OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 31 Desember 2017

Sosiolog Heran, Konglomerat membangun tanpa izin didiamkan, PKL dibantu diributin

Sosiolog Heran, Konglomerat membangun tanpa izin didiamkan, PKL dibantu diributin


10Berita, Sosiolog Musni Umar, Ph.D merasa heran  dan aneh dengan polah kelakuan  sebagian pihak yang mempermasalahkan para pedagang kecil (PKL) yang saat ini mendapat dukungan dan fasilitas dari Gubernur DKI yang baru Anies Baswedan.

Sementara mereka diam terhadap para konglomerat yang selama ini menikmati fasilitas dari penguasa. Bahkan seperti di proyek Reklamasi Jakarta, para konglomerat sudah membangun walaupun belum ada ijin IMB.

"Sebagai sosiolog saya merasa sangat aneh di negeri ini. Konglomerat membangun tanpa izin didiamkan. PKL diberi tempat berdagang dgn penataan apik di pasar tanah abang diributin. Dimana rasa keadilan? Katanya Pancasilais, mana implementasi sila ke 2 dan 5 dari Pancasila," kata Musni Umar melalui akun twitternya, Sabtu (30/12/2017).

Penataan Tanah Abang yang dilakukan Gubernur Anies terbukti sangat menguntungkan para pedagang kecil (PKL) yang selama ini mereka diperlakukan semena-mena. Kini baru sepekan ditata dan difasilitasi, omzet penjualan mereka langsung naik drastis.


Sungguh miris melihat kondisi negeri ini. Ketika pemimpin yang pro wong cilik malah direcoki. Sementara yang pro konglomerat dicueki.

Sebagai sosiolog saya merasa sangat aneh di negeri ini. Konglomerat membangun tanpa izin didiamkan. PKL diberi tempat berdagang dgn penataan apik di pasar tanah abang diributin. Dimana rasa keadilan? Katanya Pancasilais, mana implementasi sila ke 2 dan 5 dari Pancasila

— Musni Umar (@musniumar) 30 Desember 2017


Sumber : PORTAL-ISLAM.ID

Kuasa Hukum Jelaskan Kronologi Penangkapan Anggota FPI Bekasi

Kuasa Hukum Jelaskan Kronologi Penangkapan Anggota FPI Bekasi



10Berita, BEKASI Empat anggota Front Pembela Islam (FPI), ditangkap oleh Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota, karena merazia toko obat di kawasan Pondok Gede, Bekasi.

Satu dari empat orang tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh pihak kepolisian.

Kuasa hukum dari Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia (PUSHAMI), Aziz Yanuar menjelaskan kronologi penangkapan kliennya.

Awalnya, FPI mendapat laporan dari masyarakat tentang beredarnya obat keras Daftar G yang meresahkan masyarakat dan menyebabkan banyaknya aksi tawuran serta kriminalitas yang dilakukan anak-anak muda di Pondok Gede.

Rabu (27/12/2017) siang, FPI dan LPI Pondok Gede langsung meminta bantuan Muspika Kecamatan yang terdiri dari TNI dan Polri untuk mengamankan obat-obatan tersebut.

"Dari lokasi tersebut didapat barang bukti ratusan butir obat keras Daftar G yang terdiri dari berbagai macam jenis pil lexotan obat keras dari Dextro, Tramadhol, Exzimer dan lain sebagainya termasuk obat anak-anak yang sudah kedaluarsa," kata advokat yang juga anggota Badan Hukum Front Pembela Islam (FPI) itu, Sabtu (30/12/2017).

Menurut Aziz, FPI yang melakukan tangkap tangan menyerahkan proses hukumnya kepada aparat keamanan. Namun ironisnya, lanjut Aziz, sehari pasca tangkap tangan pengedar obat keras tersebut, empat orang anggota FPI justru dijemput paksa aparat kepolisian tanpa didahului surat pemanggilan resmi pada keesokan harinya, Kamis (28/12/2017).

"Mereka adalah, Boy Giandra, Syafii Alwi, Roni Herlambang dan Saiman,"ujarnya.

Dari empat orang anggota FPI tersebut, terang Aziz, ketiganya dibebaskan pada hari Kamis dan Jum’at. Namun, satu orang anggota FPI, Boy Giandra hingga kini justru ditahan dan dikenakan pasal 170 dan 335 ayat 1 tentang kekerasan dan pemaksaan dengan ancaman 5 tahun pidana. Hal itu atas pengaduan/pelaporan pihak pemilik toko obat

"Ironis, Seorang warga yang peduli akan bahaya Narkoba dan melakukan tangkap tangan justru ditahan atas laporan si pelaku/pengedar Narkoba," tuturnya.

Padahal, imbuh Aziz, Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 111 menjelaskan, dalam hal tertangkap tangan setiap orang berhak, sedangkan setiap orang yang mempunyai wewenang dalam tugas ketertiban, ketentraman dan keamanan umum wajib menangkap tersangka guna diserahkan berserta atau tanpa barang bukti kepada penyelidik atau penyidik.

