OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 04 Januari 2018

Organisasi Syi'ah Indonesia Salahkan Arab Saudi Terkait Demo Besar-besaran di Iran

Organisasi Syi'ah Indonesia Salahkan Arab Saudi Terkait Demo Besar-besaran di Iran

10Berita , Bekasi – Menyusul gejolak yang terjadi baru-baru ini, organisasi Syiah Ahlulbait Indonesia (ABI) menyebut sebagai upaya kelompok kiri yang mencoba menumbangkan pemerintah Iran dan menuding Arab Saudi terlibat di dalamnya.

Soal aksi demo di Iran, Ketua Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI) menyebut demonstrasi sebagai hal biasa. Namun, dia menuding adanya kelompok kiri yang memanfaatkan demo rakyat Iran untuk kepentingan politik.

“Saya melihat ada tiga bentuk demo yang terjadi di akhir tahun 2017 yakni demo terkait perekonomian, mengalihkan moment itu ke demo protes politik, dan selanjutnya demo jutaan orang sebagai dukungan,” kata Umar Shahab kepada Kiblat.net, Kamis (02/01/18).

Dia lantas menyebut di Iran ada kelompok-kelompok yang membenci pemerintahan yang selama ini dikomandoi pemimpin tertinggi Syaih, Ayatullah Khamenei. Umar Shahab menyebut Mujahidin Hallab, kelompok pendukung rezim Pahlavi, dan beberapa elemen lain sebagai oposisi atau anti Iran. Kelompok kiri inilah yang memanfaatkan moment di sisi situasi ekonomi Iran yang bergejolak.

“Moment gejolak masalah ekonomi seperti harga yang mahal dan minim kesempatan kerja inilah yang biasa dimanfaatkan kelompok kiri untuk mencoba menumbangkan pemerintah. Saya lihat ada taktis demonstrasi sebagai langkah melihat apakah kelompok kiri ini mendapat dukungan rakyat,” ujarnya.

Umar menilai kelompok kiri tersebut mendapat dukungan dari luar Iran. Setidaknya dirinya melihat ada tiga negara, yaitu Amerika, Israel dan Saudi yang ikut mencampuri urusan tersebut. Sehingga wajar demonstrasi itu berujung menuntut penumbangan pemerintahan saat ini. Bahkan dia menuding bahwa ke tiga negara tersebut juga menghasut pemberontakan di Kurdistan Irak dan Kandahar Afghanistan.

“Persoalan ekonomi Iran, mungkin bisa menjadi pengaruh dari ikut sertanya Iran dalam perang-perang di Timur Tengah. Tetapi demonstrasi kemarin bukan mempersoalkan peran Iran dalam perang,” klaimnya.

Sementara itu, pakar politik Timur Tengah Universitas Indonesia, Muhammad Lutfi Zuhdi membantah keterkaitan negara luar dalam gejolak di Iran. Israel dan Amerika Serikat, terlebih Arab Saudi, tak bisa dikaitkan secara langsung dengan kericuhan dalam negeri Iran.

“Itu teori konspirasi, itu memang diyakini ada. Tetapi teori konspirasi tidak akan pernah berhasil dengan konsisi negara yang dikatakan ada permasalahan. Itu (demo.red) tidak akan bisa meletup jika memang di dalamnya tidak ada masalah, memang ada masalah. Memang di situ ada kesulitan ekonomi, ada kesulitan kehidupan,” ujar Lutfi Zuhdi saat dihubungi Kiblat.net pada Rabu (03/01/2017).

Reporter: Hafizh
Editor: Imam S.

Sumber : Kiblat.

Israelisasi Palestina

Israelisasi Palestina


Oleh: Beggy Rizkiyansyah

10Berita, DUNIA dikejutkan dan dipantik kemarahannya dengan keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Akhirnya Trump-lah yang nekad mengambil keputusan yang dihindari presiden-presiden AS sebelumnya.  Kebijakan luar negeri AS memang seringkali menyokong Israel. Namun keputusan kali ini dianggap banyak pihak tak dapat diterima, termasuk berbagai negara barat yang biasanya tak resisten terhadap kebijakan luar negeri AS di Palestina.

Pemindahan kedutaan ini tak ayal merupakan pengakuan lebih luas terhadap perampasan tanah milik Bangsa Palestina oleh Israel. Dampak dari keputusan ini bukan saja berdampak secara politik, tetapi yang lebih mengenaskan adalah penghapusan perlahan terhadap eksistensi dan ingatan tentang “tanah” Palestina dan orang-orangnya. Sebuah upaya yang sesungguhnya telah dilakukan Israel selama puluhan tahun, dan dapat kita sebut sebagai Israelisasi Palestina.

