OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 03 Desember 2017

Islam Masuk ke Nusantara Pertama Kali di Barus

Islam Masuk ke Nusantara Pertama Kali di Barus

10Berita , BANDA ACEH – UIN Ar-Raniry Banda Aceh melalui Fakultas Adab dan Humaniora bekerjasama dengan Dinas Syariat Islam Aceh kembali menggelar seminar international masuknya Islam di Nusantara, Selasa (5/12/2017) mendatang di Aula Asrama Haji, Banda Aceh.

Ketua Panitia, Nasruddin AS mengatakan, seminar lanjutan untuk kembali meluruskan sejarah awal masuknya Islam di Nusantara merupakan hasil rekomendasi dari seminar nasional mempertegas sejarah awal Islam di Nusantara yang diselenggarakan beberapa waktu yang lalu.

“Berdasarkan hasil rekomendasi seminar nasional beberapa waktu yang lalu, kita sepakat kembali menggelar seminar international dengan menghadirkan lebih banyak pakar untuk memperjelas titik nol masuknya Islam ke Indonesia”,kata Nasruddin melalui siaran persnya, Sabtu (3/12).

Menurutnya, berdasarkan hasil seminar nasional yang diselenggarakan beberapa waktu yang lalu dengan menghadirkan sejumlah narasumber masing-masing, Prof Dr Azyumardi Azra MA CBE (mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta), Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA (Rektor Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh), dan sejarawan Aceh, Dr Husaini Ibrahim MA, ketiga narasumber sepakat dan menyakini bahwa Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara bukan merupakan titik nol masuknya Islam ke Nusantara.

“Menurut Pak Azyumardi, Pasailah tempat pertama masuknya Islam ke Nusantara. Menurut Pak Rektor Farid Wajdi, Peureulak di Aceh Timurlah titik nol masuknya Islam ke Nusantara. Sedangkan Husaini Ibrahim meyakini berdasarkan penelitiannya terhadap batu-batu nisan Aceh bahwa titik nol masuknya Islam ke Nusantara justru Lamuri di Aceh Besar”,katanya.

Sumber : Republika.co.id

Kiai Didin: Energi Positif 212 Harus Diarahkan ke Dua Hal

Kiai Didin: Energi Positif 212 Harus Diarahkan ke Dua Hal

10Berita , JAKARTA -- Peserta Reuni Akbar 212 yang jumlahnya sangat banyak baru saja mewarnai halaman Monumen Nasional (Monas) di Jakarta pada Sabtu (2/12). Menurut pandangan Cendikiawan Muslim, Prof KH Didin Hafidhuddin MSc, energi dan potensi yang luar biasa tersebut harus diarahkan kepada dua hal.

"Saya menyebutnya ini energi positif yang luar biasa, energi persatuan dan kesatuan yang luar biasa, yang merupakan anugerah dari Allah," kata Kiai Didin kepada Republika.co.id, Ahad (3/12)

Didin mengatakan, energi positif ini mesti diarahkan kepada dua hal. Pertama, diarahkan supaya kaum Muslimin terbiasa melaksanakan sholat berjamaah di masjid-masjid. Sebab, dengan melaksanakan shalat berjamaah, soliditas akan semakin kuat.

Yang kedua, energi positif ini mesti diarahkan ke penguatan muamalah terutama ekonomi. Jadi, ekonomi umat Islam harus kuat. Misalnya menguatkan warung dan toko-toko milik Muslim dengan berbelanja ke warung dan toko mereka.

"Kemudian lembaga-lembaga keuangan syariah supaya kaum Muslimin hanya bertransaksi dengan bank-bank syariah, itu diarahkannya ke sana," ujar Didin

Dia menegaskan, jadi energi positif ini meski dialirkan untuk ibadah dan kegiatan muamalah. Sekarang sudah diarahkan ke sana, sebagai contohnya ada gerakan Subuh berjamaah, 212 Mart dan koperasi syariah. Umat Islam tinggal menguatkan yang ada.

Didin menambahkan, saat ini masyarakat juga perlu keteladanan. Para ulama, tokoh, pimpinan dan pejabat Muslim sangat penting menjadi teladan. Mestinya mereka sholat berjamaah di masjid, transaksi dengan bank syariah dan lain sebagainya. "Jadi hidup beragama bukan sekedar untuk masyarakat, tapi juga untuk kita termasuk para pejabat dan tokoh," ujarnya.