"Bila perkara ini didiamkan, akan menjadi preseden buruk ke depannya. Sebab bila ada pelaku kriminal, seperti pengedar narkoba, atau maling yang mencuri di rumah anda, kemudian anda melakukan tangkap tangan, justru si maling atau pengedar Narkoba, bisa menuntut anda dengan pasal-pasal karet seperti perbuatan tidak menyenangkan dan lain-lain,"ungkapnya. (bilal/)

Sumber :voa-islam

Episode Kekerasan Anti-Muslim di Kancah Internasional

Episode Kekerasan Anti-Muslim di Kancah Internasional

10Berita , Jutaan Muslim telah menjadi korban serangan karena Islamofobia selama 2017. Mulai dari pelecehan karena simbol Islam, serangan secara verbal hingga serangan yang berakhir dengan hilangnya nyawa. Peningkatan serangan ini merupakan imbas dari semakin banyaknya serangan-serangan yang mengatasnamakan Islam. Dilansir Independent, salah satu pencetus maraknya Islamofobia di Amerika adalah karena Presidennya, Donald Trump.

Sifat orang nomor satu di AS ini terkenal bigot dan terang-terangan Islamofobia. Karena hal tersebut, warga Muslim di Amerika pun menjadi lebih rentan diserang. Kondisi ini bahkan lebih parah dari sejak peristiwa 9/11. Seorang aktivis Muslim, Ibrahim Hooper mengatakan penduduk Muslim jadi lebih khawatir dan takut untuk beraktivitas sosial sambil menunjukkan identitas keagamaan mereka. Perempuan menjadi yang paling rentan karena menggunakan kerudung.

"Kini lebih buruk daripada setelah 9/11 lalu, ia (Trump) seperti mendukung dan mendorong supremasi kulit putih dan kefanatikan," kata Hooper. Dulu, serangan Islamofobia masih sembunyi-sembunyi, sekarang sudah terang-terangan bahkan ditunjukkan dengan bangga.

2017 menjadi salah satu tahun dengan banyaknya episode kekerasan anti-Muslim di kancah internasional. Pada Mei lalu, dua orang meninggal dan satu terluka karena melerai seorang pria yang melecehkan dua muslimah. Di Quebec Kanada, enam orang Muslim tewas dan 10 orang terluka karena ditembak membabi buta. Hooper mengatakan banyak aksi-aksi Islamofobia yang tidak terliput oleh media.

Organisasi yang ia bentuk, Council On American-Islamic Relations sudah mencoba mengumpulkannya. Menurutnya, antara Januari hingga September 2017, CAIR mencatat ada 1.656 serangan bias dan 195 serangan kebencian. Jumlah ini naik sebesar sembilan persen pada serangan bias dan 20 persen pada serangan kebencian tahun 2016.

"Menurut perkiraan awal, tahun 2017 ini adalah yang paling parah untuk serangan anti-Muslim, sejak kita melakukan dokumentasi," kata koordinator penelitian dan advokasi Zainab Arain.

Trump berperan besar. Selain di rumahnya sendiri di AS, sikap Trump pun menginspirasi serangan di negara lain. Sejak kampanyenya yang menyedot perhatian dunia, ia terang-terangan membicarakan Muslim sebagai ancaman. Trump menerapkan larangan Muslim dari negara tertentu masuk AS. Ia juga vokal ketika ada serangan yang dilakukan mengatasnamakan Islam.

Saat penembakkan di San Bernardino, California yang menewaskan 14 orang, Trump seperti bangga menyatakan dirinya benar. Trump bahkan ikut menyebarkan video anti-Islam di akun Twitternya yang memiliki jutaan pengikut. Tiga video tersebut awalnya diunggah oleh kelompok sayap kanan Inggris, Britain First.

Di Inggris, serangan Islamofobia meningkat lebih dari 500 persen di sekitar Manchester setelah serangan bom bunuh diri di konser Ariana Grande. Dilansir Guardian, ada 224 serangan anti-Islam dalam sebulan setelah serangan dibanding periode yang sama pada 2016.

Greater Manchester Police (GMP) pun meningkatkan perlindugan pada komunitas Muslim. Kejahatan karena ras juga mengalami peningkatan sebesar 61 persen menjadi 778 insiden dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Detail kejadian Islamofobia tidak dijelaskan. Namun ada diantaranya serangan verbal pada murid-murid sekolah Muslim dan masjid. Seorang anak 14 tahun mengaku dibentak seseorang yang menyebutnya teroris.

Kepolisian Met London mencatat 1.260 insiden Islamofobia dalam satu tahun hingga Maret 2017. Angka ini merupakan peningkatan pesat sebesar 66 persen sejak 2016. Pada 2013 serangan Islamofobia yakni sebanyak 343 insiden.