Proses genosida senyap terhadap identitas, ingatan dan budaya bangsa Palestina berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. Sejak awal pemerintah Israel memang ingin menghilangkan bekas-bekas kehidupan orang-orang Arab di tanah Palestina. Mereka memandang dengan kacamata rasis terhadap orang-orang Arab Palestina. Orang-orang Yahudi yang menginjakkan kakinya di bumi Palestina merasa mereka adalah orang-orang Barat dengan pandangan rasisnya memandang rendah orang-orang Arab sebagai terbelakang, sama seperti ketika orang-orang Spanyol melihat pertama kalinya pribumi Indian di Benua Amerika. Mereka juga menganggap bahwa merekalah yang dijanjikan atas tanah Palestina dan sebaliknya orang-orang Arab Palestina tak punya hak atas tanah Palestina. (Lawrence Davidson: 2012)

Baca: Baitul Maqdis dan Sikap Umat Islam


Maka tak mengherankan ketika pandangan rasialis ini termanifestasi dalam ideologi negara Zionis. Mereka mulai mengusiri orang-orang Arab Palestina. Melalui pemakaian istilah ‘pemindahan,’ mereka melegitimasi aksi pengusiran, dan genosida orang-orang Arab Palestina.

Israel mengusir orang-orang Palestina dan menggantinya dengan masyarakat Yahudi. Mereka terus mengejar perbandingan jumlah penduduk Palestina dengan Yahudi di sana, dan menciptakan negeri khusus Yahudi. Israel pun mulai menggunakan metode serangan militer yang brutal (pembantaian), diikuti eksodus orang-orang Arab yang ketakutan.

Sejak tahun 1948, Desa-desa yang dahulu dihuni oleh orang-orang Arab segera diganti diganti dengan kota-kota Israel. Di wilayah-wilayah yang tak dihuni oleh orang-orang Israel, rumah-rumah yang ditinggalkan oleh orang-orang Arab dirubuhkan, diganti dengan hutan. Hal ini adalah upaya menghilangkan ingatan bahwa dahulu pernah ada manusia (Palestina) yang pernah tinggal di sana.

Penjajah melakukan’yahudisasi’ dengen mengganti nama jalan asli menjadi nama Ibrani

Moshe Dayan, seorang jenderal dan politisi Israel pernah mengatakan bahwa, “…desa-desa Yahudi dibangun di atas desa-desa Arab. Kamu bahkan tak tahu nama arab desa-desa tersebut, dan aku tak menyalahkanmu, karena buku-buku geografi (yang menyebutkan nama-nama desa tersebut) tak ada lagi…” (Lawrence Davidson: 2012)

Christine Leuenberger dan Izhak Schnell dalam The Politics of Maps: Constructing National Territories in Israel (2010) menyebutkan bahwa pendidikan geografi dipakai untuk membantu populasi imigran Yahudi ‘menanamkan’ diri mereka ‘di tanah Israel’, membantu mereka untuk mengembangkan ‘rasa memiliki sebuah tempat’ dan ikatan emosional dan loyalitas pada negara.

Baca: Hamas, Baitul Maqdis dan Izzah Islam


Untuk mencapainya, mereka melakukan pencaplokan.  Bukan saja mengusir orang-orangnya, tetapi juga pada saat yang sama, Israel sejak lama mengklaim wilayah-wilayah yang belum mereka kuasai. Klaim-klaim ini dilakukan melalui pembuatan peta-peta yang secara sepihak mencaplok wilayah-wilayah lain.  Israel memiliki persepsi bahwa tanah Palestina adalah tanah yang terabaikan dan hancur di bawah rezim Arab. Oleh karena itu kehadiran Yahudi adalah untuk mengembalikan lahan tersebut menjadi hidup. Hal ini yang mereka bawa pula ke dalam pembentukan peta Israel. (Christine Leuenberger dan Izhak Schnell: 2010)

Peta-peta ini kemudian menjadi alat klaim oleh Israel terhadap tanah di Palestina. Melampaui wilayah “Palestina” seperti Tepi Barat yang seringkali dihilangkan atau diberi tanda daerah berbahaya. Bukan hanya itu, pada peta-peta tersebut juga diterapkan Ibranisasi atau Yudaisasi. Nama-nama wilayah berbahasa Arab atau Kristen diganti dengan bahasa Ibrani. (Christine Leuenberger dan Izhak Schnell: 2010)

Ibranisasi ini tak lain merupakan politik bahasa oleh Israel. Ibranisasi artinya tidak ada lagi bahasa Arab di sana. Budaya Arab dicabut dari tanahnya. Mereka telah memulai ‘Ibranisasi’ ini sejak tahun 1920-an ketika Jewish National Fund  (JNF) membeli tanah-tanah dari orang Palestina dan mulai mengganti nama-nama wilayahnya dalam bahasa Ibrani. Proses ini bahkan terus berlangsung hingga belakangan ini.

Pada tahun 2009, Menteri Transportasi Israel menyatakan nama-nama jalan di Israel akan sepenuhnya memakai huruf Ibrani (sebelumnya memakai huruf arab, ibrani dan latin). Memakai tiga aksara berarti mendorong “Jerusalem yang Yahudi menjadi Alquds Palestina.” (Lawrence Davidson: 2012)

Penjajah merampas tanah-tanah Palestina, lalu memisahkan jalan khusus warga asli dengan orang Yahudi

Israel berusaha memutus ingatan tentang Palestina dengan menulis ulang sejarahnya di sana. Sejarah itu ditulis ulang dengan menyatakan bahwa ketika orang-orang Israel tiba tanah Palestina dihuni oleh orang-orang Arab yang nomadis, berbahaya dan terbelakang. Tak hanya sampai disitu, Di buku-buku sekolah, orang-orang Arab diberi label sebagai “pembunuh” dan “perampok.” Buku-buku ajar berbahasa Arab untuk anak-anak Palestina disusun bukan oleh orang Palestina.