Sumber :Republika.co.id 

MUI: Jangan Suruh Karyawan Muslim Pakai Simbol Natal

MUI: Jangan Suruh Karyawan Muslim Pakai Simbol Natal

10Berita , JAKARTA -- Tahun 2017, kini sudah memasuki masa pengujungnya. Sebentar lagi, perayaan Natal dan pergantian tahun pun akan tiba.

Di setiap Desember, berbagai atribut yang berhubungan dengan penyambutan Natal biasanya mudah ditemukan di sejumlah pusat perbelanjaan di kota-kota Indonesia. Karena itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau kepada pengusaha Kristiani untuk tidak mendorong, mewajibkan, atau menyuruh kaum Muslim yang menjadi karyawan/tenaga kerjanya memakai simbol-simbol maupun atribut-atribut yang terkait dengan Natal.

Sebab, hal itu tidak sesuai dengan keimanan dan keyakinan mereka sebagai Muslim. "Ini penting disampaikan dan diingatkan kembali karena tindakan tersebut jelas-jelas akan menyakiti hati sebagian besar umat Islam," ujar Sekretaris Jenderal MUI Pusat, Anwar Abbas, lewat pesan yang diterima Republika.co.id, Ahad (3/12).

Dia mengatakan, semua warga negara Indonesia sudah seharusnya saling menghormati dan tidak memaksakan hal-hal yang tidak berkenan bagi penganut agama lain. Sikap ini menurutnya perlu dijaga agar hubungan baik antarumat beragama yang sudah terbangun selama ini tidak menjadi rusak.

Yang perlu diingat juga, kata Anwar, konstitusi Republik Indonesia telah menjamin kebebasan bagi tiap-tiap warga negara untuk menjalankan agama masing-masing. Dengan demikian, pemaksaan pemakaian atribut agama tertentu terhadap penganut agama lain tidak hanya menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat, tapi juga melanggar konstitusi.

Karena itu, kata Anwar, MUI meminta pemerintah untuk mengawasi dan memberikan perlindungan kepada umat Islam agar mereka bisa menjalankan syariat agamanya dengan baik. MUI juga mengimbau kepada aparat keamanan untuk menindak siapa pun yang melakukan pemaksaan dan tekanan kepada para karyawannya untuk melakukan dan/atau memakai hal-hal tertentu yang tidak sesuai dengan keyakinan dan ajaran agama yang mereka anut dan percayai.

"Mari kita rawat dan pelihara kerukunan antarumat beragama agar terwujud ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang memang sudah menjadi dambaan kita bersama," ucap Anwar.

Sumber : Republika.co.id

Jangan Lihat Orang Enaknya Saja, Lihat Juga Bagaimana Proses Mendapatkannya

Jangan Lihat Orang Enaknya Saja, Lihat Juga Bagaimana Proses Mendapatkannya


“Wah, enak sekali jadi dokter A  ya, sekali periksa 100 ribu, kalo sehari pasien 50 berarti…, dilayani penuh oleh farmasi, belum kalau ada tindakan, uang mengalir seperti air”

“wah, enak sekali jadi si B, pengusaha sukses, mobilnya banyak, rumah besar, ga perlu pusing mikirin duit lagi, sekarang tinggal ongkang-ongkang kaki, bisnis jalan terus sama anak buah, coba saya jadi dia ya”

Inilah komentar beberapa orang yang mengkin hanya melihat nikmat pada orang tersebut. Berangan-angan bisa seperti mereka. Bisa jadi  merasa iri dan bahkan dengki dengan kenikmatan mereka.

Tetapi ada satu yang mereka lupakan, yaitu mereka tidak melihat bagaimana proses mendapatkan kenikmatan tersebut. Proses mendapatkannya dengan penuh tetes keringat dan air mata, pengorbanan dan perjuangan.

