OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 01 Februari 2018

Siapakah Orang yang Beruntung Saat Gerhana? Ini Kata TGB

Siapakah Orang yang Beruntung Saat Gerhana? Ini Kata TGB

Fenomena super blue blood moon turut menampakkan ciri orang yang beruntung.

10Berita , MATARAM -- Gubenur Nusa Tenggara Barat, TGH Muhammad Zainul Majdi menyatakan fenomena super blue blood moonturut menampakkan ciri orang yang beruntung. Ciri itu tampak pada mereka yang berkesempatan melaksanakan shalat gerhana bulan.

Tidak semua orang bisa melaksanakan shalat gerhana bulan karena shalat gerhana bulan total sangat jarang terjadi. "Jadi kita semua yang hadir pada malam ini termasuk orang yang beruntung," kata Gubernur yang akrab dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) ini saat menunaikan shalat gerhana bulan di Masjid Hubbul Wathon Islamic Center di Mataram, Rabu malam.

Shalat gerhana bulan di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center di imami Dr. KH. Zaidi Abdab. Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin juga turut berbaur dengan jamaah. 

Pelaksanaan shalat gerhana bulan diikuti ribuan jamaah yang memadati Masjid Hubbul Wathan Islamic Center di Mataram. Meski begitu, awan menghalangi pandangan warga Mataram yang ingin menyaksikan gerhana bulan. 

Sumber : Republika.co.id

Sepakat Tunggu Penjelasan Sandiaga, Demo Sopir Angkot di Balai Kota Bubar

Sepakat Tunggu Penjelasan Sandiaga, Demo Sopir Angkot di Balai Kota Bubar

10BeritaJakarta  - Jumat 2 Februari mendatang, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengaku akan menjelaskan secara detail teknis pelaksanaan kebijakan penataan Tanah Abang yang menjadi solusi bagi para sopir angkot. Yang penting, kata dia, tidak ada kesepakatan untuk membuka akses Jalan Jati baru Raya yang kini sudah meningkatkan perekonomian PKL.  

Sandiaga menjelaskan, dalam mengambil kebijakan itu harus dapat melihat mana yang urgen dan mana yang prioritas. Menurutnya, dalam kebijakan penataan Tanah Abang, yang prioritas adalah pedagang kecil yang membutuhkan lapangan pekerjaan, termasuk para pengusaha dan sopir angkot sendiri.

"Solusinya ya memberikan peningkatan penghasilan. Tadi pertemuan pemetaan masalah, dia bilang mau dibuka jalan. Saya bilang oke kalau saya buka. Saya adakan Tanah Abang Expoler terus kamu penghasilannya nggak nambah dukung nggak?  Nggak dukung. Itukan bukan solusi. Solusimya adalah kalau pendapatan  mereka naik," katanya kepada wartawan di Balai Kota, Rabu (31/1/2018). 

Sementara itu, salah seorang perwakilan sopir, Abdul Rosyid mengatakan bahwa para sopir angkot sepakat untuk menunggu solusi dari Wakil Gubernur DKI pada Jumat mendatang sebelum mengambil langkah selanjutnya. Aksi unjuk rasa yang dilakukan para sopir di depan balai Kota pun dibubarkan.

"Pak Wagub mencari solusi sopir angkot bagaimana supaya bisa masuk ke Tanah Abang. Tunggu Jumat. Puas atau tidak puas kalo belum dipenuhi ya nggak puas. Intinya tunggu aja hari jumat. Karena keputusannya hari jumat," jelasnya.

Red: Shodiq Ramadhan

Sumber : SI Online

Rabu, 31 Januari 2018

Fenomena Pasukan Haters Media Sosial dan Jenisnya

Fenomena Pasukan Haters Media Sosial dan Jenisnya


10Berita, Berudu atau kecebong adalah tahap pra-dewasa (larva) dalam daur hidup amfibia. Berudu eksklusif hidup di air dan berespirasi menggunakan insang, seperti ikan. Kita mengetahui sebagai salah satu jenis tahapan daur ulang amfibia. Tetapi apa yang dimaksud dengan 

Kecebong Medsos“?