Artefak-artefak yang menjadi penanda sejarah bangsa Palestina, khususnya sejarah Islam dihapus dengan melakukan penghancuran dan penjarahan. Sejak tahun 1950-an Israel membiarkan penjarahan terhadap museum Palestina oleh serdadu mereka dan mulai menghancurkannya. Para serdadu Israel juga menghancurkan perpustakaan, beserta buku-buku dan arsip Palestina. Situs-situs arkeologi Palestina, artefak-artefaknya, bangunan kuno dan rumah bersejarah dihancurkan. UNESCO menyebut aksi ini sebagai “Kejahatan terhadap budaya umat manusia.”(Lawrence Davidson: 2012)

Baca: Untuk Mengalahkan Yahudi, Kenalilah Tabiatnya


Satu hal yang paling berbahaya dan menyakitkan adalah masih terus dilakukannya penggalian di bawah pondasi Masjid Al-Aqsa. Masjid yang menjadi tempat suci ke tiga umat Islam. Menurut Ramzy Baroud, doktor dari Exeter University, ancaman runtuhnya Masjid Al-Aqsa sangat nyata, dan merepresentasikan mental yang menguasai Israel: Salah satu bentuk aneksasi dan pendudukan militer, tanpa mempedulikan tempat yang dianggap suci oleh 1,6 triliun muslim di seluruh dunia. (Ramzy Baroud: 2014)

Ingatan kolektif bangsa Palestina tentu saja merupakan ancaman bagi Israel. Mereka berupaya mencabut ingatan tersebut dengan melarang kegiatan budaya orang-orang Arab di Yerusalem. Ketika UNESCO pada tahun 2009 memutuskan Yerusalem Timur sebagai Ibukota Budaya Arab, Israel dengan segera menolaknya. Mereka menolak acara-acara UNESCO bukan saja di Yerusalem, tetapi juga di kota-kota lain. Acara-acara olahraga orang Palestina, festival sastra dan perempuan juga dilarang. (Lawrence Davidson: 2012)

Langkah-langkah Israel terhadap bangsa Palestina dianggap Lawrence Davidson sebagai bentuk genosida kultural. Genosida kultural,seperti dikutip  dalam The Concept of Cultural Genocide: An International Law Perspective, adalah “Penghancuran oleh negara atau organ negara terhadap budaya (kultur) sebuah komunitas dalam maknanya yang luas, termasuk ‘material spiritual tertentu, intelektual, dan emosional yang terdapat dalam sebuah masyarakat atau kelompok sosial’, mencakup ‘seni dan sastra, gaya hidup, cara hidup bersama, sistem nilai, tradisi dan kepercayaan.’ “(Elisa Novic: 2016)

Pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibukota Israel hanya akan semakin mendorong Israel untuk menambah panjang kisah buram genosida kultural terhadap bangsa Palestina. Sebuah upaya yang dibutuhkan Israel untuk menghilangkan ingatan dunia akan keberadaan bangsa Palestina, budaya, dan tanah airnya.*

Pegiat Jejak Islam untuk Bangsa (JIB)

Sumber : Hidayatullah.com

Kepala Bappenas Sebut Jurang Kemiskinan di Indonesia Kian Dalam

Kepala Bappenas Sebut Jurang Kemiskinan di Indonesia Kian Dalam

10Berita – Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, saat ini memang angka kemiskinan semakin turun. Namun, penurunan ini belum berdampak pada kedalaman dan keparahan kemiskinan yang justru semakin besar.

Bambang menjelaskan, salah satu persoalan yang harus diperbaiki untuk mengurangi lubang kedalaman kemiskinan di Indonesia adalah perbaikan dalam program subsidi. Hingga akhir 2017 dari hasil evaluasi masih ada subsidi yang tidak tepat sasaran.

“Kemarin rastra (beras sejahtera) dan subsidi itu banyak yang tidak tepat sasaran dan tepat jumlah,” ujar Bambang di Istana Negara, Rabu (3/1).

Berdasarkan data yang dihimpun, pada September 2017 jumlah penduduk penduduk miskin di Indonesia sebesar 26,58 juta orang atau 10,12 persen, turun 0,52 persen jika dibandingkan Bulan maret 2017 yaitu 27,77 juta orang. Nilai ini juga membaik dibandingkan September 2015 sebesar 11,13 persen dan September 2017 10,70 persen.

