di sini terkait sikap seorang da’i dalam menghadapi orang-orang munafiq. Allah berfirman,

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. (QS al A’raaf 199)

Mengomentari ayat ini, Sayyid Quthb, dalam Zhilal, berkata, ” Inilah arahan-arahan rabbaniyah di dalam menghadapi kejahiliyahan yang sangat buruk, di dalam menghadapi kemanusiaan yang tersesat. Arahan rabbani menyeru da’i untuk berlapang dada dan toleran. Juga supaya menyampaikan perintah dengan jelas untuk melakukan kebaikan yang sudah dikenal oleh fitrah manusia dengan lapang dengan tidak mempersulit dan tidak memperberat. Juga supaya ia berpaling dari tindak kejahiliyahan, dengan tidak menjatuhkan hukuman pada mereka, tidak mengajaknya/melayaninya berdebat, dan tidak ikut bersama-sama mereka”, ujarnya.

Apabila mereka melampaui batas dan menimbulkan kebencian dengan keras kepala dan menghalang-halangi, dan setan mengembuskan kebencian itu, maka hendaklah seorang da’i memohon perlindungan pada Allah agar hatinya tenang, tenteram, dan bersabar.
Sementara itu, Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, berkata, Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan dia menceritakan sebuah kisah mengenai Umar ketika salah satu tamunya membuatnya marah. Maka al Hur bin Qais berkata padanya, “Yaa amiral mu’minin, sesungguhnya Allah ta’ala berfirman pada nabi, ‘Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah dengan ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang bodoh’.”

Ibnu Jarir berkata bahwa sesungguhnya nabi telah memerintahkan agar dia menyuruh pada yang ma’ruf pada hamba-hambanya. Termasuk dalam yang ma’ruf itu adalah segala ketaatan, dan menyuruh berpaling dari orang-orang yang bodoh…

Mari tetap bersikap dingin menghadapi orang-orang munafiq. Sebab, Allah berkata bahwa memang seperti itulah tabiat mereka. Mereka akan tetap bersikap seperti itu hingga mereka mau mengubah apa yang ada dalam dirinya, yang kemudian berakibat pada turun tangannya Allah dalam mengubah hatinya, dalam mengubah sikapnya.

“Dan jika dikatakan pada mereka, “Marilah (kembali) pada apa yang diturunkan oleh Allah dan kepada rasulnya.” kamu pasti akan melihat orang2 munafiq itu menghalang2i kamu dengan keras”. (QS an Nisaa’ 61)

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada dalam qaum itu, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka”. (QS ar Ra’d 13)

Menghadapi mereka, Allah memerintahkan kita untuk memberikan “qaulan baliigha” pada mereka.

“Mereka itu adalah orang2 yang Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka. Krn itu, berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah pada diri mereka qaulan baliigha (perkataan yang membekas)”. (QS an Nisaa’ 63)

Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan qaulan baliigha itu? Untuk lebih mudahnya, mari kita simak nasihat Syaikh Utsaimin berikut ini. Beliau, dalam ash Shohwatul Islamiyyah, berkata bahwa bashirah, khususnya dalam da’wah itu ada tiga: pertama, bashirah ‘alaa ilmi. Kedua, bashirah ‘alaa mad’u. Ketiga, bashirah ‘alaa da’wah.

Yang pertama, bashirah ‘alaa ilmi. Pengetahuan atau penguasaan atas ilmu. Yang ini jelas merupakan syarat da’wah pertama. Tidak perlu saya jelaskan lagi lebih jauh. Sebab apa lagi yang akan dijelaskan oleh seorang da’i selain ilmu mengenai Islam? Bukankah mereka yang tak memiliki sesuatu tak dapat memberikan sesuatu?

Mengenai hal ini, Syaikh Utsaimin berkata, Sebagian orang menghukumi sebagian perkara yang bukan merupakan kewajiban sebagai perkara yang wajib; dibangun dengan ijtihad yang keliru, ta’wil, dan syubhat yang tiada dasarnya. Apalagi menjadikan hal tersebut sebagai tolok ukur wala’ dan bara’! Apabila ia menjumpai seseorang yang berbeda pendapat dengannya, ia benci dan marah dengannya. Padahal pendapatnya sendiri telah menyelisihi al Kitab dan as Sunnah. Namun, apabila pendapat seseorang sesuai dengan pendapatnya, ia pun mencintainya.

