OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 04 Desember 2017

Apakah Umat Islam Masih Perlu Berpolitik?

Apakah Umat Islam Masih Perlu Berpolitik?

10Berita - REALITAS praktisi politik dewasa ini –baik muslim ataupun bukan- yang terlihat buruk di publik, kerap kali membuat sebagian umat Islam alergi dengan politik. Memang tidak bisa dipungkiri, kebanyakan politikus dalam meraih kekuasaan terkadang cendrung menghalalkan segala cara. Sewaktu belum mendapat kekuasaan janji manis diumbar, ketika sudah menjadi penguasa ucapannya menjadi hambar, bahkan banyak yang terjerat kasus korupsi.

Namun, sebenarnya yang menjadi persoalan mendasar, politik atau oknum politiknya? Bila oknum politik yang bermasalah, kenapa mesti alergi politik? Kalau umat Islam tidak peduli politik, lantas siapa yang akan memegang kendalinya?

Jika mau berkaca pada sejarah Nabi Muhammad SAW, umat Islam seharusnya tidak alergi politik. Sebagai catatan penting misalnya, bandingkan dakwah nabi antara di Makkah dan Madinah. Selama 13 tahun di Makkah, umat Islam sama sekali tidak berkuasa dan tidak ada peluang untuk itu karena semua kendali kekuasaan berada di tangan orang kafir Qurays.

Sejauh yang bisa dilakukan oleh nabi dan umat Islam pada masa ini adalah dakwah secara verbal (baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi), sembari tetap sabar dan tidak reaktif. Namun perhatikan apa yang dilakukan orang kafir Qurays dengan kekuasaannya? Ruang nabi dipersempit, dakwah dihalang-halangi, sahabat yang lemah disiksa, Islam didiskreditkan, bahkan menjelang hijrah ada upaya untuk membunuh nabi.

Bandingkan dengan kondisi nabi dan para sahabat saat di Madinah. Meski hanya 10 tahun, tapi mereka memiliki kekuasaan. Adanya piagam Madinah, ekspedisi jihad yang terus bergulir hampir 3 bulan sekali, umrah qadha, korespondensi dengan penguasa internasional pada tahun ketujuh, , delegasi yang dikirim kepada nabi untuk masuk Islam atau perjanjian damai, bahkan jumlah umat Islam yang meledak pada Fath Makkah (Pembebasan Makkah) adalah bukti konkret bagaimana politik, kekuasaan yang dijalankan dengan benar memiliki dampak besar dalam menciptakan perubahan.

Baca: Syamsuddin Arif: Politik Islam berbeda dengan Islam Politik


Kenyataan tersebut diungkap bukan berarti mengecilkan peran dakwah secara verbal, atau jalur lain selain kekuasaan. Ini diangkat karena betapa ruginya umat Islam bila sampai alergi dengan politik, kekuasaan. Dalam suatu riwayat  disebutkan:

السلطان ظل الله في أرضه

“Kekuasaan adalah bayang-bayang Allah di bumi.” (Ibnu Atsir, Usud al-Ghâbah, 929) Bahkan, Dzun Nurain, Utsman bin ‘Affan RA pernah berujar:

إن اللّه ليزع بالسلطان ما لا يزع بالقرآن

“Sesungguhnya Allah mencegah dengan kekuasaan apa yang tidak bisa dicegah dengan al-Qur`an.” (Ibnu Katsir, Qashah al-Anbiyâ, 265). Bisa jadi, orang sering mendengar al-Qur`an, mengakui kebenaran nilainya, menganggapnya agung, tapi ia tetap menjalankan kemaksiatan dan kemungkaran. Lain halnya dengan penguasa yang membuat undang-undang untuk melarang kemaksiatan dan kemungkaran, pasti jauh lebih langsung terasa efek jeranya.

Tak berlebihan ketika Imam Malik berkata:

لو أن ليّ دعوةً مستجابةً ، لادَّخرتها لأُولي الأمر

“Sekiranya aku memiliki doa mustajab (dikabulkan), maka sungguh akan aku simpan untuk penguasa.” Sebab beliau menyadari betul betapa besar peran penguasa dengan kekuasaannya dalam menciptakan perubahan besar.

Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Qashas al-Anbiyâ (II/265) dalam konteks Daud melawan jalut, ketika menyebut ayat 251 dari Surah al-Baqarah:

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ

“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini,” beliau menafsirkan:

لَوْلَا إِقَامَةُ الْمُلُوكِ حُكَّامًا عَلَى النَّاسِ لَأَكَلَ قَوِيُّ النَّاسِ ضَعِيفَهُمْ

“Seandainya tidak ada kekuasaan yang ditegakkan oleh para penguasa terhadap manusia, maka orang yang kuat akan menghabisi orang yang lemah.”