Meski demikian, pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah untuk mengurangi indeks kedalaman dan keparah kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Untuk itu angka inflasi harus ditekan, dan stabilitas harga pangan wajib dikendalikan, Termasuk program sosial seperti pangan nontunai yang rencananya akan didistribusikan awal tahun ini.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat paripurna pertama pada 2018 mengingatkan jajarannya terhadap pekerjaan rumah yang harus terus diselesaikan. Di antaranya yakni menurunkan indeks kemiskinan, meskipun data dari BPS ketimpangan nasional turun hingga 0,52 persen.

Tak hanya itu, Jokowi juga meminta agar pemerintah fokus pada peningkatan sumber daya manusia baik melalui pelatihan dan juga pendidikan ketrampilan. Pelatihan ketrampilan di sekolah pun juga perlu tersambung dengan dunia kerja dan kebutuhan industri. Sebab, dengan perbaikan mutu SDM maka bisa berdampak pada penurunan kemiskinan dan menyempitkan kesenjangan sosial. (Rol)

Sumber :Eramuslim

Pro Zionis, Singapura Larang Pemutaran Film Dokumenter Palestina

Pro Zionis, Singapura Larang Pemutaran Film Dokumenter Palestina


10Berita – Badan Pengembangan Media Informasi Singapura (IMDA) melarang pemutaran film dokumenter yang menerangkan penjajahan Palestina yang dilakukan Zionis-Israel.

Menurut IMDA, pemutaran dan peredaran film yang bernama ‘Radiance of Resistance’ itu dilarang di festival fim yang akan dimulai esok hari.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan IMDA, berkilah bahwa film tersebut tidak menjelaskan penjajahan terhadap  Palestina yang dilakukan Zionis Israel secara objektif, sehingga dilarang pemutarannya ke masyarakat.

Seperti yang diketahui film itu memperkenalkan pertikaian antara Palestina dan Zionis-Israel yang diambil berdasarkan kacamata dua perempuan Palestina.

Film tersebut menggambarkan bahwa ada sosok figur yang bisa ditiru dalam perlawanan melawan penjajah, sehingga menginspirasi perlawanan terhadap Israel.

Film yang mengundang kontroversial di Singapura itu disutradarai oleh warga Amerika Serikat (AS), Jesse Roberts, yang bercerita tentang kehidupan orang-orang Palestina di bawah kependudukan Zionis Israel. (Aa/Ram)

Sumber : Eramuslim

Suami Ganteng, Kaya, Saleh OK, Tapi Saya Gelisah…

Suami Ganteng, Kaya, Saleh OK, Tapi Saya Gelisah…

10Berita, Bahagia dalam keluarga kadang abu-abu. Dari luar terlihat cukup, tapi di dalam justru was-was. Orang boleh mengatakan: di atas langit ada langit. Tapi, di atas gunung bukan ada gunung. Melainkan, jurang.

Hidup berumah tangga memang unik. Satu tambah satu yang selalu dua dalam rumus matematika, tidak begitu di keluarga. Terutama soal cinta suami isteri.

Orang luar boleh-boleh saja menilai tentang kebahagiaan seorang isteri terhadap kelebihan suami dan keluarganya. Betapa tidak; suami ganteng, penghasilan lebih dari cukup, rumah bagus, kendaraan dua. Apalagi? Wajar kalau ada yang iri dengan tampilan luar begitu. Karena hampir semua wanita pasti ingin seperti itu.

Tapi gimana kalau di balik kebahagiaan itu ada was-was. Lho? Soalnya, bukan rahasia lagi kalau setelah ada cukup, pasti ada kurang. Artinya, kelebihan buat isteri kadang bisa menjadi kekurangan buat suami. Isteri boleh bahagia dengan kelebihan yang ada, tapi suami justru jadi merasa kurang ‘tantangan’. Tantangan?

Ada banyak cara yang mungkin dilakukan suami mencari tantangan baru. Di antaranya, membangun rumah baru, menyekolahkan anak keluar negeri, dan ada satu yang biasa dikhawatirkan seorang isteri: kawin lagi. Setidaknya, hal itulah yang kini dirasakan Bu Wiwin.

Ibu tiga anak ini memang patut bersyukur. Jarang muslimah yang bisa hidup sebahagia Bu Wiwin. Punya rumah bagus, kendaraan lebih dari satu, serta suami yang saleh dan ganteng. Kemana pun Bu Wiwin pergi, selalu bertabur hormat dan pujian. Tidak heran jika Bu Wiwin selalu senyum tiap kali ketemu orang. Sapaan dibalas senyuman. Dan senyuman dibalas dengan senyum yang lebih manis lagi. Indahnya!

Begitukah sebenarnya perasaan Bu Wiwin? Ini memang menarik. Tak seorang pun bisa menduga kalau Bu Wiwin sebenarnya gelisah. Ia tidak menihilkan nikmat Allah yang begitu banyak. Tapi, ada perasaan gundah ketika melihat kecukupan itu.

Entah kenapa Bu Wiwin punya perasaan lain kalau ada temannya bertanya soal suaminya. Dalam hal apa pun: pekerjaan, kesukaan, dan lain-lain. Terlebih ketika yang bertanya belum dan atau tidak lagi bersuami. Wah, bisa tidak tidur tiga malam.