Kedua, bashirah ‘alaa mad’u. Pengetahuan atas objek da’wah. Hal ini dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mengutus Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu untuk berda’wah di Yaman. Saat itu, beliau bersabda, Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum ahli kitab. (Muttafaqun ‘alaih)

Kata-kata ini tentu bukan tanpa maksud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menginginkan kita mengetahui objek da’wah sebelum berda’wah padanya. Kita patut mengetahui tingkat ilmunya, kemampuannya dalam diskusi maupun debat, dan sebagainya, supaya kita kemudian mampu mengambil hatinya dan mengajaknya pada Islam. Asy Syaikh kemudian mengutip sebuah hadis berikut, Sesungguhnya kalian akan saling mengalahkan di hadapanku, dan sebagian kalian lebih cerdas dalam mengemukakan pendapat daripada sebagian yang lain. Maka aku memutuskan perkara berdasarkan apa yang kudengar. Barangsiapa yang mengajukan perkara demi mengambil hak saudaranya, janganlah diambil. Sesungguhnya barangsiapa yang berhenti dari hal itu, terputuslah api neraka baginya. (Muttafaqun ‘alaih)

Ketiga, bashirah ‘alaa da’wah. Pengetahuan atas da’wah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kami diperintah supaya berbicara kepada manusia menurut kadar akal mereka masing-masing”. (HR. Muslim).

Ini penting, sebab tidak semua manusia memiliki standar yang sama dalam menilai perkataan orang lain. Bisa jadi, karena kita membaca al Quran dan mendapati nabi Ibrahim yang merupakan khalilullah itu sampai menyebut ummatnya sesat dengan perkataan yang jelas itu (QS 21:54), lantas kita berbuat hal yang sama.

Perlu kita perhatikan kultur masyarakat yang berkembang. Jelas berbeda kultur masyarakat nabi Ibrahim dengan kultur masyarakat kita, meski model ma’shiyatnya sama saja. Sama-sama kesyirikan yang jadi masalah. Jelas berbeda kultur masyarakat Arab zaman Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan budaya masyarakat Indonesia saat ini. Dahulu, ada sebuah qabilah yang nyaman saja disebut “bani kalb”. Tapi tentu itu tak tepat bila sebutan itu disematkan—dengan alasan apa pun—pada penduduk Indonesia. Dahulu ada sahabat yang lazim dipanggil Abu Hurairah. Tak pas pula rasanya bila panggilan ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kemudian kita sematkan pada tetangga kita yang menyukai kucing.

Untuk itu, Rasul kemudian memerintahkan kita untuk berbicara—dalam rangka berda’wah, tentu—menurut kadar akal objek da’wah. Semata supaya pesan da’wah ini tak tertinggal. Supaya maksud besarnya tak terpotong.

Ada sebuah kekhawatiran dari dalam diri saya melihat da’i yang mengabaikan rambu-rambu ini: akan ada perdebatan-perdebatan tak berkualitas yang secara perlahan tapi pasti akan menurunkan izzah para da’i di mata mad’unya. Akibatnya, belum satu kalimat terlontar dari lisan kita, keengganan mereka sudah muncul terlebih dahulu. Jadilah niat kita untuk berda’wah tak terlaksana.

Syariat ini perlu disampaikan. Salah satu wasilahnya adalah dengan cara beradu argumen (QS 16:125). Berdebat, dengan kata lain. Di sisi lain, kita mudah menjumpai ayat maupun hadis yang berisi anjuran untuk meninggalkan debat. Apalagi bila debat itu mempertanyakan hukum atau syariat Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah kebesaran mereka sekali-sekali tidak akan mencapainya. Maka mintalah perlindungan pada Allah. Sesungguhnya Ia maha mendengar lagi maha melihat. (QS al Mu’min 56)

Namun, sekali lagi, penguasaan kita terhadap medan da’wah diuji di sini, di mana kita harus menempatkan diri kita di posisi pertengahan. Lembut dalam berda’wah memang dianjurkan. Tapi jelas tidak untuk setiap saat dan tempat. Serupa debat Ibrahim ‘alaihissalam muda dengan Namrudz. Atau seperti argumen-argumen Musa ‘alaihissalam di hadapan Fir’aun.