Mereka tidak melihat bagaimana seorang dokter:

Dahulunya mengurung diri selama sebulan untuk belajar agar bisa masuk kedokteran dengan persaingan yang ketat.Sekolah lama 6 tahun, kemudian jika spesialis tambah lagi 4 tahun, hapalan banyak dan pelajaran berat.Ketika menjalani praktek di rumah sakit, bisa tidak tidur semalaman dan paginya harus aktivitas lagi, kecapekan, adrenalin mengalir keras ketika ada pasien gawat.

Mereka tidak melihat bagaimana seorang pengusaha sukses:

Merintis usaha dari nol, membutuhkan kerja keras dan kreativitas serta kerasnya persaingan bisnis.Pernah ditipu, pernah dipermainkan dalam bisnis, bahkan mungkin pernah meminum obat penenang karena stres memikirkan bisnis.Pernah terlilit hutang dan diburu rentenir karena usaha yang jatuh bangun.

Jangan Sering Melihat Kenikmatan Orang Lain dan Lupa Nikmat Sendiri
Janganlah kita sebagaimana orang yang melihat bagaimana kemegahan Qarun dan ingin menjadi seperti Qarun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ ۖ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita ini mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. (QS. al-Qashash: 79)

Inilah perkataan orang-orang yang cenderung terhadap dunia saja. Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

فلما رآه من يريد الحياة الدنيا ويميل إلى زخرفها وزينتها، تمنوا أن لو كان لهم مثل الذي أعطي

“Tatkala (qorun) dilihat oleh mereka yang menginginkan kehidupan dunia dan cenderung kepada gemerlap dan perhiasannya, maka mereka berangan-angan seandainya mereka sebagaimana Qarun diberi (kenikmatan).”

Dan kita diperintahkan agar jangan terlalu silau dan terpana dengan kenikmatan orang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Rabb-mu adalah lebih baik dan lebih kekal.“ (QS. Thaha: 131)

Melihat kenikmatan orang lain dan membanding-bandingkan dengan kita hanyalah membawa kesedihan dan menambah duka saja. Al-Baghawi rahimahullah berkata,

قال أبي بن كعب: من لم يعتز بعز الله تقطعت نفسه حسرات، ومن يتبع بصره فيما في أيدي الناس طال حزنه

“Berkata ‘Ubay bin Ka’ab: ‘ Barangsiapa yang tidak merasa mulia dengan kemulian dari Allah akan memutuskan dirinya sendiri dalam kerugian. Barangsiapa yang mengikuti pandangannya terhadap apa yang ada di tangan manusia, maka akan semakin bertambah kesedihannya.”

Belum Tentu Mereka Bahagia Dengan Kenikmatan Mereka
Kita hanya melihat mereka bahagia saja dengan keadaan mereka. Bisa jadi ternyata mereka tidak bahagia dengan keadaan mereka sekarang. Ambil contohnya para artis yang sudah memiliki segalanya dalam kehidupan dunia, paras aduhai, harta dan ketenaran tetapi kehidupan mereka tidak tenang, kawin-cerai dan  sering berurusan dengan hukum.

Atau kita ambil contoh seorang dokter:

Uang memang banyak, tetapi waktu sedikit, jarang bertemu dengan keluarga, pagi sudah praktek, visit pasien, operasi, malam praktek hingga tengah malam, belum lagi ada panggilan darurat atau telpon tengah malam karena darurat. Sehingga ada juga yang rumah tangganya terbengkalai.

Atau contoh pengusaha sukses:

Ternyata ia tidak tenang karena kerasnya persaiangan bisnis, pagi hari hari sudah pusing dengan bisini, makan tidak enak karena ada uang yang dipinjam tetapi belum kembali, tidur tidak nyenyak karena omset berkurang dan lain-lain.

Maka janganlan kita hanya melihat enaknya saja dan nikmatnya saja pada orang lain. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِّأَنفُسِهِمْ ۚ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ

“Maka janganlah harta benda & anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS. at-Taubah: 55)

Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu berkata,

إنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّـنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَ مَن لاَ يُحِبُّ وَلاَ يُعْطِي الإيْمَانِ إلاَّ مَنْ يُحِبُّ فَإذَا أحَبَّ اللهُ عَبْداً أعْطَاه ُ الإيْمَانٍِ

“Sesungguhnya Allah memberi dunia kepada orang yang disenangi dan orang yang tidak disukai. Tidaklah memberikan karunia iman, kecuali kepada orang yand dicintai-Nya. Apabila Allah mencintai seorang hamba, niscaya Allah memberinya karunia iman.”