Sejumlah insiden Islamofobia juga terjadi di Australia. Seperti serangan verbal, percobaan penusukan dengan pisau pada empat muslimah di Sydney hingga diskriminasi bahwa Muslim tidak boleh masuk ke sebuah acara expo karir. Di Quebec, terjadi penembakan di masjid yang menewaskan enam orang dan melukai 19 orang lainnya. Insiden pada 29 Januari ini diklasifikasikan sebagai kejahatan kebencian dan serangan Islamofobia. Di Afrika pun terjadi penembakan yang menewaskan 25 orang di masjid.

Sumber : Republika.co.id

TERUNGKAP! Facebook Menghapus dan Memblokir Akun atas Arahan Pemerintah A.S. dan Israel

TERUNGKAP! Facebook Menghapus dan Memblokir Akun atas Arahan Pemerintah A.S. dan Israel


Facebook Says It Is Deleting Accounts at the Direction of the U.S. and Israeli Governments

(by Glenn Greenwald, 30/12/2017)

Pada SEPTEMBER tahun lalu, kami mencatat bahwa perwakilan Facebook bertemu dengan pemerintah Israel untuk menentukan akun Facebook orang Palestina mana yang harus dihapus dengan alasan bahwa mereka merupakan "hasutan."

Pertemuan -yang diminta dan dipimpin oleh salah satu Pejabat paling ekstrimis dan otoriter Israel, Menteri Kehakiman pro-pemukiman yahudi Ayelet Shaked- datang setelah Israel mengancam Facebook bahwa kegagalannya untuk secara sukarela mematuhi perintah penghapusan Israel akan mengakibatkan berlakunya undang-undang yang mengharuskan Facebook melakukannya, setelah merasa didera berat atau bahkan diblokir di negara ini.

Hasil yang dapat diprediksi dari pertemuan tersebut sekarang sudah jelas dan terdokumentasi dengan baik. Sejak saat itu, Facebook telah melakukan penyensoran terhadap aktivis Palestina yang memprotes pendudukan Israel yang berlangsung puluhan tahun dan ilegal, semuanya diarahkan dan ditentukan oleh pejabat Israel. Memang, pejabat Israel telah membual tentang betapa taatnya Facebook ketika datang ke perintah penyensoran Israel:

Tak lama setelah berita pecah awal bulan ini dari kesepakatan antara pemerintah Israel dan Facebook, Menteri Kehakiman Israel Ayelet Shaked mengatakan bahwa Tel Aviv telah mengajukan 158 permintaan kepada raksasa media sosial tersebut selama empat bulan sebelumnya dan meminta untuk menghapus konten yang dianggapnya "hasutan." Dia mengatakan bahwa Facebook telah mengabulkan 95 persen permintaan Israel.

Dalam minggu-minggu setelah pertemuan Facebook-Israel tersebut, dilaporkan oleh media The Independent, "Aktivis Pusat Informasi Palestina melaporkan bahwa setidaknya 10 akun fanpage berbahasa Arab dan Inggris punya mereka - yang diikuti oleh lebih dari 2 juta orang - telah diskors, tujuh di antaranya diblokir secara permanen".

Sementara di pihak Israel, tak perlu dikatakan lagi, orang-orang Israel memiliki kebebasan untuk memposting di Facebook apapun yang mereka inginkan tentang orang-orang Palestina. Seruan oleh orang Israel untuk membunuh orang-orang Palestina adalah hal biasa di Facebook, dan sebagian besar tetap tidak terganggu. Mereka bebas tanpa ada pemblokiran dari Facebook.

Seperti yang dilaporkan Al Jazeera tahun lalu menmukan, "bahwa 122.000 pengguna Facebook Israel secara langsung menyerukan kekerasan dengan kata-kata seperti ‘murder,’ ‘kill,’ or ‘burn. 'pembunuhan', 'bunuh, 'atau 'bakar '. Orang Arab adalah penerima komentar kebencian nomor 1. Namun sepertinya ada sedikit usaha Facebook untuk menyensor semua itu."

Facebook terus membiarkan seruan ekstremis yahudi untuk hasutan terhadap orang-orang Palestina berkembang. Bahkan pemimpin Israel Benjamin Netanyahu telah sering menggunakan media sosial untuk mengirim hasrat kekerasan terhadap warga Palestina secara jelas. Berbeda dengan penindasan aktif Facebook terhadap orang-orang Palestina, gagasan bahwa Facebook akan menggunakan kekuatan penyensorannya melawan Netanyahu atau orang-orang Israel terkemuka lainnya yang menyerukan kekerasan dan menghasut serangan tidak terpikirkan untuk dilakukan.

FACEBOOK SEKARANG secara eksplisit mengakui bahwa tindakannya itu mengikuti perintah penyensoran dari pemerintah AS. Awal pekan ini, perusahaan tersebut menghapus akun Facebook dan Instagram Ramzan Kadyrov, pemimpin Republik Chechnya yang memiliki gabungan 4 juta pengikut pada akun tersebut. Dia telah dipercaya dituduh melakukan berbagai pelanggaran berat hak asasi manusia, dari penjara dan penyiksaan LGBT hingga penculikan dan pembunuhan para pembangkang.