“Memangnya Bu Wiwin kenapa?” tanya seorang teman ketika kegelisahan tak lagi bisa disembunyikan. Tak satu pun kata terucap dari Bu Wiwin kecuali untaian senyum.

Sepertinya, Bu Wiwin tidak ingin seorang pun tahu apa masalahnya. Soalnya, ia sendiri bingung mau bilang apa kalau was-wasnya terungkap. Apa yang kurang dari suami Bu Wiwin. Tampang oke, kocek tebal, akhlak jempolan. Semua syarat nyaris terpenuhi. Cuma satu yang masih tersangkut kalau dugaan Bu Wiwin tentang suaminya itu benar: ketidaksetujuannya. Dan itu justru menjatuhkan dirinya sendiri.

Duh, Bu Wiwin benar-benar bingung. Gelisah. Terlebih akhir-akhir ini. Ia menangkap ketidakwajaran suami tercintanya. Entah kenapa, Bu Wiwin merasakan kalau suaminya terlihat sering grogi. Kalau sendirian, suaminya seperti membayangkan sesuatu. Dan, kemudian senyum sendiri. Gila?

“Astaghfirullah!” ucap Bu Wiwin dalam hati. Tidak mungkin suaminya sakit jiwa. Justru, suaminyalah yang dikenal masyarakat sebagai dokter jiwa. Orang-orang yang gelisah akan menemukan mata air ketenangan saat mendengar nasihat suami Bu Wiwin. Lembut, tapi berbobot.

Bu Wiwin khawatir, bayang-bayang yang dianggapnya hitam selama ini terwujud. Ia bukan tidak setuju. Tapi benar-benar tidak kuat kalau suaminya nikah lagi. Berat!

Ia sudah mengantongi alasan kenapa muslimah lebih cepat bersedia menjadi isteri kedua daripada isteri pertama. Alasannya sederhana, tapi agak filosofis. Kalau isteri kedua, dari tidak ada menjadi ada. Tapi buat yang pertama, dari ada menjadi berkurang. Beda kan!

Dan suatu malam, kekhawatirannya kian menjadi. Ketika itu, Bu Wiwin mendapati suaminya menyebut-nyebut nama seorang wanita dalam keadaan tidur. “Mutia! Mutia! Mutia!” Saat itu juga ia terperanjat bukan main. Diingatnya nama itu kuat-kuat. Biarlah hafalannya berkurang asal nama itu tidak menghilang.

Namun, peristiwa itu tetap menjadi rahasia dan misteri. Rahasia karena tak seorang pun yang ia ceritakan. Dan misteri, karena Bu Wiwin belum pernah dengar nama itu kecuali dari mulut suaminya.

“Siapa Mutia?” Bu Wiwin jadi penasaran. Rasa-rasanya, tak ada nama akhwat di daerah tempat tinggalnya. Begitu pun di kantor tempat suaminya bekerja. Apa itu cuma mimpi? Dan penasaran Bu Wiwin kian menjadi ketika di malam yang lain, nama itu kembali disebut-sebut suami.

Bu Wiwin kian yakin kalau suaminya sedang jatuh cinta. Keyakinan itu menjadikan pikiran Bu Wiwin tak bisa konsen. Hatinya gundah. Sesekali ia menangis. Pelan tapi pasti, suara hatinya seperti berujar, “Terimalah kenyataan ini, Win!” Dan tangisnya pun kian menjadi.

Hanya ada satu cara untuk bisa memastikan: keterbukaan. Bu Wiwin sudah membayangkan apa yang akan diucapkan orang tua, kakak, adik, teman, dan tetangganya. Tapi, kenyataan tetap kenyataan. Ia harus mendengar langsung dari suaminya.

“Ayah sedang jatuh cinta?” tanya Bu Wiwin langsung ke suaminya. Walau berat, ia harus dapat kepastian. Yang ditanya tersenyum. “Apa kamu siap menerimanya?” tanya sang suami lebih terbuka. Bu Wiwin mulai menangis. “Silakan ayah ucapkan!” ucapnya sambil terisak.

“Isteriku. Kalau kamu tidak keberatan, aku akan mengangkat anak yatim Aceh sebagai anak kita. Namanya Mutia!” ucap suami Bu Wiwin tenang. “Kamu bersedia?” tanya suaminya seraya menatap sang isteri agak keheranan. (mn)

Sumber :Eramuslim 

Muncul Istilah “Hoax Membangun”, Ini Tanggapan Cadas Rocky Gerung

Muncul Istilah “Hoax Membangun”, Ini Tanggapan Cadas Rocky Gerung


Rocky Gerung (tvOne)

10Berita, Ada tagar baru yang langsung jadi trending topic di Twitter; #HoaxMembangun. Tagar ini bermula dari istilah yang dikenalkan oleh Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi usai dilantik Presiden Jokowi.

"Kalau hoax itu membangun, ya kita silakan saja, tapi jangan terlalu memproteslah, menjelek-jelekanlah, ujaran-ujaran yang tidak pantas, saya rasa bisa dikurangi," kata Djoko Setiadi di Istana Negara, Rabu (3/1/2018).