Bisa jadi juga mereka adalah orang yang menjadi budak dunia saja, siang-malam hanya mencari harta dan dunia saja. Tetapi lupa dan masa bodoh akan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang dzahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka mengenai (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Ar-Rum: 7)

Selalu Lihat yang Dibawah Kita Dalam Urusan Dunia
Inilah yang membuat kita senantiasa selalu qanaah dan menerima apa adanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم

Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau lihat orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه

Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) , maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.”

Ajak Berlomba-lomba Dengan Akhirat
Terkadang hati dan iman kita sedang lemah, kita bisa jadi timbul rasa iri, mereka bisa segera meraih kenikmatan dunia, sedangkan kita terkadang sibuk denganmenuntut ilmu dan dakwah sehingga dunia tidak banyak kita dapat. Maka kita ajaklah mereka berlomba-lomba dengan akhirat misalnya:

Ketika mendengar teman sudah bisa punya rumah dengan membayar KPR maka kita katakan, kita juga sedang membangun rumah disurga dengan memakmurkan masjid dan amalan lainnya.Ketika mendengar anak tetangga lancar les bahasa inggris, maka kita katakan, anak kita sudah lancar bahasa Arab.Ketika mendengar teman sudah kuliah S2 atau S3 di Amerika dan Eropa maka kita katakan, saya sudah menghapal sekian juz Al-Quran dan berpuluh-puluh hadits.

Al Hasan Al Bashri mengatakan,

إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة

Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.

Wahib bin Al Warid mengatakan,

إن استطعت أن لا يسبقك إلى الله أحد فافعل

Jika kamu mampu untuk mengungguli seseorang dalam perlombaan menggapai ridha Allah, lakukanlah.

Sebagian ulama mengatakan,

لو أن رجلا سمع بأحد أطوع لله منه كان ينبغي له أن يحزنه ذلك

Seandainya seseorang mendengar ada orang lain yang lebih taat pada Allah dari dirinya, sudah selayaknya dia sedih karena dia telah diungguli dalam perkara ketaatan.

Bersyukur Dengan Tiga Hal Ini dan Qanaah
Tiga hal itu adalah kesehatan, makanan yang cukup dan tempat tinggal (walaupun ngontrak). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من أصبح منكم آمنا في سربه معافى في جسده عنده قوت يومه فكأنما حيزت له الدنيا

Barangsiapa di antara kalian merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan badan, dan diberi makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah memiliki dunia seluruhnya.

Dan sumber kabahagiaan dan kekayaan adalah qanaah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.”

Sumber: muslimafiyah.com


Reuni Akbar 212 Punya Potensi Besar Bangun Ekonomi Umat

Reuni Akbar 212 Punya Potensi Besar Bangun Ekonomi Umat

10Berita , JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat al-Irsyad al-Islamiyah KH Abdullah Djaidi menyatakan apresiasinya atas Reuni Akbar 212 yang digelar di Jakarta, Sabtu (2/12). Menurut dia, kegiatan tersebut dapat menjadi bukti kuatnya motivasi kaum Muslim di Tanah Air untuk bersatu.

"Reuni akbar itu menunjukkan semangat ukhuwah dan persatuan umat Islam Indonesia," ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (3/12).

Dia menuturkan, jika dilihat kembali ke belakang, reuni akbar yang digelar kemarin memiliki hubungan erat dengan Aksi 212 yang diadakan oleh umat Islam Indonesia pada tahun lalu. Ketika itu, jutaan kaum Muslim dari berbagai penjuru Tanah Air sengaja turun ke jalan-jalan di Ibu Kota. Tujuan mereka adalah untuk menyampaikan protesnya terkait kasus penodaan agama yang dilakukan mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama (Ahok).

Kini, kata Abdullah, kasus itu sudah selesai. Akan tetapi, semangat dan kepedulian umat Islam untuk mengingatkan penguasa di negeri ini tidak pernah padam. Itu dibuktikan dengan banyaknya massa yang hadir dalam Reuni Akbar 212, kemarin. Oleh karenanya, dia menilai kegiatan reuni tersebut sekaligus menunjukkan besarnya kekuatan umat Islam sebagai salah satu entitas di negeri ini.