Tapi seorang juru bicara Facebook mengatakan kepada New York Times bahwa perusahaan tersebut menghapus akun-akun tsb bukan karena Kadyrov adalah pembunuh massal dan tiran, tapi "Akun Kadyrov dinonaktifkan karena Kadyrov baru saja dimasukkan dalam list sanksi pemerintah Amerika Serikat dan bahwa perusahaan tersebut (facebook) secara hukum diwajibkan untuk bertindak (menghapus akun media sosial Kadyrov)."

Hal ini memperjelas: bahwa pemerintah A.S. - yang berarti, pada saat ini, administrasi Trump - memiliki kekuatan sepihak dan tidak terkendali untuk memaksa penghapusan siapa pun yang diinginkannya dari Facebook dan Instagram dengan hanya menyertakan mereka dalam daftar sanksi. Apakah ada yang menganggap ini hal yang bagus? Apakah ada yang mempercayai administrasi Trump - atau pemerintah lainnya - untuk memaksa platform media sosial untuk menghapus dan memblokir siapa pun yang ingin dibungkam?

It’s hard to believe that anyone’s ideal view of the internet entails vesting power in the U.S. government, the Israeli government, and other world powers to decide who may be heard on it and who must be suppressed. But increasingly, in the name of pleading with internet companies to protect us, that’s exactly what is happening.

Sumber: https://theintercept.com/2017/12/30/facebook-says-it-is-deleting-accounts-at-the-direction-of-the-u-s-and-israeli-governments/

Ust. Abdul Somad Sudah Masuk "Target List", Benarkah?

Ust. Abdul Somad Sudah Masuk "Target List", Benarkah?


10Berita, Bersangka buruk adalah salah satu sikap dan sifat yang dilarang keras di dalam syariat Islam. Tidak boleh berburuk sangka kepada siapa pun. Pastilah ini selalu disampaikan oleh Ustad Abdul Somad (UAS) di depan jemaah beliau.

Tetapi, kali ini saya mohon maaf kepada semua pihak. Hari ini saya tak sanggup berbaik sangka kepada para pemegang kekuasaan terkait misi dakwah UAS.

Setelah peristiwa penolakan UAS di Bali, deportasi Hong Kong, dan terakhir penolakan PLN, saya terbawa berilusi agak jauh tentang UAS. Saya berpikir, jangan-jangan beliau sudah masuk dalam target eliminasi.

Ada beberapa pengertian “eliminasi”. Pertama, bisa jadi UAS akan dicekal memberikan ceramah atau pengajian di lingkungan instansi negara (pemerintahan). Ini sangat mudah dilakukan oleh para pemegang kekuasaan dengan perintah dari penguasa tingkat tinggi, tentunya. Kasus pembatalan ceramah di PLN Disjaya Gambir (Jakarta) kemungkinan menjadi titik awal pencekalan total pihak penguasa terhadap UAS.

Bisa jadi sudah ada “unofficial executive order” (perintah eksekutif tak resmi) yang berisi larangan untuk mengundang UAS memberikan ceramah di lingkungan instansi pemerintah, BUMN, TNI-Polri, dsb. Untuk mengukur ini, kita lihat saja ke depan apakah masih ada undangan dari instansi-instansi tsb. Dalam pengertian ini, “eliminasi” itu sangat bisa diiplementasikan. Cukup seorang menteri senior menugaskan stafnya untuk menelefon pejabat-pejabat tertinggi di semua instansi pemerintah dan unit usaha negara.

Kedua, “eliminasi” juga bisa bermakna bahwa UAS akan ditolak di berbagai daerah, khususnya di wilayah yang “dikuasai” oleh ormas-ormas boneka. Selama ini pun sudah banyak pengajian yang dibubarkan oleh dua ormas yang bernaung di bawah salah satu organisasi besar di Indonesia. Kedua ormas “bayaran” itu membidik para ustad yang mereka tuduh radikal, anti-Pancasila, anti-NKRI, seperti Ustad Felix Siaw, Ustad Bakhtiar Nasir, dll.

Ketiga, “eliminasi” dapat pula diartikan ekstrem. Dan ini sangat menakutkan. Yaitu, eliminasi dalam arti UAS akan “dimunirkan”. (Note: Munir Said Thalib adalah aktivis HAM dan ketua LSM Kontras. Dia tewas diracun sewaktu dalam penerbangan dari Singapura ke Amsterdam, Sepember 2004. Banyak pihak yang meyakini bahwa Munir dibunuh dalam skenario operasi unit siluman).