Dalam Sirah Nabawiyah juga bisa diambil dua contoh. Pertama, Sa’ad bin Mu’adz yang merupakan Kepala Suku Aus ini, setelah masuk Islam berkat dakwah Mush’ab bin Umair, dengan kekuasaan yang dimiliki, mampu mengislamkan 99 % sukunya. Uniknya, mereka tidak merasa terpaksa melakukannya. Kedua, Tsumamah bin Utsal, pernah dengan leluasa berumrah di Makkah, padahal pada waktu itu orang kafir Quraiys yang mengendalikan Makkah. Apa sebab mereka tak berani mengusir atau menyakiti Tsumamah bin Utsal?

Tsumamah tak disakiti karena merupakan penguasa Yamamah. Jika orang Quraiys nekat mengusiknya, sama saja akan mengobarkan api peperangan. Di sisi lain, mereka juga sangat tergantung pada ekspor gandum dari daerah Tsumamah. Jelas saja mereka takut diembargo secara ekonomi. Ternyata benar. Ketika orang-oranga Qurays diembargo Tsumamah, mereka kelabakan, kalang-kabut, terjadi kelaparan besar-besaran di Makkah sehingga pembesar Makkah sampah mengutus delegasi kepada nabi untuk membujuk Tsumamah untuk mengatasi krisis pangan.

Baca: Yusril Ajak Umat Islam Sadar dan Berperan Dalam Politik


Kasus penutupan Alexis baru-baru ini juga sebagai bukti. Bagaimana dengan kekuasaannya mampu menutup tempat maksiat ini dengan tempo yang cepat. Beberapa tahun yang lalu pun Dolly bisa ditutup oleh Risma, juga melalui jalur kekuasaan. Sebuah perubahan besar yang mungkin tidak bisa dilakukan secepatnya oleh ratusan dai dengan hanya berceramah dan nasihat yang baik saja.

Kita pernah mendengar kutipan orang-orang yang mengatakan, “Sudahlah aksi 212 itu adalah politik” atau sindiran-sindiran yang mengatakan, “jauhkan agama dari politik!”.

Ya, memang benar. Berdoa meminta pemimpin yang baik dan bijak juga bisa kategori politik. Bekumpul dan berharap Indonesia damai juga bisa juga kategori berpolitik. Bahkan yang melarang orang berkumpul dan berdoa juga berpolitik. Hatta, yang seharusnya menjaga dan mengamankan warga yang punya hak berkumpul dan menyuarakan pendapatnya, justru lebih berpolitik.

Jadi jika umat Islam berpoliti, so what gitu?  Selama aksi umat rapi, santun, menjaga ketertiban dan keamanan, sudah tugas aparat menjaganya karena itu dilindungi hukum.

Sebagai penutup, ungkapan Tokoh Kenamaan Turki, Necmettin Erbakan, bisa dicamkan dengan baik, “Siyaseti önemsemeyen Müslümanları, Müslümanları önemsemeyen siyasetçiler yönetir.” Kurang-lebih artinya demikian: Muslim yang tidak peduli dengan politik, maka akan dipimpin politisi yang tak peduli pada Islam. Wallâhu a’lam.*/Mahmud Budi Setiawan

Sumber : Hidayatullah.com

Adab Memberi Nama Bayi

Adab Memberi Nama Bayi

10Berita ,  JAKARTA -- Kehadiran anak adalah momen yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan suami istri. Takdir Allah SWT membuat mereka bisa mendapat kan momongan dalam waktu relatif sing kat. Namun, ada juga pasangan yang harus menjalani masa penantian yang cukup lama untuk menyambut kedatangan sang buah hati.

Kita bisa menadaburi kisah Nabi Zakaria AS yang baru dikaruniai anak pada usia lanjut. Islam pun telah mengatur bagaimana adab yang mesti di lakukan orang tua saat menyongsong kelahiran bayi mereka.

Di antara hak seorang anak ketika ia lahir adalah mendapat nama yang bagus dari orang tuanya. Bayi yang baru lahir juga berhak disambut dengan penuh kegembiraan oleh keluarganya, terutama ayah dan ibunya.

Tak hanya itu, Islam juga memerintahkan kepada umatnya untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap bayi laki-laki dan bayi perempuan dalam semua hal. Haram hukumnya orang tua menolak kehadiran bayi perempuan atau melakukan sesuatu yang bisa menyakitinya.

Mengenai adab memberi nama yang baik kepada bayi, ada beberapa dalil syar'i yang bisa dijadikan rujukan oleh kaum Muslim. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Di antara hak anak atas ayahnya adalah menerima nama yang baik dan (kewajiban ayah atas anaknya adalah) memperbagus adabnya," (HR al-Baihaqi dan Haitsami dengan sanad hasan).