Kendati demikian, Abdullah mengingatkan agar motivasi persatuan umat yang terbangun lewat gerakan Reuni Akbar 212 jangan hanya terpaku pada masalah-masalah yang bersifat kekuasaan semata. Menurut dia, masih banyak persoalan lainnya yang membutuhkan kesadaran dan perhatian besar dari kaum Muslim Indonesia. Di antaranya adalah persoalan ekonomi dan sosial kemasyarakatan umat Islam yang saat ini menurutnya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kelompok-kelompok lainnya.

"Kekuatan besar yang terbentuk lewat Reuni Akbar 212 bisa menjadi modal membangun perekonomian umat secara kolektif kolegial. Jadi, jika para aktivis 212 mau bergerak memajukan ekonomi umat di daerahnya masing-masing, tentu potensinya akan sangat luar biasa," ujar Abdullah.

Dia mengatakan, orang-orang di luar Islam hari ini telah berhasil membangun kekuatan ekonomi mereka untuk jangka panjang. Sementara, orang-orang Islam selama ini cenderung hanya jadi objek ekonomi mereka. Karenanya, dibutuhkan kesadaran dan usaha yang sungguh-sungguh di kalangan kaum Muslim untuk membangun kekuatan ekonomi umat yang mandiri.

Tentu saja, kata Abdullah, untuk membangun kekuatan ekonomi umat itu tidak bisa dilakukan secara orang per orang, melainkan harus kolektif kolegial. "Nah, saya melihat gerakan Reuni Akbar 212 punya potensi untuk memelopori pembangunan ekonomi umat tersebut. Jadi reuni jangan sekadar reuni," ucapnya.

Sumber : Republika.co.id

Shalat yang Khusyuk dan Fungsional

Shalat yang Khusyuk dan Fungsional

 


Muslim man prays in mosque

Penulis: Suryana Sudrajat, MA. Kolumnis dan penulis buku. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer. Dosen FISIP Unsera.

10Berita Syahdan, seorang ulama salaf, Hatim Al-Asham, pernah ditanya bagaimana cara dia menunaikan shalat. Hatim pun menjawab: “Saya bertakbir dengan merenungkan hakikatnya, saya membaca ayat Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh dan tartil, saya rukuk dengan khusyuk, saya sujud dengan merasa rendah, saya merasa surga ada di sebelah kanan saya dan neraka di kiri saya, titian berada di bawah kaki saya, Ka’bah berada di kedua kening saya, Malaikat Maut berada di atas kepala saya, dosa-dosa saya sedang meliputi saya, pandangan Allah sedang mengarah kepada saya, saya anggap shalat saya ini sebagai shalat yang terakhir dalam hidup saya, dan saya sertai dengan keikhlasan semampu saya, kemudian saya megucapkan salam.

Saya tidak tahu apakah Allah menerima shalat saya ataukah Dia justru berkata, “Lemparkanlah shalat itu ke wajah orang yang melakukannya itu.”

Itulah gambaran bagaimana orang bersembahyang secara khusyuk. Bukan perkara yang mudah. Sebab, ketika sedang melaksanakan shalat hati dan pikiran kita terkadang, bahkan sering, melayang ke mana-mana, ke hal-hal selain urusan shalat. Hal ini karena menjelang takbiratul ihram, pikiran kita sudah disibukkan dengan hasrat, cita-cita dan urusan keduniawian, sementara hati kita pun dipenuhi hal-hal yang melupakan kesadaran bahwa kita sedang akan menghadapkan wajah, memasrahkan hidup dan mati kita kepada Sang Mahapencipta.

Tidak syak lagi, suasana hati dan pikiran semcam itulah yang membuat shalat menjadi tidak khusyuk. Padahal, khusyuk merupakan ruh dari shalat, yang jika hal itu dicapai, maka beruntunglah mukmin yang mengerjakannya. (Q.S. 23: 1-2). Memang hati dan pikiran yang menerawang itu tidak sendirinya membatalkan shalat.