Kecebong Medsos merupakan kecebong sosial media. Apakah ini ujaran kebencian? Tidak! Karena ada sebagian kelompok yang malah mendeklarasikan kelompoknya adalah “kecebong”. Nama “kecebong medsos” karena ruang gerak mereka di media sosial. Mereka dengan bangga menyebut diri mereka sebagai “kecebong” atau lebih familiar disebut “cebong” ada juga yang menyebutnya “ebong” bahkan “bong”.

Saya kira ini adalah fenomena di jaman now. Kecebong medsos ini terindikasi secara tak langsung merupakan pendukung politik kubu tertentu. Mereka akan dukung, bahkan menjilat siapapun yang mereka anggap junjungannya. Mereka juga bisa menyerang dengan opini, framing, spin, pemberitaan yang dianggap menganggu atau menyenggol eksistensi junjungannya. Secara lebih detail apa yang dianggap mengganggu eksistensi junjungan dan misi mereka akan saya jabarkan.

Kecebong sendiri memiliki pos-pos atau titik kumpul pada akun-akun medsos yang dianggap sebagai panutan atau standar informasi. Yah, akun medsos yang umumnya buzzer politik itu biasa disebut “Katak Medsos” nanti kita bahas pada posting selanjutnya. Terkadang yang membuat lucu ketika mereka para kecebong medsos begitu piawai memainkan framing media hasil lemparan dari katak medsos, mereka akan ikuti apa yang diframing katak medsos, sehingga istilahnya “membebek” jadi ketika pos argumen mereka atau basis informasi mereka salah, yaitu katak medsos mereka juga akan salah mengolah. Makanya ada seorang dosen dari salah satu universitas terkemuka menyebut mereka “sekolam” tepatnya “IQ 200 Sekolam” sebuah metafora lucu yang berarti banyak makhluk dalam suatu komunitas namun total IQ 200 saja dan mendapat sertifikat “Bong 200”. Tapi dalam satu kolam tentu banyak jenis kecebong medsos, mari kita lihat jenis kecebong medsos atau kecebong media sosial.

Kecebong Liberal

Jenis kecebong ini selalu gunakan SARA sebagai formula framing. Karena diisi oleh para aktifis islam liberal dan tokoh liberal imitasi. Kenapa imitasi? Karena mereka mengaku liberal namun fanatik dan keras kepala memaksakan keliberalan mereka dengan batas yang mereka buat. Karena konteks mereka berbasis studi agama. Kecebong jenis ini sangat pintar memainkan framing yang berhubungan dengan headline berbau islam. Mereka kerap nyinyir syariat dan membenturkan bahkan mencampuradukan islam dengan agama lain. Biasanya mereka akan stigma arabisasi, onta, bahkan datarian. Jelas, liberal imitasi yang gagal paham akan arti liberal itu sendiri. Bahkan mereka kerap framing syariat dan membenturkannya dengan pemikiran liberal mereka. Itulah kecebong liberal. Mengadu domba ormas islam dengan ormas islam lainnya yang mereka klaim adalah bagian bahkan milik mereka.

Kecebong Atheis

Jenis kecebong ini biasanya selalu mengaku paling pancasila paling nasionalis dengan membenturkan agama satu dengan lainnya. Bahkan islam menjadi korban untuk diframing busuk seolah orang-orang yang taat dengan islam itu anti NKRI. Padahal jika melihat Sila Pertama Pancasila adalah Ketuhanan, lalu mereka merasa paling pancasila, sila pertama saja tidak mereka penuhi, bagaimana bicara pancasila bahkan paling pancasila? Kecebong jenis ini juga sangat benci headline mengenai syariat, dan hal berbau islam.

Kecebong Komunis

Kecebong jenis ini bisa jadi bagian dari “kecebong atheis”. Tapi, kecebong ini memiliki ruang gerak tersendiri. Kecebong komunis ini lebih banyak menghabiskan gerak mereka pada basis framing tokoh-tokoh kiri pergerakan. Bahkan mereka akan menyalak ketika ada yang mencolek isu G30S PKI. Terlihat mereka sangat antusias menyuarakan hal berbau Orba. Bahkan kerap menuding akun-akun medsos yang islami dengan pro khilafah anti NKRI. Kadang juga mereka lakukan framing busuk pada tokoh islam, ulama, ormas islam, partai berbau islam sampai lakukan pembusukan melalui propaganda dan framing media.