Saya mulai mencemaskan aspek keselamatan UAS. Sebab, beliau tidak mau “dibawa masuk” ke kubu penguasa. UAS menolak undangan dari pejabat yang sangat disanjung oleh para pengusungnya. Bagi saya, penolakan yang ditunjukkan oleh UAS itu merupakan bentuk penyepelean yang bisa ditafsirkan “you’re finished” ("Anda selesai"). Tidak mustahil unit siluman telah mengadopsi “tafsiran radikal” itu sehingga, bagi mereka, UAS harus dieliminasi dalam arti literal.

Sangat mudah bagi unit siluman untuk “menghentikan” UAS. Mereka sangat lihai untuk urusan ini. Dengan segala cara. Dan bisa tak terasa bahwa itu pekerjaan unit siluman.

Mengingat tahun politik sudah dekat dan waktu pemilihan pejabat penting relatif tak terlalu jauh, ada baiknya pihak pengelola aktivitas UAS mulai berhati-hati dan senantiasa waspada. Boleh jadi UAS sudah masuk “target list” unit siluman dan ditandai sebagai “obstacle” (perintang). Sebab, posisi UAS sebagai “rallying point” (titik kumpul) umat bisa saja dianggap akan mengganggu kelancaran skenario keterpilihan seorang penguasa. Nah, orang-orang siluman bertugas untuk menyingkirkan “obstacle” itu.

Perlu diingat bahwa di tengah pergelutan politik yang sangat krusial di tahun 2018 dan 2019, pihak penguasa tidak berkenan ada magnet lain di tengah masyarakat, apalagi magnet sekuat UAS. Konon pula Sang Magnet baru ini tidak mau diajak bergandengan.

Jadi, bagi saya, “Bali-Hongkong-PLN Connection” merupakan isyarat untuk mengaktivasikan tombol “suk dzon” (sangka buruk) terhadap para penguasa.

Ustad Abdul Somad harus berhati-hati. Tentunya tidak keliru juga jika beliau hanya bertawakkal saja kepada Allah SWT. Ini malah lebih baik. Hanya saja, menurut hemat saya, membaca gerak-gerik dan bahasa tubuh orang lain di sekeliling kita, boleh jadi akan menggenapkan ketawakkalan itu.

Perlu juga diingat bahwa unit-unit siluman tidak mengenal konsep halal-haram atau baik-buruk. Sebaliknya, brutalitas adalah keseharian mereka.

Penulis: Asyari Usman

Sumber: Portal Islam

Dibantah Partai Demokrat, HNW Tegaskan Memang Benar Demiz Ada Kontrak Politik Pilpres 2019

Dibantah Partai Demokrat, HNW Tegaskan Memang Benar Demiz Ada Kontrak Politik Pilpres 2019


10Berita, Sekjen DPP Partai Demokrat Hinca Panjaitan membantah adanya kontrak politik yang mewajibkan Deddy Mizwar (Demiz) mendukung capres pilihan partainya untuk mendapat dukungan di Pilgub Jawa Barat.

Bantahan ini disampaikan Hinca menanggapi pernyataan Wakil Ketua Dewan Syuro PKS Hidayat Nur Wahid terkait alasan menarik dukungan untuk Demiz.

(Baca: HNW: Demiz Ada Kontrak Politik dengan Demokrat di Pilpres 2019)

Hinca mengatakan, Demokrat tak pernah mensyaratkan hal tersebut saat memberikan dukungan kepada Deddy. Sebab, menurutnya Pilgub dan Pilpres merupakan hal yang berbeda.

“Sama sekali tidak ada syarat begitu,” tegas Hinca melalui pesan singkat kepada kumparan.com, Jumat (29/12).

“Etika politik di Partai Demokrat, bersih, cerdas dan santun. Jadi kami pastikan pilkada ya pilkada,” tambahnya.

Di sosial media juga ramai kader-kader dan pendukung Partaiu Demokrat yang membantah pernyataan Hidayat Nur Wahid. Bahkan ada yang menuding Hidayat Nur Wahid telah melakukan fitnah dan Hoax.

Atas simpang siurnya kabar terkait kontrak politik Demiz di Pilpres 2019, Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa info yang disampaikannya itu benar.

"BENAR yang saya sampaikn bahwa Demiz ada komitmen/kontrak politik dengan PD untuk menangkn capres PD, info tsb kami dapat dari 2 pihak yang sangat dipercaya oleh Demiz. Beliau juga tak bantah statemen saya; baik yang dipublik atau yg saya kirim ke Beliau via WA.  Detilnya bisa ke Demiz juga," kata Hidayat Nur Wahid melalui akun twitternya siang ini, Ahad (31/12/2017).

Ttg INFO BENAR yg saya sampaikn bhw Demiz ada komitmen/kontrak politik dg PD unt menangkn capres PD, info tsb kami dapat dari 2 pihak yg sangat dipercaya olh Demiz. Bliau jg tak bantah statemen saya;baik yg dipublik atau yg saya kirim ke Beliau via WA. Detilnya bisa ke Demiz jg.