Khusyuk adalah menghadirkan hati sepenuhnya di dalam shalat. Kita merasa bahwa Allah sedang mengawasi kita. Sejak mulai dengan membaca takbir, kita sudah merasakan akan keagungan-Nya. Ketika kita sedang membaca atau mendengar ayat-ayat Al-Qur’an, kita perhatikan dan kita resapi makna-makna ayat-ayat itu. Kita juga renungkan dzikir dan doa yang kita ucapkan. Makna dzikir dan ayat-ayat yang kita baca itu dihadirkan dan direnungkan di dalam hati.

Dengan begitu kita merasa sedang berada di hadapan Allah, atau menghadap Allah. Khusyuk juga tercermin dalam gerakan. Jika dalam shalat kita banyak melakukan gerakan tertentu, seakan kita tidak sedang melakukan shalat, seperti menggaruk-garuk badan, melihat jam tangan, menengok ke kanan atau ke kiri, membetulkan sorban atau ikat kepalnya, dan sebagainya.

Tidak mudah untuk melaksanakan shalat secara khusyuk, memang. Oleh karena itu, sebagai langkah awal, kita harus melakukan shalat di tempat yang mudah menimbulkan suasana kekhusyukan, di mana kita bisa merenungkan makna ayat-ayat dan lafal-lafal yang kita ucapkannya, serta mengkonsentrasikan pikiran kita seoptimal mungkin hanya kepada shalat.

Hal lain yang perlu menjadi catatan adalah, bahwa shalat kita akan menjadi fungsional atau bermakna jika ibadah yang kita jalankan itu tidak mampu mencegah diri kita dari perbuatan keji dan mungkar. Allah berfirman, “Innash-shalata tanha ‘anil fakhsyaa’i wal-munkar (sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.”(Q.S. 29:45). Inilah tujuan shalat yang sesungguhnya. Jadi, shalat yang berhasil bukan hanya jika dilaksanakan secara khusyuk, namun juga harus dilihat pada perilaku sehari-hari orang yang melaksanakan kewajiban yang lima waktu itu.

Shalat kita menjadi muspra jika dalam mengerjakan urusan dunia kita berdusta, berlaku tidak jujur, merampas hak orang lain, menyogok dan menerima sogok, merugikan dan menyakitkan orang, melakukan perbuatan-perbuatan tidak senonoh, dan seterusnya.

Sumber penulis1. Abul Qasim Al-Qusyairi, Risalah al-Qusyairiyah, Mesir: Musthafa al-Babi al-Haabi, 1379 H/1959 M; 2. Abul Ala Mauduudi,Fundamentals of Islam, Lahore, Pakistan; islamicpublications Limited, 1975.

Sumber : Jurnal Islam

Qatar Sebut Kekacauan di Timur Tengah Akibat Permainan Kekuasaan Arab Saudi

Qatar Sebut Kekacauan di Timur Tengah Akibat Permainan Kekuasaan Arab Saudi



10BeritaSebuah “permainan kekuatan” di Timur Tengah dan Mediterania telah menghasilkan serangkaian perang proxy yang telah mengakar di kawasan ini. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.

Berbicara di Forum Dialog Mediterania di Roma pada hari Sabtu, (2/12) Sheikh Mohammed Al Thani menyalahkan perang di Yaman, Libya dan Irak mengenai “kekacauan regional, yang terutama didorong oleh permainan kekuasaan” yang dimainkan di negara-negara seperti Arab Saudi.

“Keadaan polarisasi ini didorong oleh para pemimpin yang menggunakan stabilitas sebagai pembenaran dan hambatan terhadap perubahan,” ungkap Sheikh Mohammed Al Thani seperti dilansir dari Al Jazeera, Ahad, (3/12/17).

“Perubahan yang bertahan bisa berarti orang mulai kehilangan harapan, mengubah kawasan ini menjadi tempat berkembang biak terorisme, kemudian bisa meluas dari wilayah ini ke Eropa atau tempat lain di dunia ini.”

Sheikh Mohammed Al Thani mengatakan adanya peningkatan kepemimpinan regional “impulsif dan petualang”, bersamaan dengan kurangnya mekanisme formal untuk negara-negara kecil untuk mengajukan keluhan terhadap negara-negara yang lebih besar, berada di jantung permainan.