Kecebong Amis

Kecebong ini bergerak dengan melakukan framing busuk terhadap tokoh partai politik, partai politik, dan gerakan politik bahkan gerakan umat yang dianggap berseberangan dengan junjungan mereka. Kecebong jenis ini kerap berkomentar kotor di akun-akun yang lakukan kritik pedas terhadap junjungan dan kepentingan mereka. Kecebong jenis ini merupakan lingkaran terdekat katak medsos atau buzzer politik yang bergerak dengan kombinasi akun trol buzzer politik atau katak medsos.

Kecebong Sosialita

Kecebong jenis ini yang umumnya memiliki daya tarik khusus bagi warganet. Karena dibalik akun-akun yang menyodorkan info random; gaya hidup, film, asmara, komedi, selalu menyelipkan bumbu propaganda pesan kebencian dibungkus humor kepada tokoh-tokoh tertentu, ormas tertentu, partai tertentu, bahkan headline media berbau islam. Bungkus elegan dan seolah punya strata di media sosial, atau bahkan bertopeng non partisan membuat kecebong jenis ini punya daya tarik sendiri.

Kecebong Rafidhah

Jenis akun kecebong ini yang kerap membenturkan umat islam. Bermain stigma “pro khilafah” ala HTI, anti pancasila, wahabi, takfir, kepada umat islam yang taat pada sunnah. Kecebong sekterian ini pintar menunggangi dan membawa nama ormas besar islam kemudian membenturkannya dengan ormas islam lainnya. Kecebong jenis ini juga banyak bergerak dibalik dapur pacu media trol untuk framing busuk ulama, bahkan kerap lakukan tuduhan pada ulama ahlul sunnah anti pancasila dan sejenisnya.

Kecebong Islamophobic

Dari namanya saja sudah jelas jenis cebong pembenci islam, syariat islam, dan kerap lakukan framing busuk terhadap ajaran islam. Kecebong ini kerap lakukan tuduhan-tuduhan pada islam bahkan kerap gunakan headline media luar yang kebetulan memberitakan tentang islam. Tokoh islam, partai islam, gerakan islam, semua akan diframing busuk oleh jenis kecebong ini.

Kecebong LGBT

Jenis kecebong yang tentu dari namanya lakukan pembenaran prilaku LGBT (baca; homo, lesbi, banci). Kecebong jenis ini kerap kampanye LGBT dan akan lakukan framing busuk kepada tokoh parpol, tokoh islam, ulama, yang melawan, menolak gagasan para kecebong homo, lesbi dan banci ini.

Demikian jenis kecebong media sosial yang menjadi fenomena di jaman now. Koloni miskin literasi yang biasanya bergerak atas umpan katak medsos untuk lakukan framing busuk, dan kadang fitnah serta hoax di media sosial.

Sumber :Portal Islam 

Jawaban Wasekjen MUI Pusat Saat Ada yang Meminta Ulama Tidak Berpolitik

Jawaban Wasekjen MUI Pusat Saat Ada yang Meminta Ulama Tidak Berpolitik


10Berita, JAKARTA -  Entah apa obesesi para pembeda bahwa umat Islam atau ulamanya dilarang berpolitik. Bahkan kesan itu muncul seolah jika ulama Indonesia berpolitik, maka  akan muncul hal-hal yang tidak diinginkan.

Padahal tidak demikian. Banyak ulama Indonesia yang berpolitik.  “Yai Hasyim Asy'ari Ulama mendirikan Partai ISLAM Masyumi. Wahid Hasyim, Idham Kholid, Ulama Partai NU. Muhammad Natsir, Ulama Partai Masyumi. Yai Maimun Zubeir, Penasehat Partai PPP. Gus Dur, Pendiri PKB. Dan, Banyak Lagi. Kenapa. Sekarang pada BERTERIAK Ulama jangan Berpolitik?” kritis ustaz Tengku Zulkarnain dari MUI Pusat, melalui akun Twitter pribadi miliknya, Rabu (31/01/2018).