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Darda RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama ayah kalian. Oleh karena itu, perbaguslah nama kalian," (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Hibban, dan ad-Darimi dengan sanad hasan).

Sumber : Republika.co.id 

Jawaban Telak Ustadz Adi Hidayat Saat Dijegal dengan Istilah “Bukan Ustadz Sunnah”

Jawaban Telak Ustadz Adi Hidayat Saat Dijegal dengan Istilah “Bukan Ustadz Sunnah”


Ustadz Adi Hidayat, Lc (Youtube)

10Berita - Saat mengisi sebuah pengajian, Ustadz Adi Hidayat pernah disindir “bukan Ustadz Sunnah.” Pertemuan berikutnya, sindiran itu makin kencang.

Ustadz Hidayat pun akhirnya mengambil langkah yang menjadi jawaban telak.

Kisah itu bermula saat Ustadz Adi Hidayat datang mengajar tauhid tanpa membawa kitab. Beliau telah mengumpulkan beberapa kitab dan di-resume menjadi power point. Salah seorang di antara peserta telah belajar tauhid kepada Ustadz lain.

“Tiba-tiba murid yang baru belajar ini kemudian memberikan gambaran, ‘Ini ustadznya ustadz nggak sunnah ini. Ngajarnya nggak pakai kitab. Pelajarannya juga beda dengan guru-guru kita’” tutur Ustadz Adi Hidayat mengisahkan peristiwa itu.

Tak cukup begitu, orang tersebut juga menghembuskan isu ke sekitar “ini ustadz nggak sunnah, dia nggak pakai kitab.”

Hal itu pun disampaikan pengurus kepada Ustadz Adi Hidayat.

“Nggak apa-apa Pak. Insya Allah kajian berikutnya kami datang.”

Begitu mau kajian berikutnya, Ustadz Adi Hidayat diberi flyer bertuliskan “kajian kitab” dengan gambar kitabnya. “Seakan-akan pesan ke kita, kalau mau pengajian bawa kitab,” lanjut Ustadz Adi Hidayat.



Lalu Ustadz Adi Hidayat pun menelepon salah seorang muridnya agar datang ke rumah membawa mobil. Dibawakanlah kitab dua mobil dari rumah Ustadz Adi Hidayat.

Sampai di tempat pengajian, ditumpuklah kitab-kitab itu. Ketika membuka pengajian, Ustadz Adi Hidayat mengatakan: “Alhamdulillah, dari sekian saya mengajarkan tauhid, baru di tempat ini ada yang pengen repot. Saya mohon maaf karena memang selama ini saya jarang mengajar pakai kitab, saya pakai kutub. Kitab itu satu. Kutub banyak.”

Ustadz Adi Hidayat pun lantas mengambil kitab-kitab itu sembari menjelaskan. Yang kemarin disampaikan diambil dari kitab ini, yang kalau di Timur Tengah pelajarannya anak SMP. Yang bagian ini dari kitab ini, yang kalau di Timur Tengah pelajarannya anak SD. Ada yang untuk anak SMA. Ada yang untuk perguruan tinggi.

Orang yang tadi menuduhnya pun hanya bisa bilang, “O...” dan ternyata orang itu tidak bisa baca kitab. [Ibnu K/]

Sumber :Tarbiyah.net

Nuansa Mughal di Skotlandia

Nuansa Mughal di Skotlandia


10Berita , JAKARTA -- Masjid Raya Kota Glasgow merupakan masjid terbesar di Skotlandia. Bila dilihat dari angkasa, letaknya bersampingan dengan tepi Sungai Clyde yang membelah Distrik Gorbals. Kompleks ini adalah sentra kegiatan edukasi spiritual bagi komunitas Muslim di Inggris utara.

Glasgow berpenduduk sekitar 600 ribu jiwa. Ia merupakan kota terpadat ketiga di seluruh Inggris Raya. Penduduk Muslim berjumlah sekitar 5,4 persen atau 32.381 jiwa dari keseluruhan populasi Glasgow.

Dalam sejarahnya, orang Islam yang paling awal tiba di Glasgow berasal dari Asia Selatan, khususnya India dan Pakistan. Mereka bermukim di Gorbal yang berjarak sekitar 2,5 mil dari Glasgow.

Area ini memang pilihan utama bagi para perantau dari beragam kalangan, baik itu orang Irlandia maupun komunitas yang lebih jauh, semisal, Yahudi, Italia, atau Muslim.