— Hidayat Nur Wahid (@hnurwahid) 31 Desember 2017


Sumber : PORTAL-ISLAM.ID

Pembangunan Jokowi Saat Ini Tidak Berorientasi pada Kepentingan Masyarakat, melainkan hanya Proyek

Pembangunan Jokowi Saat Ini Tidak Berorientasi pada Kepentingan Masyarakat, melainkan hanya Proyek

10Berita  Agenda pembangunan Joko Widodo dinilai buka berorientasi pada masyarakat. Pembangunan yang ada saat ini malah dilihat sebagaibasis proyek semata.

“Agenda pembangunan infrastruktur yang selama ini telah berjalan sebenarnya hanya berorientasi proyek, tidak berorientasi kepada masyarakat. Sebab, ekses belanja infrastruktur bagi pemulihan ekonomi dan daya beli masyarakat terbukti tak banyak,” kata Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, di akun Twitter pribadi miliknya, Sabtu (31/12/2107).

Fadli berpendapat seharusnya yang diperhatikan lebih itu bagaimana caranya daya beli masyarakat menanjak, bukan sebaliknya dan buka dengan pembangunan semata. “Melalui sejumlah pernyataan, saya telah mengingatkan pemerintah bahwa dalam jangka pendek, persoalan ekonomi utama yang harusnya diselesaikan adalah soal daya beli masyarakat.

Baru, dalam jangka panjang, pemerintah membenahi kemampuan produksi nasional.”

Sehingga menurut Fadli, dengan kerangka tersebut, infrastruktur yang seharusnya dibangun adalah infrastruktur pertanian dan industri, dan bukannya jalan tol. Pembangunan sektor pertanian dan perdesaan mestinya jadi prioritas pemerintah. 

Sumber : voa-islam.com

Ancaman Trump Tak Berpengaruh bagi Indonesia

Ancaman Trump Tak Berpengaruh bagi Indonesia


Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump Foto: Business Insider

10Berita, JAKARTA –Staf Ahli Menteri Pertahanan Bondan Tiara Sofyan menegaskan bahwa ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donal Trump yang akan menghentikan bantuan hibah sosial tak akan berpengaruh pada Indonesia.

“Dampaknya sangat minimal, tak berpengaruh ke Indonesia,” tegas Bondan seperti dikutip dari Anadoulu, Jumat (29/12/2017) di Jakarta.

Indonesia adalah satu dari 128 negara yang memberi suara setuju pada resolusi PBB yang menolak keputusan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dampaknya, Indonesia menjadi salah satu negara yang masuk dalam daftar ancaman Trump.

Kementerian Pertahanan, kata Bondan, sudah membahas ancaman penghentian hibah tersebut secara detil dengan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto.

“Kita negara besar dan memiliki kedaulatan, tidak bisa disetir,” tegasnya.

Bondan menyebut hibah tersebut berupa 24 unit pesawat F1 bekas. Beberapa di antaranya sudah dikirim ke Indonesia dan digunakan di Skuadron 3 Landasan Udara Iswahyudi madiun.

“Sudah berjalan lama, tinggal diselesaikan. Jadi tepatnya itu bukan hibah, tapi the coming procurement,” kata Bondan. []

Sumber : Islampos

Habib Rizieq: Ane Hijrah ke Makkah, Allah Munculkan Ust. Abdul Somad di Indonesia

Habib Rizieq: Ane Hijrah ke Makkah, Allah Munculkan Ust. Abdul Somad di Indonesia


10Berita –  Beredar video yang berisi pertemuan ulama kondang asal Riau, Ustadz Abdul Somad dengan Imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Dalam keterangan video yang muncul beberapa jam lalu itu, disebutkan pertemuan dilakukan di Makkah, Saudi Arabia.

Video berdurasi sekitar 15 menit itu memperlihatkan Habib Rizieq yang menggunakan pakaian serba putih itu terlihat menggandeng tangan ust. Abdul Somad yang menggunakan baju dan peci hitam. Ustadz Abdul Somad dalam video itu disebut sedang menjalankan ibadah umrah.

Dalam kesempatan tersebut, Habib Rizieq menyampaikan rasa syukurnya atas kedatangan ustadz Abdul Somad. Habib Rizieq pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh masyarakat baik di Indonesia maupun di luar yang selalu istiqomah berada di belakang ulama dan habaib.

“Jangan biarkan siapun mengganggu ulama dan habaib. Kita doakan Ustadz Abdul Somad selalu dijaga dari makar-makar musuhnya, derajat beliau ditinggikann oleh Allah baik di dunia maupun akhirat,” kata Habib Rizieq yang disambut takbir oleh jamaah yang memadati pertemuan, Sabtu (30/12).

Menurut Habib Rizieq, Ustadz Abdul Somad sangat pantas untuk dijadikan sebagai pemersatu umat Islam dan penjaga dari agama, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Umat Islam yang mayoritas ini merupakan perekat untuk menjaga keutuhan NKRI. Sekali lagi NKRI masih ada bediri tegak karena kerekatan umat Islam dari Sabang sampai Merauke,” tegas Habib Rizieq.