Baca: Kepala Badan Siber Dilantik, #HoaxMembangun Jadi Trending Topic

Menyikapi istilah itu, dosen Universitas Indonesia (UI) Rocky Gerung melontarkan tanggapan cadas.



“Gue kate juge ape,” tandas Rocky Gerung, Rabu (3/1/2018), menjawab berita berjudul Kepala Badan Siber: Kalau “Hoax” yang Membangun, Silakan Saja.

Sebelumnya, Rocky Gerung mengatakan bahwa para ‘kecebong’ secara rutin dilatih di Pusat Hoax Nasional. (Baca: Mengapa ‘Kecebong’ Cerdik Mainkan Hoax? Rocky Gerung: Mereka Dilatih di Pusat Hoax Nasional)

“1. Bong tak paham perbedaan. Mereka cuma tahu permusuhan. 2. Mereka dilatih untuk membenci yang berbeda. Pelatihnya dibayar untuk itu. 3. Secara rutin mereka dilatih di Pusat Hoax Nasional,” kata Rocky Gerung melalui akun Twitter pribadinya, @rockygerung, 20 Desember lalu.

Ini pula yang dihubungkan oleh netizen dan diretwit Rocky Gerung menanggapi istilah “hoax yang membangun.”

“@rockygerung .. Judul Berita ini mengingat sy dgn Twit anda yg Fenomenal itu.. "Hoax terbaik adalah....."” kata @ferly_norman

Sumber : Tarbiyah

PKS Targetkan Kemenangan 60 Persen di Pilkada 2018

PKS Targetkan Kemenangan 60 Persen di Pilkada 2018

- PKS mengumpulkan seluruh calon kepala daerah yang akan diusung dalamPilkada serentak 2018 pada acara Ikrar Pemenangan Calon Kepala Daerah di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (4/1/2018).

Ketua Tim Pemenangan Pemilu DPP PKS Chairul Anwar mengatakan, PKS telah melakukan proses yang sangat panjang dalam menentukan setiap pasangan calon kepala daerah, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota.

"Kesiapan ini tentunya kami buktikan dengan 116 SK DPP PKS yang telah kami keluarkan kepada sejumlah pasangan calon kepala daerah," kata Chairul di Hotel Bidakara.

Menurut Chairul, ikrar pemenangan calon kepala daerah oleh PKS untuk menyamakan platform dan meraih target kemenangan 60 persen di Pilkada serentak 2018.

"Dengan kemenangan ini diharapkan dapat memberi kontribusi besar bagi kebijakan publik yang berpihak kepada kemaslahatan umat, bangsa dan negara," ujar Chairul.

Sementara Ketua Bidang Humas DPP PKS ledia Hanifa mengatakan, ikrar pemenangan akan dihadiri oleh 9 pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, 45 pasangan calon walikota dan wakil walikota, dan 16 pasangan calon bupati dan wakil bupati pada Pilkada 2018.

Calon gubernur dan wakil gubernur yang datang di acara itu antara lain Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Jawa Barat; Zulkieflimansyah-Siti Rohmi Djalilah di NTB; Isran Noor-Hadi Mulyadi di Kalimantan Timur; dan, Muhammad Kasuba-Majid Husein di Maluku Utara.

Selanjutnya, Syamsuar-Edy Nasution di Riau; Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman di Sulawesi Selatan; Said Assagaff-Anderias Rentanubun di Maluku; Lukas Enembe- Klemen Tinal di Papua; dan, Asrul-Hugua di Sulawesi Tenggara.

"Seluruh calon kepala daerah yang diusung PKS akan mendengarkan arahan dari Presiden PKS Sohibul Iman, menerima SK dukungan, membaca ikrar pemenangan, dan Pakta integritas. Lalu ditutup menyimak arahan dari Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al Jufri," kata Ledia. 

Sumber : Suara.com

Foto 15 hewan terancam punah jepretan pria ini epik banget

Foto 15 hewan terancam punah jepretan pria ini epik banget

10Berita - Saat ini, kerusakan pada lingkungan dan ekosistem bukan lah hal yang baru lagi. Kita sudah sering melihat lingkungan dan ekosistem yang rusak hingga membuat banyak spesies hewan ikut terancam punah. Hal ini bisa kita lihat dari semakin berkurangnya populasi hewan-hewan dari tahun ke tahun. Bahkan banyak juga hewan yang menghampiri pemukiman warga demi mencari makanan.

Hal seperti ini lalu menjadi sorotan seorang fotografer asal Inggris bernama Tim Flach. Flach bahkan rela menghabiskan 2 tahun terakhir untuk menghampiri habitat hewan yang terancam punah ini dan mendokumentasikannya. Beberapa hewan yang berhasil diabadikan Flach ini bahkan bagi sebagian orang baru pertama kali dilihat.

Penasaran hewan apa saja yang sukses diabadikan oleh pria asal Inggris ini? Yuk simak foto 15 hewan terancam punah yang bikin takjub sekaligus miris seperti brilio.netrangkum dari akun Instagram @timflachphotography, Rabu (3/1).