Baginya, oknum yang tidak menghenddaki ulama berpolitik adalah oknum yang selama ini bisa jadi acapkali fitnah. “Mereka selalu mengadu domba dengan mengusung fitnah: ‘Ulama provokator tidak pantas berpolitik. Banyak ulama yang memilih dakwah (tidak berpolitik).’

Saya tantang: ‘Mana ulama yang membuat rusuh dan radikal yang Anda (dia tertuju ke mention/netizen) tuduh itu? Sudah berapa korban terbunuh karea kerusuhan akibat hasutan ulama?’”

Menurut beliau, oknum atau pembenci yang ada justru kian hari kian makin tidak beradab. “Semakin mereka sikapnya tidak beradab, maka semakin nyungsep junjungannya mereka tahun 2019.” (Robi/)

Sumber :voa-islam.com

FOTO: Berburu Super Blue Blood Moon Bersama Pencinta Fotografi

FOTO: Berburu Super Blue Blood Moon Bersama Pencinta Fotografi

Siluet sejumlah pecinta fotografi saat mengabadikan fenomena gerhana

Pemandangan saat pecinta fotografi mengabadikan fenomena gerhana

Pecinta fotografi mengabadikan fenomena gerhana

Pemandangan saat pecinta fotografi mengabadikan fenomena gerhana

Sumber :Liputan6.com 

BRAVO ANIES-SANDI! Pasca Rencana Izin Operasi, Penghasilan Tukang Becak Melejit

BRAVO ANIES-SANDI! Pasca Rencana Izin Operasi, Penghasilan Tukang Becak Melejit

10Berita,  Para penarik becak menanggapi positif rencana Pemprov DKI yang akan mengizinkan operasi kendaraan roda tiga di sebagian wilayah di Ibu Kota. Meski masih wacana, namun para pengayuh becak mengaku mendapatkan kenaikan penghasilan.

Pengayuh becak di Pasar Koja, Jakarta Utara, Muhalim, mengatakan penghasilannya meningkat Rp30 ribu sejak tersiarnya kabar rencana pengaturan becak di DKI Jakarta.

"Memang baru rencana, tapi sudah bikin penghasilan kami naik sedikit-sedikit," kata Muhalim yang sedang menunggu penumpang tak jauh dari pintu keluar Pasar Koja, Jakarta Utara, Selasa 30 Januari 2018.

"Jujur ya Mas, sehari biasanya dapat Rp30 ribu sampai Rp70 ribu. Setelah rencana becak akan jadi angkutan pasar atau wisata, hasil yang dibawa pulang bertambah Rp 30 ribu, kalau ramai bisa sampai Rp 100 ribu," kata Muhalim.

Muhalim mengatakan, sejak Pemerintah DKI Jakarta mengumumkan rencana pengaturan becak, sejumlah penumpang lebih yakin menaiki becak. Pengayuh becak juga lebih leluasa mencari penumpang karena tidak khawatir akan digaruk Satpol PP.

"Sebelumnya itu kami sembunyi kalau ada Satpol PP. Karena bersembunyi atau pulang, kami jadi tak dapat penumpang. Sekarang kami bersyukur bisa cari rezeki sepanjang hari," kata pria asal Cilacap yang telah mengayuh becak sejak 1998 itu.

Perwakilan Serikat Becak Jakarta (Sebaja), Rasdulah, juga mengatakan berdasarkan laporan para pengayuh becak terdapat kenaikan penghasilan sejak wacana pengaturan itu bergulir.

"Bahkan ada yang bisa mencapai Rp150 ribu sehari," kata Rasdulah kemudian mengapresiasi langkah pemerintah DKI Jakarta yang dianggapnya berupaya memperhatikan nasib rakyat kecil.

Amir, penarik becak di Pasar Koja, juga membenarkan bahwa penghasilannya membaik setelah adanya wacana pengaturan becak di Jakarta.

"Penumpang sudah yakin. Banyak ibu-ibu yang dulunya tak mau karena mungkin merasa malu naik becak yang tidak resmi. Sekarang jadi mau naik becak karena angkutan kami sudah dianggap ada oleh pemerintah," jata Amir.