Habib Rizieq, dalam kesempatan itu pun meminta doa agar perjuangan Ustadz Abdul Somad selalu dibantu dengan kemenangan dan pertolongan yang nyata.

“Umat Islam wajib bersykur ke Allah, ane hijrah ke Makkah saat ini Allah munculkan ustadz Abdul Somad dan ulama lainnya banyak sekali ustadz yang bagus kualitasnya di Indonesia muncul. Orang muda harus dimunculkan, Allah enggak akan biarkan Indoensia sepi dari pendakwah, kosong dari pejuang keadilan,” demikian Habib Rizieq.(kl/rmol)

Sumber : Rmol

Kilas Balik Politik Nasional 2017: Dari Ahok Sampai Setnov

Kilas Balik Politik Nasional 2017: Dari Ahok Sampai Setnov


10Berita,   Tahun 2017 sebentar lagi akan berakhir, berbagai peristiwa penting turut mnghiasi perjalanan Indonesia sebagai bangsa. Terkhusus dalam konteks politik, negara ini masih belum mencapai politik yang berkualitas, masih berpedoman pada kuantitas. Kuantitas yang dimaksud di sini adalah bahwa elit politik tak begitu peduli dengan ‘pendidikan politik’, yang mereka tahu hanya bagaimana kekuasaan digenggam, sebanyak mungkin, selama mungkin.

Persoalan kita selalu pada sisi bagaimana ‘mengisi kekuasaan’, seringkali proses politik yang berdarah darah tak diisi dengan pembangunan politik yang  sustainable  (berkesinambungan). Hal inilah yang disebut para pengamat sebagai demokrasi prosedural (hanya berbicara siapa yang akan kita pilih untuk memimpin) belum sampai pada fase demokrasi substansial (berbicara kemaslahatan rakyat, dengan: pembangunan, penyempitan kesenjangan, pelestarian lingkungan dan lain sebagainya).

Bagaimana mungkin perekonomian negara stabil jika politik tidak stabil. Dua hal yang akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi, pertama: politik, kedua: keamanan. Kita patut bersyukur karena aparat Polri-TNI masih berada di ‘garis tengah’ untuk memastikan keamanan di dalam negeri. Bagaimana dengan politik nasional kita? Masihkah dendam pemilu lalu membekas? Adakah harapan untuk tahun politik 2018 dan puncaknya 2019?

Rangkum Politik 2017

Kalau kita mengurutkan kegaduhan politik selama 2017, Pilkada DKI februari lalu masih menduduki puncak klasemen. Pasalnya, akibat ‘keseleo lidah’ seorang Ahok, bangsa ini terkuras energinya. Lautan massa berkali kali turun ke jalan akibat keyakinannya yang diyakini telah dinodai oleh Ahok.

Ahok menjadi trending topic di mana mana sampai dirinya dijebloskan ke jeruji besi pada bulan Mei lalu. Ahok effect mencetak sejarah, lautan massa terbanyak sepanjang aksi demonstrasi di Indonesia, jumlahnya tak bisa pasti, jutaan warga bukan hanya dari DKI tumpah ruah, tergerak akibat ucapan Ahok. Tetapi syukurnya, tak ada amarah di aksi massa tersebut, mereka mencerminkan demonstrasi yang konstitusional.

Buntut dari kasus ini adalah semakin banyaknya sentimen SARA berkelindan di laman sosial media kita. Akun akun provokatif begitu marak, negara tidak cepat membasminya. Persinggungan SARA sampai detik ini masih membabi buta di sosial media. Tugas polisi tentu bukan hanya menangkapi penghina berbasis SARA, oleh sebab itu, warga negara perlu bijak bermedia sosial, pun para elit politik perlu mendukung integrasi nasional bukan malah sebaliknya.

Seperti kasus Viktor Laiskodat ketua Fraksi Nasdem DPR RI. Agustus 2017, Viktor dalam sebuah acara di NTT menyebut beberapa partai politik pro khilafah dan intoleran. Viktor bahkan berujar secara frontal: kita bunuh pertama mereka sebelum kita dibunuh. Viktor menuduh Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN sebagai partai yang dimaksudnya. Viktor pun dalam pidato tersebut seketika menjadi ahli agama dengan mengatakan bahwa khilafah itu mewajibkan semua (termasuk non muslim) untuk salat. Tak pelak, pidato tersebut menimbulkan amarah bagi kaum Islam Indonesia.

Sangat disayangkan, tokoh politik seperti Viktor Laiskodat memiliki ‘cacat pikir’ sehingga lagi lagi, sentimen SARA kembali bak ‘api dalam sekam’. Dengan ucapan Viktor yang provokatif tersebut, berkali kali aksi massa tumpah ruah ke jalan. Tadinya kita berpikir para politisi bisa mengambil pelajaran dari Ahok, ternyata semakin parah. Yang sangat disayangkan selanjutnya, proses hukum dari Viktor yang berjalan lamban, padahal ia telah memprovokasi, mengoyak kerukunan umat beragama.