“Untuk menghentikan kekacauan ini agar mereka tidak melanjutkan permainan dan petualangan mereka. Kita perlu sebuah dialog yang diikuti semua negara terkait keamanan regional. Ini juga memerlukan peningkatan dan pembangunan pada kesepakatan politik, keamanan dan ekonomi, yang tidak akan pernah terganggu oleh perselisihan politik.” ungkap Sheikh Mohammed Al Thani.

“Semua pihak yang terlibat harus mencapai tingkat pemahaman dan panduan prinsip keamanan yang setiap orang harus patuhi daripada meminta negara-negara yang lebih besar untuk menggertak yang lebih kecil,” tambahnya.

Sheikh Mohammed Al Thani juga mengatakan perlunya untuk melakukan dialog terbuka dengan Iran, saingan regional Saudi, mencatat bahwa dengan semua perbatasan Qatar lainnya ditutup oleh negara-negara yang memblokade, hubungan dengan Iran diperlukan “untuk memenuhi kebutuhan rakyat Qatar”. (DH/MTD)

Sumber : Al Jazirah,  Moslem Today 


Agnes Marcellina: Bangga Ikut Reuni 212

Agnes Marcellina: Bangga Ikut Reuni 212

10Berita – Reuni 212 diselenggarakan hari Sabtu 2 Desember 2017 juga memperingati perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW mengumpulkan begitu banyak orang dan para ulama dari seluruh Nusantara.

Saya bersama Lieus Sungkharisma dan kawan kawan berjalan kaki mulai dari Jl. Juanda menuju ke Monas. Untuk mencapai tempat tersebut tidak bisa menggunakan mobil karena jalan-jalan sudah ditutup mulai dari perempatan Harmoni bahkan sekeliling Istana, dikelilingi dengan pagar kawat berduri dan pasukan polisi yang begitu banyak.

Kesan saya adalah kok lebay banget ya. Padahal kita tidak sedang menghadapi perang, yang dihadapi oleh Istana sebagai simbol kekuasaan negara adalah rakyatnya sendiri. Umat Islam yang ingin berkumpul bersama dalam sebuah rangkaian acara sholat subuh, tausiah dari pada ulama dan silaturahmi diantara umat Islam sendiri untuk mempererat tali persaudaraan. Bahkan kami yang kafir pun ikut bergabung. Ini menunjukkan bahwa walaupun berbeda agama, berbeda suku, kita adalah bersaudara, sebangsa dan setanah air, tanah air Indonesia.


Tokoh-tokoh berkumpul mulai dari Amien Rais, Hidayat Nur Wahid, Sohibul Iman, Ustad Bahtiar Nasir, Ustad Felix Siaw, Fadli Zon, Fahri Hamzah sampai ke Ahmad Dani pun ikut hadir. Gubernur DKI Jakarta , Anies Baswedan juga memberikan sambutan. Sayangnya, pimpinan tertinggi negeri ini Presiden Jokowi tidak hadir. Beliau memilih untuk berada di Bogor.

Padahal mayoritas orang Indonesia beragama Islam dan jika Jokowi mau menyapa umat Islam yang datang dari berbagai penjuru daerah , tentu akan menjadi sebuah momentum yang menyiratkan bahwa Jokowi perduli terhadap rakyatnya. Biasanya beliau mendatangi rakyat dan selalu ada saja ceritanya di media, tapi saat rakyat dari daerah singgah ke Jakarta, kok malah memilih untuk berada di tempat lain?

Semoga saja tidak ada niatan untuk memilih milih rakyat mana yang ingin ditemuinya.

Akhirnya saya, Lieus dan kawan-kawan sampai juga ke panggung dengan dikawal oleh laskar FPI yang kebetulan melihat kami yang tidak mungkin lagi bergerak karena begitu banyaknya orang yang memadati Monas. Kami disambut dengan sangat baik ditengah jutaan umat Islam, diperkenalkan bahwa saya adalah seorang Katolik dan diminta berdiri. Ya, saya seorang Katolik, kafir dan Tionghoa berada bersama umat Islam dalam sebuah perayaan yang sangat menyentuh hati karena semua orang hadir di tempat itu bukan karena uang apalagi nasi bungkus tetapi karena kesadaran akan panggilan keagamaan dan bela negara yang saat ini diguncang dengan berbagai kegaduhan yang berpotensi untuk memecah belah bangsa.