Janganlah kamu mengikuti orang2 yang mendustakan ayat2 Allah. Mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (juga) padamu”. (QS al Qalam 8-9)

Sumber : Eramuslim

 Apresiasi @detikcom yang Memberitakan dengan Benar "Bendera Ar-Rayah", Bukan "Bendera HTI" Seperti @CNNIndonesia

Warganet Apresiasi @detikcom yang Memberitakan dengan Benar "Bendera Ar-Rayah", Bukan "Bendera HTI" Seperti @CNNIndonesia

10Berita ni - Beberapa media kerap keliru dan salah (dan tak mau koreksi kesalahannya, dan terus berulang salah) saat memberitakan terkait bendera yang berisi kalimat Tauhid. Seperti media CNN Indonesia yang memberitakan dan mengaitkan Reuni Akbar 212 dengan HTI. Bahkan setidaknya dua kali pemberitaan.

Bendera HTI Berkibar di Reuni Akbar Alumni 212
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171202061443-20-259610/bendera-hti-berkibar-di-reuni-akbar-alumni-212/

Di Reuni 212, Balon Hitam Putih 'Terbangkan' Bendera HTI https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171202102042-20-259623/di-reuni-212-balon-hitam-putih-terbangkan-bendera-hti/

Tidak seperti CNN Indonesia yang keliru dan salah menyebut bendera Tauhid dengan "Bendera HTI", media online detikcom memberitakan dengan benar bahwa itu adalah "Bendera Ar-Rayah" (istilah atau penamaan yang benar bendera yang berisi kalimat Tauhid).[detikcom]

Massa Bentangkan Bendera Ar-Rayah Besar di Reuni Alumni 212 Jakarta - Hingga saat ini aksi Reuni Alumni 212 di Monas, Jakarta Pusat, masih berlangsung. Massa mengibarkan bendera Ar-Rayah berukuran besar.

Pantauan detikcom, Sabtu (2/12/2017) pukul 08.20 WIB, terlihat bendera Ar-Rayah dibawa massa ke dekat panggung. Bendera warna hitam tersebut dibentangkan di atas kepala massa.
Bendera Ar-Rayah itu kemudian diangkat massa hingga ke depan panggung utama.

Bendera hitam itu biasa disebut sebagai panji hitam Ar-Rayah. Bendera itu bertuliskan kalimat dalam bahasa Arab, berbunyi La Ilaha Illallah Muhammadarasulullah.

Catatan detikcom, bendera ini kerap dibawa massa saat aksi. Termasuk pada saat Aksi 2 Desember atau yang disebut juga Aksi 212, lalu aksi 414.

Link: https://news.detik.com/berita/d-3751830/massa-bentangkan-bendera-ar-rayah-besar-di-reuni-alumni-212

***

Bendera/Panji Ar Rayah adalah bendera yanga da sejak zaman Rasulullah. Bendera/panji berwarna hitam, yang tertulis dengan warna putih kalimah ‘LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH’.

Hadis riwayat Ibnu Abbas di atas menjelaskan hal ini kepada kita. Semasa jihad, ia dibawa oleh ketua setiap unit (samada Division, Batalion, Detachment ataupun lain-lain unit). Dalilnya adalah Nabi Muhammad s.a.w., semasa menjadi panglima perang di Khaibar, bersabda, "Aku benar-benar akan memberikan panji (rayah) ini kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, lalu Rasulullah memberikan panji itu kepada Ali." [HR Bukhari]. Saidina Ali karramallahu wajhah pada masa itu boleh dikatakan bertindak sebagai ketua division ataupun regimen.

Diriwayatkan dari Harits Bin Hassan Al Bakri yang mengatakan, "Kami datang ke Madinah, saat itu dan Nabi Muhammad s.a.w. sedang berada di atas mimbar, sementara itu Bilal berdiri dekat dengan beliau dengan pedang di tangannya. Dan di hadapan Rasulullah terdapat banyak rayah (panji) hitam. Lalu aku bertanya: "Ini panji-panjii apa?" Mereka pun menjawab: "(panji-panji) Amru Bin Ash, yang baru tiba dari peperangan."

Link: https://ms.wikipedia.org/wiki/Bendera_Islam

***

BUKAN BENDERA HTI

Kemendari sendiri sudah menegaskan Bendera Tauhid/Ar-Rayah itu beda dengan Bendera HTI.
Silakan baca pernyataan Kemendari di situs resminya.