Sejarah demikian tampak menjadi cerminan pada fisik Masjid Raya Glasgow. Sekilas, masjid tersebut mengingatkan pelancong pada Masjid Badshashi yang terletak di Lahore, Pakistan. Arsitekturnya memang selaras dengan gaya khas masjid-masjid dalam era Kesultanan Mughal di Asia Selatan.

Yang paling mencolok adalah warna temboknya yang didominasi merah bata. Kemudian, bentuk kubah yang bulat, tapi berujung lancip di pucuknya.

Bedanya, kubah Masjid Raya Glasgow berbentuk segi sembilan bila dilihat dari atas. Warna kubahnya pun bukan merah bata, melainkan kuning keemasan.

Masjid Raya Glasgow hanya memiliki satu kubah dan satu menara yang menjulang tinggi di salah satu sudut masjid. Adapun bentuk menaranya mirip dengan menara yang dijumpai pada Masjid Badshashi.

Ada sebuah balkon terbuka di bagian atasnya sebagai tempat muazin mengumandangkan azan. Secara keseluruhan, denah masjid ini berupa persegi panjang. Bagian atapnya berbentuk landai.

Adapun pada keempat sisi bangunan ini dihiasi jendela kaca dan panel besar yang menjorok ke depan dengan kemiringan sekitar 15 derajat. Pintu utama Masjid Raya Glasgow serupa bentuknya dengan pintu utama Masjid Badshahi.

Di sekitar bangunan masjid terdapat lahan luas tempat shalat Jumat terselenggara apabila jumlah jamaah membeludak. Tapi, sehari-hari, lahan tersebut menjadi tempat pejalan kaki. Di bagian yang dekat pagar, lahan ini menjadi tempat parkir mobil.

Kebun bunga menghiasi seputaran masjid. Sejumlah pohon juga tumbuh asri di sisi dalam pagar yang mengitari kompleks Islamic Center ini. Area lapangan ini menjadi salah satu lokasi favorit bagi warga Glasgow untuk melepas penat pada waktu sore hari.

Sumber : Republika Online

Haniyah dan Abbas Seru Rakyat Palestina Turun ke Jalan Ekspresikan Kemarahan

Haniyah dan Abbas Seru Rakyat Palestina Turun ke Jalan Ekspresikan Kemarahan

Presiden Mahmoud Abbas dan Ismail Haniyah. (aljazeera.net)

10Berita – Ramallah. Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyah, menyeru masyarakat utarakan kemarahannya atas sikap AS terhadap Al-Quds yang terjajah. Sementara itu, Liga Arab dikabarkan akan menggelar sidang darurat yang khusus membahas tentang persoalan tersebut.

Dilansir Aljazeera.net, Senin (04/12/2017), keduanya menyeru rakyat untuk turun ke jalan pada Rabu (06/12) lusa. Selain itu, melalui saluran telepon, kedua pihak juga menyebut pentingnya persatuan seluruh rakyat Palestina untuk menghadapi segala ancaman terhadap Al-Quds.

Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump berencana untuk mengumumkan pengakuan terkait Al-Quds sebagai ibukota bagi Israel. Menurut pemberitaan media, Trump akan mengumumkan pengakuan tersebut pada hari Rabu mendatang.

Lebih lanjut, Abbas menegaskan akan mengambil tindakan tegas jika Washington memberikan dukungan terhadap kedaulatan Israel atas Al-Quds. Selain itu, baik Abbas maupun Haniyah juga menyebut urgensi percepatan rekonsiliasi dan persatuan nasional.

Sebelumnya pada Sabtu (02/12) lalu, Abbas juga telah menghubungi beberapa pemimpin negara. Kepada para pemimpin itu, Abbas mendesak agar mereka turut campur untuk mencegah pengakuan AS terkait status Al-Quds.

Terkait hal tersebut, Liga Arab juga telah mengumumkan akan menggelar pertemuan darurat pada Selasa (05/12) besok. Disebutkan, pertemuan itu bertujuan untuk membahas langkah-langkah yang diperlukan untuk menyikapi keputusan AS terkait status Al-Quds.

Namun, pemberitaan terkait pengakuan Trump yang akan diumumkan pada Rabu mendatang dibantah oleh menantu sekaligus penasihat Trump, Jared Kushner. Menurutnya, Trump belum akan mengambil keputusan apapun terkait pengakuan resmi Al-Quds sebagai ibukota Israel. Ia menegaskan, hingga sekarang pihaknya masih mempelajari banyak hal terkait hal tersebut. (whc/)

Sumber: Aljazeera, dakwatuna.com

Tepis Tuduhan Peserta Reuni 212 Bayaran, Gus Nur: Saya Beli Tiket Sendiri!

Tepis Tuduhan Peserta Reuni 212 Bayaran, Gus Nur: Saya Beli Tiket Sendiri!