Oktober 2017, kegaduhan lain datang dari mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Gatot mengungkapkan ada 5.000 senjata ilegal yang didatangkan oleh instititusi nonmiliter ke Indonesia, Gatot menyampaikan hal itu di acara silaturahmi dengan purnawirawan jenderal dan perwira aktif TNI pada, Jumat 22 September 2019 (Tempo.co, 2/10/17)

Diketahui sebelumnya bahwa 500 senjata tersebut milik BIN untuk sekolah intelijen seperti dikutip dari pernyataan Wiranto, kemudian senjata berat dengan jenis SAGL (Stand Alone Grenade Launcher) yang tertahan di Bandara Soetta adalah miliki korps Brimob Polri.

Pernyataan Gatot ini membuat gaduh, membuat publik bertanya. Setidaknya ada dua pertanyaan penting menyikapi kisruh soal senjata ini. Pertama: apakah Polri dan TNI tidak ‘seakidah’ lagi dalam memandang kepentingan nasional?. Kedua: apakah ancaman eksternal sudah menggunung, yang menyebabkan institusi selain TNI juga berbenah dengan persenjataan canggih?

Gatot akhirnya dipanggil Presiden namun ia enggan membeberkan perbincangannya dengan Presiden. Akibatnya, Gatot kerap disindir Presiden Jokowi secara implisit agar tetap menjunjung tinggi netralitas TNI. Ketidakmesraan Jokowi dan Gatot akhirnya termanifestasikan dengan pergantian Panglima TNI yang terkesan sangat buru-buru padahal Gatot baru akan pensiun pada maret 2018. Hal ini semakin jelas pula ketika Marsekal Hadi menganulir keputusan mutasi Pati TNI yang dibuat Gatot beberapa waktu lalu.

Kalau Ahok effect atau Pilkada DKI membuka kegaduhan politik 2017, maka menurut saya Setya Novanto dan Golkar pantas dinobatkan sebagai penutup kegaduhan politik 2017. Kasus korupsi e-KTP bak sinetron yang episodenya panjang, bak drama yang menarik untuk diterka. Drama dimulai ketika pada 16 November malam Setya Novanto mengalami kecelakaan paska ditetapkan kembali menjadi tersangka oleh KPK.

Banyak kalangan yang melihat kecelakaan Setnov adalah rekayasa agar menghindari proses hukum. Tetapi apa daya, KPK tetap menahan Setnov walaupun masih tertatih di atas kursi roda pada 19 November 2017. Setya Novanto seperti belut, lihai menghindari kasus hukum, kasus Papa Minta Saham contohnya. Kini soal e-KTP, Setnov tampaknya tak bisa menghindar. Kasus hukum Setnov berdampak signifikan bagi dua elemen politik penting, yakni: DPR dan Partai Golkar

Di DPR, jelas Setya Novanto sepatutnya menjadi tauladan, namun sayang seribu sayang, Setnov tak bisa disebut sebagai wakil rakyat.Walaupun citra DPR sebelum kasus Setnov sudah buruk, tetapi akibat kasus ini citra DPR menjadi semakin buruk. 

Pesimisme kita terhadap DPR bukan hanya soal kinerja, tetapi juga soal moral. Kasus Setnov ini memukul demokrasi kita bahwa menjadi pemimpin politik kapasitas bukan ukuran, ini pukulan telak bagi DPR dan Partai Golkar.

Bagi Golkar, tentu psikologi politik publik tak bisa diabaikan. Publik terlanjur memiliki stigma bahwa panglima Golkar ternyata ‘tak bersih’. Namun beberapa elit Golkar gesit bertindak, desakan Munaslub pun diamini dan lahirlah Airlangga Hartanto. 

Pertanyaannya, apakah tindakan itu akan mengobati hati publik yang terluka?. Partai penguasa orde baru tersebut sebenarnya jatuh dua kali soal buruknya kepemimpinan di tubuh Golkar. Di pilpres 2014, di masa Ical, Golkar gagal mendapatkan posisi tawar strategis dan hanya sebagai tim hore saja, kemudian di tahun 2017 ketua umumnya tersangkut kasus hukum.

Tahun politik sudah di depan mata. Menatap Pilkada serentak 2018 dan Pemilihan Presiden 2019 sudah saatnya mengubah perilaku politik para elit untuk menyamakan pemikiran soal politik yang plus ‘ethics’. Pertarungan politik berbasis ide dan gagasan serta ‘perilaku profetik’ dalam berpolitik, tak bisa lagi ditawar untuk menggapai demokrasi Indonesia yang substansial di masa mendatang. Selamat datang 2018!

Sumber : Portal Islam