Kemendagri Tak Larang Bendera Tauhid, Melainkan Bendera HTI “Yang kami larang itu adalah bendera dengan simbol HTI, bukan bendera tauhid. Keduanya berbeda, kalau bendera HTI ini mencantumkan tulisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di bawah kalimat Laillahaillallah,” kata Soedarmo, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Menurut dia, media (yang menyebut bendera Tauhid dengan menulis "Bendera HTI") menyebarkan informasi yang sifatnya provokatif tanpa melihat dampak yang akan timbul bagi bangsa dan negara ke depannya.

Link: http://www.kemendagri.go.id/news/2017/07/22/kemendagri-tak-larang-bendera-tauhid-melainkan-bendera-hti

***


Add caption

 Agar ke depan tidak ada lagi Media atau siapapun yang salah mengebutkan "Bendera Tauhid/Ar-Rayah" dengan "Bendera HTI"... maka sudah seharusnya Advokat Umat Islam mendatangi media yang masih salah untuk diluruskan agar mengoreksi dan tidak lagi mengulang kesalahan dalam pemberitaannya.

Dan bagi media seperti detikcom yang sudah benar menyebut Ar-Rayah, warganet pun menyampaikan apresiasinya.

"Kita beri apresiasi kepada @detikcom karena telah berhasil menjadi Media Online Mainstream Pertama yang berhasil 100% menulis berita dengan pemahaman yang benar. Bandingkan dgn sebelah," ujar tokoh muda Muhammadiyah, Musthofa Nahrawardaya melalui akun twitternya.

Sumber: Portal Islam

Hamas Peringatkan AS yang Mau Pindahkan Kedutaannya ke Yerusalem

Hamas Peringatkan AS yang Mau Pindahkan Kedutaannya ke Yerusalem

10Berita - GAZA -  Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, telah memperingatkan Amerika Serikat (AS) yang berencana memindahkan kedutaannya ke Yerusalem dan mengakui kota tersebut sebagai ibu kota “Israel”.

“Ini (‘Israel’) akan mewakili serangan (kekerasan) yang dilakukan AS di kota tersebut dan memberikan legitimasi kepada (‘Israel’),” kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (2/12/2017) sebagaimana dilansir Anadolu Agency.

Media AS pada Rabu (29/11) lalu mengatakan bahwa Presiden Donald Trump berencana untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota “Israel”.

Hamas menegaskan, langkah AS tersebut akan memberi perlindungan kepada penjajah “Israel” untuk melanjutkan Judaisasi Yerusalem dan pengusiran orang-orang Palestina dari kota tersbut.

Hamas juga menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam untuk menghentikan keputusan AS itu.

Dalam masa kampanye pemilihan Presiden AS, Trump berjanji untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Yerusalem sendiri tetap menjadi inti konflik Palestina-“Israel” yang abadi, karena orang-orang Palestina akan menjadikan Yerusalem Timur (Al-Quds)  yang dijajah Zionis “Israel” sebagai ibu kota negara masa depan mereka. (MNM/Salam-Online)

Sumber: Anadolu Agency,  Salam Online.

Muslim Nigeria Turun ke Jalan, Sampaikan Solidaritas untuk Palestina, Kashmir dan Rohingya

Muslim Nigeria Turun ke Jalan, Sampaikan Solidaritas untuk Palestina, Kashmir dan Rohingya

10Berita , Lagos – Sedikitnya 2.000 Muslim turun ke jalan-jalan di ibukota Nigeria, Lagos pada Jumat (02/12/2017). Aksi ini dalam rangka menunjukkan solidaritas mereka untuk masyarakat Palestina, Kashmir, dan etnis minoritas Rohingya di Myanmar.

“Orang-orang Palestina dan minoritas Muslim di seluruh dunia telah menghadapi penganiayaan, dan dalam kasus-kasus ekstrem kita melihat pembersihan etnis dan genosida di Myanmar,” kata Waheed Atoyebi, Kepala Muslim Awareness International (MAI).

Acara bertajuk “Demo Solidaritas Al-Aqsha 2017” ini dihadiri oleh para tokoh dan intelektual Muslim terkemuka dan berpengaruh. Mereka meminta masyarakat internasional untuk menanggapi seruan orang-orang yang teraniaya, terutama orang-orang Palestina.

“Kemunafikan dunia sedemikian rupa sehingga referendum diamankan untuk Sudan Selatan untuk melepaskan diri dari Sudan. Namun orang Kashmir telah menunggu dengan sia-sia sebuah referendum untuk menentukan nasib mereka, dengan India menggunakan semua bentuk dalih untuk mencegah dan membatalkan upaya semacam itu, kata Atoyebi.