 

10Berita - JAKARTA  - Gus Nur, tokoh Islam  yang hadir di acara Reuni Akbar 212 membantah tuduhan bahwa para peserta yang hadir di acara tersebut adalah bayaran. Tidak. Mereka datang dengan biaya sendiri. Karena itu yang nuduh tersebut harusnya datang sendiri ke Monas.

"Saya datang ke sini beli tiket sendiri. Kalau masih melihat ini karena uang, karena nasi bungkus , maka dia (yang mengatakan begitu -ed) bukan manusia," ujar Gus Nur Saat berorasi di Reuni 212, Sabtu (2/12/2017) di Monas Jakarta.

"Jadi kalau masih ada yang mengatakan demo bayaran, matamu picak," ujarnya lagi.

Gus Nur juga mempertanyakan ke mana mentri Agama Lukman Hakim Saifudin. Kenapa ketika ada kegiatan LGBT dia hadir, sementara ketika ada acara umat Islam seperti Reuni 212 malah tidak nampak.

Di akhir, Gus Nur berpesan untuk tidak takut kepada apa pun juga.

"Aku hanya berpesan, di dalam hatimu hanya ada Rasulullah, ada Allah dan ada Islam. Karena itu tidak perlu takut kepada yang lain. Hidup mulia atau mati syahid," tegasnya. [az/syahid/]

Sumber :voa-islam.com

Somasi Terbuka Untuk Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin

Somasi Terbuka Untuk Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin


Kepada Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin di tempat: masalah penting yang kami somasi mengenai pemberian award/penghargaan/apresiasi “Pendidikan Islam” (API) kepada Metro TV.

Subtansinya, kami dan masyarakat Muslim lainnya keberatan dan menolak, karena kami nilai pemberian apresiasi itu tidak layak dan tidak pantas, cenderung penipuan.

Award adalah penghargaan, penghormatan melalui proses penilaian dengan (i) Konstruksi Kategori, (ii) Tata Cara Pemberian nilai, (iii) Reliabilitas Juri, (iv) System Penilaian, (v) Analysis nilai, dan (vi) Tupoksi. Setidaknya untuk award Siaran Dakwah Islam, melibatkan MUI, KPI, IJTI, Dewan Pers, Kemenkominfo. Beberapa award menggunakan system metodologi research. Itu yang kami ingin Menag menjelaskannya. Jika tak dapat dijelaskan, cabut saja Award itu!

Tayangan Metro TV yang mana, tanggal berapa, jam berapa acara Metro TV yang anda maksudkan sebagai Pendidikan/Dakwah Islam. Pertanyaan itu niscaya sulit menjawabnya. Tapi itu urusan anda. Yang urusan kami adalah, acara pemberian apresiasi itu dilangsungkan sangat meriah dan memakai biaya yang cukup besar. Tentu saja biaya itu bersumber dari APBN. Acara itu “tidak prestisius”, tidak selayaknya anggaran dihambur-hamburkan hanya untuk tujuan Award Suka- Suka.

Saudara Menag, mestinya anda menyadari bahwa Kemenag bukan kementerian EO (Event Organizer) yang memberilan award jurnalistik. Ukur-mengukur dan penilaian tayangan produk jurnalis bukan keahlian dan bukan tupoksi kementerian anda. Anda tidak ahli di bidang itu. Penilaian kuantitatif atau kualitatif karya jurnalistik itu urusannya organisasi jurnalis, bukan keahlian anda. Apalagi jurnalis itu profesi yang independen, maka bobot penilaian oleh anda itu tidak mungkin independen. Karenanya Konstruksi Kategori di atas perlu dijelaskan.

Sama halnya dengan pemberian Suardi Tasrif Award kepada LGBT (Lesbi, Gay, Bisex dan Transgender). Pada saat itu anda juga hadir dan memberi sambutan. Meskipun award tersebut adalah prakarsa AJI, bukan kementerian anda. Namun, tetap saja kehadiran anda itu dapat dimaknai dukungan. Bisa dimaknai positif, juga negatif. Negatif yang paling nyata itu adalah kesan Kementerian Agama memberikan dukungan, pembelaan dan legalisasi komunitas dan perilakunya. LGBT sendiri menurut kami adalah penyakit psikologi sex, seperti gay, sehingga pendekatan yang dibutuhkan adalah pengobatan, bukan simpatik tetes air mata. Selain itu, LGBT juga dipandang sebagai “gaya hidup” yang menyimpang, sehingga pendekatan yang dibutuhkan adalah penanganan dokter yang memiliki keahlian psikologi sosial, sekali lagi bukan tangisan sedih.