1. Iberian Lynx, spesies kucing liar asli Semenanjung Iberia di Eropa barat daya.

2. Ring-Tailed Lemur, primata strepsirrhine besar dan dikenal karena ekornya yang panjang dengan warna belang hitam-putih.

3. Hyacinth Macaw, burung beo asli Amerika Selatan bagian tengah dan timur yang badannya lebih panjang dari spesies burung beo lainnya.

4. Philippine Eagle, elang ini masih satu keluarga dengan Accipitridae yang endemik di hutan Filipina.

5. Saiga Antelope, kijang langka ini awalnya menghuni area padang rumput stepa Eurasian di kaki Pegunungan Carpathian dan Kaukasus kemudian pindah ke Dzungaria dan Mongolia.

6. Red Panda, hewan ini juga sering disebut kucing beruang merah dan merupakan mamalia asli Pegunungan Himalaya timur dan Cina barat daya.

7. Firefly, kunang-kunang memang kini sudah sangat jarang ditemui karena habitatnya juga kini makin berkurang. Serangga yang mampu menghasilkan cahaya ini juga bisa menjadi indikator udara, di mana ada kunang-kunang berarti area itu udaranya bersih.

8. Red-Crowned Crane, spesies ini juga sering disebut burung bangau Jepang atau Manchuria. Hewan ini merupakan burung bangau paling besar di antara burung bangau langka lainnya.

9. Pied Tamarin, salah satu primata yang terancam punah ini hidup di hutan hujan Amazon, Brasil.

10. Shoebill, dikenal juga whalehead atau bangau berbentuk sepatu merupakan burung bangau yang sangat besar.

11. Sea Angel, kelompok besar siput laut yang ukurannya sangat kecil.

12. Marine Iguana, juga disebut Galapagos marine iguana merupakan spesies iguana yang hanya ditemukan di Pulau Galapagos.

13. Kaiser's Spotted Newt, spesies salamander yang warnanya sangat unik di keluarga Salamandridae dan endemik di Pegunungan Zagros selatan di Iran.

14. Beluga Sturgeon, spesies ikan anadromous dalam famili sturgeon dan cuma ditemukan di cekungan Laut Kaspia dan Laut Hitam dan kadang di Laut Adriatik.

15. Black Snub-Nosed Monkey, primata dengan nama lain Yunnan Snub-Nosed Monkey ini merupakan spesies yang terancam punah di keluarga Cercopiyhecidae.

Sumber : Brilio.net

Pilpres 2019 Di tangan HRS, UAS dan Barisan Emak-Emak Militan

Pilpres 2019 Di tangan HRS, UAS dan Barisan Emak-Emak Militan


Pilpres 2019 Di tangan HRS, UAS dan Barisan Emak-Emak Indonesia

Oleh: Azwar Siregar*

Kawan, mari lupakan lembaga-lembaga survey sekarang. Banyak Lembaga Survey justru adalah Konsultan dan Bagian dari Team Pemenangan dari calon yang mereka dukung. Tugasnya bukan lagi mencari dan meriset data pembanding tapi justru menciptakan data yang menyesatkan untuk membentuk opini yang menguntungkan Calon yang mereka dukung.

Jadi kalau ada Lembaga Survey yang merilis hasil Survey-nya yang memenangkan Rezim yang lagi berkuasa sekarang, jangan langsung percaya.

Coba survey sendiri dan bertanya langsung kepada penjual gorengan, tukang becak, pedagang kaki lima dan semua masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang menjadi pemilik mayoritas suara pemilih di negeri ini.

Sebelum melakukan survey sendiri, saya sarankan sebelumnya anda memakai helm full face dan membawa kotak P3K untuk berjaga-jaga dari siraman minyak goreng yang mendidih atau lemparan sepatu kayu dari abang tukang becak yang mencari pelampiasan emosi.

Masalahnya ini berhubungan dengan pertanyaan "Apakah bapak/ibu akan memilih (lagi?) Pak Dhe lagi?"

Bagi masyarakat kecil, orang yang sudah gagal tapi masih akan mencalon lagi namanya tidak tahu diri dan rentan memancing emosi.

Atau kalau memang bernyali, coba test teriak "Hidup Pak Kowi" di depan barisan emak-emak yang antri menunggu jatah gas 3 kilo, tapi mohon didampingi ambulance dan booking IGD Rumah sakit terdekat, karena lemparan tabung gas 3 kilo terbukti mampu memecahkan Helm ber-SNI.

Kunci Pilpres 2019 menurut saya justru ada di tangan Habib Rizieq Syihab (HRS), Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Barisan Emak-Emak Militan (BEM).

Saya tantang, coba sebutkan nama satu tokoh nasional, baik Tokoh Agama maupun Ketua Partai yang mampu menghimbau dan menyatukan 7 juta orang di satu tempat?

HRS terbukti mampu menyatukan suara lintas ormas Islam dan menghidupkan api perlawanan umat terhadap penistaan agama.