“Kami telah melihat mereka melakukan lip service terhadap penderitaan orang-orang Muslim Palestina,” imbuhnya.

Atoyebi mengatakan bahwa acara tersebut bertepatan dengan seratus tahun Deklarasi Balfour, di mana Inggris memberikan kaum Yahudi untuk mendirikan negara di bumi Palestina.

Dia juga menyoroti keputusan lembaga akademis di Inggris yang memberikan ruang kepada elemen Zionis untuk memperingati deklarasi yang melukai umat Islam tersebut.

Sementara itu Ismail Busayri, seorang ulama terkemuka, meminta para pemimpin dunia dan PBB untuk mengatasi penderitaan masyarakat yang teraniaya.

Busayri berbicara tentang “Selective Justice; Sejarah, Relevansi, dan Signifikansi Perjuangan Palestina” dalam sebuah khutbah Jumat untuk menggalang dukungan bagi kaum minoritas.

Tajudeen Yusuf, seorang akademisi dari Universitas Lagos, mengatakan bahwa eksistensi orang-orang Palestina luntur karena menghadapi agresi militer. Dia mendesak pihak internasional untuk bertindak mengakhiri penderitaan mereka.

Sumber: World Bulletin
Redaktur: Ibas Fuadi

Sumber : Kiblat.

UBN: Kita Tatap Masa Depan Islam yang Baru di Indonesia 

UBN: Kita Tatap Masa Depan Islam yang Baru di Indonesia

ist.

KH Bachtiar Nasir (tengah) bersama tokoh-tokoh GNPF Ulama pada Reuni Alumni 212 di Lapangan Monas, Jakarta, Sabtu (02/12/2017).

10Berita aq – Ketua GNPF Ulama KH Bachtiar Nasir menyimpulkan, penyebab perpecahan umat yang selama ini terjadi, berakar pada 2 hal.

Yaitu jelasnya jauhnya umat dari al-Qur’an dan adanya pengelompokan-pengelompokan terhadap umat Islam.

Hal itu ia sampaikan dalam tausiyahnya pada acara Reuni Akbar 212, konsolidasi akbar yang didukung berbagai komponen umat Islam, di Lapangan Medan Merdeka Monas, Jakarta, Sabtu (02/12/2017).

Baca: Habib Rizieq: Kuatkan Tekad, Jangan Terpecah Belah


Untuk kasus yang pertama, ustadz yang kerap disapa UBN ini menyindir, masih banyak yang tidak shalat subuh berjamaah dan lebih mendahulukan membaca WhatsApp dibanding al-Qur’an.

Yang kedua adalah masih adanya gesekan dalan internal umat Islam dikarenakan beberapa perbedaan, seperti organisasi, madzhab, dan lain-lain.

“Demi Allah, tidak pernah ada di hati saya bahwa NU, Anshor, dan Banser melarang saya ceramah. Yang ada adalah karena saya yang jarang silaturahim kepada mereka,” tegasnya.

Berikutnya, UBN mengajak agar umat Islam tidak membuka kembali luka sejarah.

“Pernah ada luka sejarah di masa lalu. Masyumi pernah kecewa dengan NU, dan NU kecewa dengan Masyumi. Itu adalah ijtihad para pendahulu kita,” kata UBN.

Baca: Perkuat Ukhuwah, UBN Disambut dan Dikawal GP Ansor-Banser di Cirebon


“Kini kita umat Islam perlu membuat ijtihad baru, yaitu bersatunya semua kekuatan Islam baik yang tradisional maupun modernis di Indonesia. Hilangkan syak wasangka, lupakan luka sejarah. Kita menatap masa depan Islam yang baru di Indonesia,” lanjutnya.

Persatuan perlu terus diupayakan karena ada pihak-pihak yang ingin agar umat terus berseteru.

“Mereka, musuh agama dan negara, tidak peduli kamu ini bajunya putih atau hijau, tidak perduli kamu NU atau Muhammadiyah, mereka tidak perduli bangsa negara ini hancur. Yang mereka mau adalah kita umat berpecah belah, bawa lari kekayaan Indonesia yang luar biasa ini,” pungkasnya.

Baca: “(Dari Monas) Mari Kirimkan Pesan Persatuan pada Dunia”


“Saudara Telah Mengecewakan Kaum Pesimis”

Sementara itu, masih dalam acara Reuni Alumni 212 tersebut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga hadir memberikan sambutannya, Sabtu pagi bakda subuh.