Koreksi kami kepada anda terkait pemberian award Metro TV ini, karena kami ingin anda merefleksi kembali peristiwa dasyat sebelumnya, yaitu aksi umat Muslim dalam aksi 411 dan aksi 212 tahun 2016, yang kebetulan esok 212 tahun 2017 sebagai reuninya. Aksi dahsyat, sejuk dan damai dalam jumlah jutaan massa, belum pernah terjadi di belahan dunia mana pun, sambil kami juga mengingatkan bahwa urusan kualitas jurnalistik atau kualitas pekerjaaan jurnalistik, bukanlah bidang pekerjaan Menteri Agama. Karena itu, pemberian award tersebut kami catat sebagai penghargaan yang menyedihkan karena faktanya paradoks.

Menag Lukman Syaifuddin, somasi ini akan terus disampaikan sepanjang anda tidak menarik award itu dari Metro TV, sambil kami juga menunggu mungkin Metro TV secara sukarela mengembalikan award tersebut. Jika tidak, somasi ini akan berlanjut menjadi gugatan hukum. Demikian somasi ini, sambil kami berdoa agar Tuhan membukakan pintu tobat.

Oleh Ahmad Bay Lubis & Djoko Edhi Abdurrahman (Advokat).

Sumber : kabarsatu.news

Ternyata Wong Fei Hung Adalah Pendekar Muslim China

Ternyata Wong Fei Hung Adalah Pendekar Muslim China


10Berita - Pasti akan banyak orang kaget membaca artikel ini. Bukti menunjukkan, bahwa sang legenda kungfu China yang kita kenal ternyata adalah seorang muslim. Namun perjalanan sejarahlah yang akhirnya kemudian mengaburkan identitas muslim yang dianut oleh seorang Wong.

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hongkong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Sebelum melanjutkan kisah tentang Wong Fei Hung, mari kita tinjau dahulu sebuah sejarah Islam di nusantara ini yang memang sengaja dibelokkan. Sisingamangaraj XII adalah nama dari raja toba yang banyak diperdebatkan mengenai asal usul agamanya.

Banyak yang mempertentangkan agama asli beliau hingga muncul isu bahwa hal tersebut sengaja disembunyikan oleh penjajah Belanda, ataupun pihak lain pada waktu itu dengan maksud tertentu. Namun berdasarkan sebuah penelitian dan riset yang dilakukan, diketahui bahwa Sisingamangaraja adalah seorang Muslim.

Ini terbukti dengan ditemukannya bukti-bukti berupa: terdapat lambang pedang kembar, bulan dan bintang pada bendera Sisingamangaraja yang mirip dengan bendera Negara Arab Saudi sekarang.

Tidak hanya itu saja, stempel dari kerajaan Sisingamangaraja diketahui mempunyai 12 gerigi pinggiran yang juga menggunakan tarikh Hijriah dan huruf Arab. Pada huruf Arab tersebut tertulis bahasa Batak yang berbunyi, “Inilah cap Maharaja di Negri Toba Kampung Bakara Nama Kotanya, Hijrat Nabi 1304”.

Jadi sangat mustahil jika ada sebuah kerajaan yang mengenakan atribut Islam, pemimpinnya tidak memeluk agama Islam. Hal ini diperkuat lagi dengan sebuah kabar dari media cetak harian Belanda yang jelas-jelas mengabarkan bahwa Sisingamangaraja memang dahulunya memeluk agama Islam. Fakta keislaman Sisingamangaraja hanyalah segelintir fakta sejarah Islam yang sengaja dibelokkan di Nusantara ini.

Apa Hubungannya Dengan Keislamannya Wong Fei Hung?
Sama halnya dengan yang terjadi di Indonesia, identitas mengenai kemusliman Wong memang telah sengaja dibelokkan oleh pihak tertentu. Hal ini dilakukan adalah dengan tujuan untuk kepentingan politik komunis China kala itu.

Wong Fei Hung (Faisal Hussein Wong)
Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, ahli Pengobatan, dan ahli beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China.

Namun pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Ayahnya bernama Wong Kay-Ying, merupakan seorang tabib yang ahli dalam beladiri Tiongkok (wushu dan kungfu). Ayahnya mempunyai sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Kanton. Wong Kay-Ying adalah seorang ahli beladiri yang sangat menguasai ilmu wushu tingkat tinggi.

Ketinggian ilmu beladiri yang dimiliki Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwangtung. Posisi Macan Kwangtung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein.

Jadi, bila di artikan dalam bahasa arab, namanya adalah Faisal Hussein Wong. Sebutan nama Fei ini juga merujuk kepada orang-orang Cina muslim di Malaysia dahulu kala, yakni kelompok/ keluarga Hai San di Perak-Malaysia.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar ongkos pengobatan.

Meski demikian keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pandang bulu tanpa mempedulikan suku, ras, agama. Semua dibantu tanpa pilih kasih.