Saya, Agnes Marcellina, bangga bisa hadir di Monas tadi pagi….dan ternyata umat Islam sangat toleran…

Salam Indonesia Raya. (kl/tsc)


Sumber : Eramuslim

Terkait Acara Reuni 212, Panitia: Tak Ada Sedikitpun Dana dari Parpol

Terkait Acara Reuni 212, Panitia: Tak Ada Sedikitpun Dana dari Parpol

10Berita - JAKARTA— Terkait pelaksaan Acara Reuni 212, Pihak panitia menegaskan untuk pendanaan acara Reuni akbar 212 tak ada sedikitpun dana yang masuk dari Parpol.

didepan Puluhan ribu peserta Reuni Akbar 212, Ketua Panitia Pelaksana Reuni 212, Misbahul Anam menegaskan sampai detik ini tak ada secuil pun dana Partai Politik, dan dapat dipastikan acara reuni tersebut tidak ditunggangi kepentingan politik.

“Kami dari panitia menyatakan acara ini biayanya milyaran rupiah. Uangnya dari umat Islam, dari para alumni 212. Saya tegaskan tidak ada uang sedikit pun dari Parpol,” tegas Misbahul Anam, seperti dikutip dari Republika, pada hari Sabtu (2/12/2017) kemarin.

Pihaknya akan sangat rugi jika acara reuni tersebut ditunggangi oleh kepentingan politik. Karena dipastikan hal itu dapat mencoreng Umat Islam yang turut berpartisipasi dalam acara tersebut.

“Kalau ada yang bilang dana dari partai dan acaranya ditunggangi parpol, itu fitnah yang kejam,” tambahnya.

Pada acara reuni 212 tersebut mencanangkan Gerakan Indonesia Shalat Subuh (GISS). Deklarasi gerakan tersebut dipimpin langsung oleh Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khaththath. Menurutnya Gerakan ini bertujuan untuk memenuhi masjid dan mushala pada shalat subuh seperti penuhnya shalat jumat.[]

Sumber : Islampos.com

Sindiran Telak Sudjiwo Tedjo kepada Tokoh yang Melarang Umat Islam Ikut Reuni 212

Sindiran Telak Sudjiwo Tedjo kepada Tokoh yang Melarang Umat Islam Ikut Reuni 212



10Berita - Membludaknya jutaan umat Islam yang mengikuti Reuni 212 di Monas, Jakarta, 2 Desember 2017 mendapat tanggapan dari Sudjiwo Tedjo. Budayawan nyentrik itu menyindir larangan yang disampaikan beberapa tokoh agar umat tak ikut serta.

Dalam akun twitternya @sudjiwotedjo, dia menulis sindirannya itu.

Pelajaran dari #ReuniAkbarAlumni212 , tokoh2 ndak usah minta masyarakat utk ndak ikut apalagi sampai ngelarang2. Bila ternyata manusia tetap membeludak, pamor mereka dan lembaganya akan terus merosot. Mending bilang, "yg mau ikut monggo, asal jgn langgar konstitusi."


Cuitan Sudjiwo Tedjo sudah di retweet sebanyak 1.992 kali dan disukai 2.019 warganet.

Sindiran Mbah Tedjo, panggilan akrabnya, juga mendapat respons dari pengikutnya.



@Dodysetyaji07: ini karena masalah pemimpin yang di Nabikan

@sukardi431:...itulah min kelakuan yg pekok itu kalau pegang kekuasaan arahan dan perintahnya sering kenthir dan kalau dipatuhi malah membuat para kenthir makin banyak...

@BenRinowo: Kata paling Bijak mbah.. #ReuniAkbarAlumni212

@youl_af: Tapi Sayang pamor mereka sdh tergerus krn reuni alumni 212 meluap melimpah tak tertahan dgn larangan

@1_d4nny: Cerdas...mbah, memang lain kalau yang berbicara dengan IQ tinggi, bukan IQ biasa emang mbha nih...

Sumber: Wajada