Orang NU datang berduyun-duyun walaupun Ketua Umum-nya melarang datang. Muhammadiyah, Persis, FPI, NW, berqunut dan yang tidak berqunut bahkan yang jarang sholat subuh pun tiba-tiba sadar identitas ke Islaman-nya mendengar panggilan Habib Rizieq.

Coba sebutkan nama satu Tokoh Nasional baik tokoh agama maupun tokoh politik yang bisa ceramah, pidato atau kampanye "live di fesbuk" dan mengumpulkan sampai 36 ribu penonton seperti UAS dan Umat yang selalu setia setiap waktu menunggu ceramah beliau?

Maaf, untuk sekarang ini saya yakin cuma HRS dan UAS yang mampu menyedot perhatian Umat Islam bahkan umat lain sekalipun.

Penentu terakhir adalah Barisan Emak-Emak Militan.

Emak-emak Zaman Now ini, mulai dari yang berdaster sampai yang bergamis, semua sudah melek politik dan bahkan jadi pegiat politik aktif.

Group Whatsapp emak-emak Zaman Now bukan berisi berbagi resep bikin pecel lele berbumbu pete lagi, tapi konsolidasi menghadapi Pilgub Jabar.

Sukses-nya Pergerakan Mega Aksi Umat misalnya 212, bukan hanya di tangan Ustadz Bachtiar Nashir, apalagi Ahmad Dhani. Tapi ada di tangan dingin dan koordinasi Barisan Emak-emak Nusantara ini.

Kalau dulu emak-emak memilih di Pemilu atas instruksi suami atau hasil menghitung kancing di baju, sekarang justru semua anggota keluarga manut dan ikut perintah emak.

Prabowo kata emak, semua legowo dan kompak. Maaf, yang saya maksud emak-emak bertasbih, bukan Mak Banteng yang berulang kali mencoba berdasi.

Sayangnya ketiga element penting ini justru di "musuhi" oleh Rezim Berkuasa sekarang.

HRS terpaksa mengungsi sementara di Saudi Arabia karena kasus yang saya dan banyak orang tidak mengerti.

UAS dipersekusi di Bali, di tolak di Hongkong dan kemarin ceramahnya di Masjid PLN Disjaya tiba-tiba di batalkan tanpa penjelasan yang memuaskan. Tapi ya sudahlah, PLN sudah terbiasa begitu, ngga ada angin ngga ada hujan, tiba-tiba saja padam.

Terakhir, berapa banyak emak-emak khususnya dari Barisan Emak-emak Nusantara yang ditahan karena protes lewat postingan atau dianggap memfitnah di media sosial?

Belum lagi kalau berbicara orang-orang yang mengaku loyalis rezim ini khususnya para seleb medsosnya, misalnya Ade Armando, Denny Siregar, Abu Janda termasuk Para Jokower maupun Ahoker lainnya, semuanya kompak berdiri berseberangan dan berlawanan dengan HRS, UAS dan BEM.

Jadi kalau ada Survey yang konon masih memenangkan Pak Dhe di Pilpres mendatang,
Pertanyaan, nya survey nya dimana?
Di Hongkong....!
Yang di survey siapa?

Catatan Analisa saya Pilpres di 2019 kemungkinan besar tetap akan berpusat di kedua kubu yang sama di 2014 yang lalu. Ibarat Mie Instan, cuma ada dua pilihan, Mie rebus atau Mie Goreng?
Saya ikut HRS, UAS dan Barisan Emak-emak Militan aja.

Semua ada di tangan kita, tapi jangan sampai ada yang jadi Mie Panggang, karena jadi Biru memang menyebalkan.

___
*Sumber: fb Azwar Siregar, PI

KH Said Aqil: Siapapun yang Menghina Agama dan Qur’an, Tangkap!

KH Said Aqil: Siapapun yang Menghina Agama dan Qur’an, Tangkap!

muhammad abdus syakur/hidayatullah.com

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirof dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (28/10/2016).

10Berita – Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, menegaskan, hukum tetap harus ditegakkan untuk mencegah kasus penodaan agama terulang kembali di tahun 2018.

Hal itu ia sampaikan berkaca pada kasus penodaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tahun lalu. Said mendukung sanksi pemenjaraan Ahok.

“Ahok sudah dihukum vonis dua tahun. Siapa lagi yang akan menghina agama, akan menghina al-Qur’an, harus dihukum. Enggak pandang bulu,” ucapnya tegas menjawab pertanyaan hidayatullah.com di acara Muhasabah 2017 dan Resolusi Kebangsaan tahun 2018 yang diadakan PBNU, di lantai 8 gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (03/01/2018).

Baca: KH Said Aqil: Ahok Singgung Perasaan Umat Islam seperti ‘Bangunkan Macan Tidur’


Selama ini diketahui Said dipandang sebagai pembela Ahok oleh sebagian pihak. Said berujar, “Dikira saya bela Ahok apa ya?” Para hadirin yang mendengar itu langsung tertawa.

“Siapapun yang menghina agama, menghina al-Qur’an, tangkap! Dan dilakukan sanksi hukum,” tegasnya sekali lagi.* Andi

Sumber :Hidayatullah.com