Di sisi lain, secara rahasia keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Chin yang dikenal sebagai penindas rakyat.

Dinasti Chin ialah Dinasti yang merobohkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya dengan berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarnya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Wong Fei Hung berhasil melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang menjadi legenda.

Dasar-dasar jurus Hung Gar kemudian dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang berhasil selamat dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Chin pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini juga pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Chin yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea).

Jika saja pemerintah Chin saat itu tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Chin.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun.

Maka Wong Fei Hung kemudian menjelma menjadi ahli pengobatan (tabib) dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih hebat lagi dari pada sang ayah. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata.

Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana ia seorang diri hanya dengan memakai tongkat berhasil menewaskan lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton. Para begundal tersebut mengeroyok Wong Fei Hung karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah SWT banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek.

Setelah istri ketiganya meninggal, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat.

Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya. Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun.

Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka.

Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah SWT

kepada seorang muslim selain mati syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita semua, terutama generasi muda muslim yang hidup setelahnya.

Sumber: kumpulanmisteri.com

Inilah “Maklumat Jakarta” Hasil Kongres Nasional Alumni 212

Inilah “Maklumat Jakarta” Hasil Kongres Nasional Alumni 212

10Berita - JAKARTA  – Kongres Alumni 212 yang digelar di Wisma PHI (Persaudaraan Haji Indonesia) Jakarta, mengeluarkan Maklumat Jakarta yang ditujukan kepada segenap bangsa Indonesia, seluruh umat Islam Indonesia, pemerintahan Jokowi dan masyarakat internasional pada umumnya.

Maklumat tersebut dari lima halaman dan 17 poin. Secara ringkas, berikut intisari hasil Kongres Nasional Alumni 212 dalam Maklumat Jakarta:

Umat Islam harus percaya diri untuk membangun masa depan bangsa dan negara Indonesia yang lebih adil, egaliter, toleran, manusiawi dan lebih etis serta harmonis sesuai cita-cita para founding mothers.

Islam sebagai sumber moral yang paling tinggi untuk seluruh kehidupan mengajarkan dua hal mendasar, yakni melakukan amar maruf dan nahi munkar. Memenangkan kebajikan di atas keburukan, serta memenangkan keadilan di atas kedzaliman dalam segala bidang kehidupan.

Al Qur’an menjadi konstitusi kehidupan di dunia dan akhirat. Sedang UUD 1945 adalah konstutusi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan ber-NKRI. Al Qur’an menjelaskan bahwa tugas pokok para nabi dan rasul adalah menyampaikan kebenaran.

Umat Islam mengkhawatirkan tentang masa depan bangsa dan negara. Dapat dirasakan, sikap pemerintah cenderung kurang ramah kepada Islam, seperti dihinggapi penyakit Islamophobia.

Pemerintah harus memproses hukum pelaku yang melakukan ujaran kebencian di media sosial. Sanksi hukum jangan tebang pilih, hanya ditujukan kepada umat Islam. “Ustadz Alfian Tanjung yang selalu mengingatkan bahaya kebangkitan komunis, kini malah meringkuk di penjara.”

Perppu No 2 Tahun 2017 yang disahkan menjadi UU, telah dijadikan pedang politik pemerintah Jokowi guna memangkas organisasi Islam yang dianggap dapat mengganggu kekuasaannya. Dalih yang dikemukakan merupakan lagu lama, yakni berbahaya buat Pancasila, NKRI, dan kemajemukan bangsa Indonesia.

Pemerintahan Jokowi sengaja membiarkan kekuatan korporasi aseng dan asing. Tiga kasus mencolok dapat disebutkan di sini. Kontrak Karya dengan PT Freeport bukannya diakhiri pada 2021 nanti, tetapi diperpanjang sampai 2041. Di atas kertas Indonesia memegang 51% saham, tetapi saham Indonesia harus dijual di pasar bursa (IPO- initial public offering). Lagi-lagi Freeport dan aseng-asing lainnya dapat menguasai Freeport kembali.

Proyek Reklamasi Teluk Jakarta dengan 17 pulau palsu yang sebagian sudah dibangun dijadikan sarana politik Lebensraum China. Tol Laut yang sedang dibangun oleh pemerintah kemungkinan besar akan jadi penyangga belaka jalur sutera laut China (tol laut China) yang akan melewati Selat Malaka dan mungkin akan menjelajahi perairan laut sebelum menyeberangi Samudera Hindia, terus ke utara, melewati Laut Merah, terus ke barat dan utara sampai mencapai Turki dan Rotterdam.