Anies menyebut, areal yang dikenal dengan Lapangan Medan Merdeka ini adalah simbol perjuangan rakyat Indonesia, anak-anak yang dididik untuk jadi pejuang.

Lapangan ini menjadi menjadi simbol dari ratusan ribu pejuang kemerdekaan yang menghibahkan nyawanya untuk tegaknya Republik Indonesia.

Dalam sambutannya Anies pun menegaskan kembali dibukanya Monas untuk kegiatan keagamaan.

“Alhamdulillah Monas kembali dibuka. Bukan hanya untuk upacara, tapi juga untuk kegiatan keagamaan, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain,” ujarnya di depan sekitar 1 juta massa yang memadati lapangan Monas.

Selanjutnya, Anies menyebut, Aksi 212 setahun lalu adalah bentuk optimisme. Anies berharap kedamaian dan ketertiban itu bisa diulangi saat ini.

Anies menilai bahwa Aksi 212 tersebut telah mengecewakan…. Jangan salah sangka dulu. Ini pernyataan awal Anies:

“Saudara-saudara yang saya hormati. Tahun lalu saudara-saudara berkumpul di tempat ini. Tahun lalu saudara-saudara berkumpul dan mengecewakan…,” ujar Anies yang tampil dengan peci hitam, baju koko putih, dan celana gelap.

Baca: Anies Menilai Aksi 212 Mengecewakan Kaum Pesimis


Anies juga mengajak umat Islam terkhusus peserta Reuni Alumni 212 untuk mengirimkan pesan persatuan, kedamaian, dan kebahagiaan kepada dunia.

“Saudara-saudara semua, kali ini (dari Monas, Red) mari kita kirimkan pesan pula bukan hanya pada ibukota, bukan hanya pada Indonesia, tapi pada dunia. Bahwa di ibukota Indonesia, bila berkumpul orang begitu banyak, maka perkumpulannya mengirimkan pesan persatuan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi semua,” seru Anies disambut tepuk tangan dan pekikan takbir para peserta Reuni Alumni 212.* Murtadha Ibawi, SKR

Rep: Admin Hidcom

Editor: Muhammad Abdus Syakur

Sumber : Hidayatullah

Banyak Pihak Sindir Acara Reuni 212, Hidayat: Itu Ujaran Kebencian

Banyak Pihak Sindir Acara Reuni 212, Hidayat: Itu Ujaran Kebencian

10Berita - JAKARTA— Terkait banyaknya pihak yang menyindir Acara reuni 212, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengatakan hal tersebut merupakan salah satu penyebab penyebaran kebencian.

“Banyak juga yang menyebarkan kebencian di 212 dengan macam-macam, misalnya ini dianggap sebagai ‘Reuni, memang sekolahnya di mana? Memang punya ijazah pakai reuni? Pakai alumni’. Ini kan kebencian,” ucap HNW seusai acara Reuni 212 di Monas, seperti dikutip dari Detik Sabtu (2/12/2017) kemarin.

Ia menilai sindiran justru berpotensi memecah belah kesatuan bangsa. Sindiran-sindiran tersebut dinilai tidak membantu memelihara kebinekaan.

“Jadi ini ungkapan-ungkapan yang menurut saya tidak membantu, yang kemudian kita betul-betul kuat ke NKRI, kita betul-betul kuat menghargai Bhinneka Tunggal Ika. Kalau kita NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika jangan kayak begitu dong,” ujarnya.

Dia meminta publik mengingat bahwa Reuni 212 ini bukan acara dadakan yang begitu saja terjadi.

“Ya esensinya ini bukan gerakan yang baru dimulai. Ini gerakan yang sudah terbukti di 212 di tahun lalu,” terang Hidayat.

Dia sangat tak setuju apabila kegiatan ini dikaitkan dengan tindakan ekstremisme dan separatis.

“Tindakan tuntutan separatisme melawan NKRI bukan umat Islam lho dan OPM itu, bukan itu bukan dari 212. Jadi, janganlah kalau kita ingin betul-betul tak ingin menyebarkan kebencian, tidak melakukan hate speech, tidak melakukan hoax,” pinta dia.

“Jangan pula memfitnah mereka-mereka yang melakukan gerakan-gerakan seperti 212 ini,”pungkasnya.

Sumber : Islampos.com