UUD 1945 tak lagi menjadi rujukan pokok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di era pemerintahan sekarang ini. Pasal 22 UUD 1945 telah dilupakan sama sekali. Pasal 33 ayat 4 mengharuskan ditegakkannya demokrasi ekonomi yang berprinsip pada kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan (sustainable), berwawasan lingkungan, kemandirian (bukan ketergantungan pada aseng asing).

Sementara ayat 3 dan ayat 2 dilaksanakan terbalik. Bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya, serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat orang banyak memang dikuasai oleh negara, namun untuk sebesar-besar keuntungan korporasi aseng dan asing. Sama sekali bukan untuk kemakmuran rakyat.

Dalam 3 tahun perjalanan yang telah dilalui oleh pemerintah, program nawacita pemerintahan Jokowi berakhir dengan kehidupan yang lebih sengsara bagi kebanyakan rakyat. Pembangunan jalan tol dan puluhan proyek infrastruktur lainnya, tidak bisa memberikan trickle down effect (berkah ekonomi yang menetes ke rakyat kecil), tetapi menghasilkan trickle up effect. Pemodal kuat dalam negeri dan swasta aseng yang jauh lebih kuat yang justru memanen berkah Jokowinomics.

Pemerintah Jokowi tidak berhasil mengangkat rakyat miskin dan golongan ekonomi lemah ke kehidupan yang lebih baik. Bahwa program bansos dan dana desa dengan konsep cash for work baru akan diimplementasikan pada 2018 (tahun politik menjelang Pilpres), tentu karena perhitungan politik semata. Kebijakan seperti ini bisa jadi bumerang karena perut rakyat tak bisa menunggu. Meminjam ungkapan Bung Karno, the stomach cannot wait.

Prestasi utang pemerintah sekarang pun semakin mengkhawatirkan. Diperkirakan sampai akhir tahun mendekati 4.000 triliun, dus mendekati 3% dari PDB. Angka ini maksimal yang diperbolehkan oleh undang-undang. Sekarang saja utang per kapita sudah mencapai Rp13 juta/penduduk.

“Kami mengingatkan seyogyanya pemerintah Jokowi segera menghentikan politik pecah belah terhadap rakyat sendiri. Politik pecah belah selalu bersifat contagious (cepat menjalar).”

Korupsi adalah musuh nomor satu rakyat Indonesia. Presiden Jokowi diminta bertindak tegas agar KPK tidak menjadi lembaga yang prestasinya justru melakukan obstruction of justice.

Gerakan Papua Merdeka, mungkin tidak kita sadari, telah memenangkan pertarungan dalam banyak front atau forum internasional melawan Jakarta. Hampir di semua kampus terkemuka di Australia, Eropa dan Amerika, pasti ada kelompok dosen dan guru besar pro Papua merdeka.

Hampir semua negara anggota OAU (Organisasi Persatuan Afrika) mendukung Papua merdeka. Desmond Tutu, Uskup Gereja Anglikan Afsel juga mendukung perjuangan ULMWP (Gerakan Pemerdekaan Papua Barat).
“Kami minta kiranya beberapa poin Maklumat Jakarta ini dijadikan salah satu rujukan Pak Jokowi yang tinggal dua tahun lagi berkuasa, agar kondisi negara kita tidak makin parah.” (yan/des)

Sumber : Panjimas.com

[Video] Rahasia Monas Kembali Bersih, 30 Menit Usai Reuni Akbar 212

[Video] Rahasia Monas Kembali Bersih, 30 Menit Usai Reuni Akbar 212

10Berita - Ada pihak yang menyebut peserta Reuni Akbar 212 hanya puluhan ribu orang. Di antara alasannya, sampah-sampah bersih seketika, tak lama setelah acara selesai. 

Mengapa sampah-sampah bersih 30 seketika setelah Reuni Akbar 212 selesai? Video ini menunjukkan rahasianya.

Para pemuda berkeliling membawa kantung sampah. Mereka meminta peserta Reuni Akbar 212 memasukkan sampahnya.

Selama acara berlangsung, para pemuda itu menjadi pahlawan kebersihan. Mereka berkeliling memastikan tak ada sampah berserakan. Semuanya masuk ke kantung sampah lalu ditempatkan di sudut-sudut perhimpunan.

Praktis, sebelum acara selesai, hampir tak ada sampah berserakan. Begitu acara selesai, tinggal membereskan, mengumpulkan, mengangkut dan merapikan.



Itu rahasianya mengapa sampah cepat dibersihkan dan tak terlihat berserakan. Bukan karena pesertanya sedikit. Pesertanya lebih dari satu juta orang! Namun dengan izin Allah, mereka menunjukkan bahwa Islam cinta kebersihan.

Ini video aksi para pemuda pahlawan kebersihan yang membanggakan:



Sumber : Tarbiyah.net