Amir dan Muhalim mengatakan tarif becak jarak pendek sekira 1-2 kilometer biasanya sebesar Rp10ribu dan jarak yang lebih jauh Rp15 ribu.

"Walaupun dari dulu sudah ada angkot dan ojek. Becak tetap punya pasarnya sendiri karena kelebihannya yaitu bisa masuk ke gang-gang dan mampu membawa barang belanjaan yang cukup banyak," kata Amir.

Sumber :Portal Islam 

Prabowo: Tolak Pakai Rompi, Berani Tolak Hutang Luar Negeri Nggak Ya?

 
Prabowo: Tolak Pakai Rompi, Berani Tolak Hutang Luar Negeri Nggak Ya?


10Berita, Komunikator Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengingatkan “buzzer” Joko Widodo agar tidak membentuk opini yang bisa jadi Jokowi sendiri tidak suku dengan cara-cara yang dijalankan para buzzer selama ini.

Penegasan tokoh Rumah Amanah Rakyat (RAM) ini menyikapi ungkapan berlebihan sejumlah akun sosial media terkait aksi Presiden Joko Widodo yang menolak mengenakan rompi anti-peluru saat berkunjung ke Afghanistan.

“Gun..!! Dubes kita di sana hidup dan tinggal bertahun-tahun, ga pernah tuh merasa berani, ga pake rompi anti peluru tiap hari dan nyaman-nyaman aja tinggal dan hidup di Afganistan. Jangan berlebihan gitulah, Pak @jokowi belum tentu suka dengan pola kalian membentuk opini seperti itu,” tulis Ferdinand di akun Twitter @LawanPoLitikJKW.

@LawanPolitikJKW menjawab kicauan akun @ulinyusron, milik wartawan senior Ulin Niam Yusron yang sebelumnya menulis: “Jokowi itu Presiden kurus, nyali besar”.

Sindiran keras juga dilontarkan mantan Kasum TNI Letjen (purn) Suryo Prabowo. “Bila beliau …..tolak pakai rompi. Tolak pakai seat belt. Tolak pakai helm. Tolak pakai baju ‘resmi’. Berani tolak hutang LN gak ya?” sindir Prabowo di akun @marierteman.

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Fahri Hamzah dibully di sosial media setelah ikut mengomentari penolakan Presiden Jokowi untuk mengenakan rompi antipeluru ketika berkunjung ke Afganistan.

“Orang kedinginan kok pakai rompi peluru…Gak NyamBung sampiyan!” tulis Fahri di akun Twitter @Fahrihamzah mengomentari tulisan bertajuk “Di Afghanistan, Jokowi Tolak Pakai Rompi Antipeluru”.

Akun @Twit_Opini mengajak Fahri ke Afghanistan tanpa rompi anti-peluru. @Fahrihamzah pun menjawab santai: “Saya ini pejabat juga…Pernah ke Iraq saat masih perang…Daerah aman sedikit..Namanya #greenzone….Gak pakai rompi segala..Semua juga Gak ada yang pakai rompi…
Ente aja ngarang-ngarang cerita… Di situ semua orang diendus ajing sebesar kuda…apalagi Presiden…
Ya amanlah…”.

Sumber : intelijen.co.id

Politisi Golkar: sejak 1965 Baru Tito Kapolri yang Berani "Menghina" Ulama

Politisi Golkar: sejak 1965 Baru Tito Kapolri yang Berani "Menghina" Ulama


10Berita, Pernyataan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian yang menyebut fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dapat mengancam keamanan negara merupakan sebuah blunder.

Bahkan politisi muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia pernyataan Jenderal Tito tersebut masuk kategori penghinaan terhadap ulama dan umat Islam.

"Sangatlah tidak pantas Tito yang juga seorang muslim mengeluarkan pernyataan seperti itu," ujarnya kepada Kantor Berita Poltik RMOL sesaat lalu, Jumat (20/1).

Bahkan dalam catatan Doli, Tito merupakan kapolri pertama sejak 1965 yang berani berhadapan langsung dengan ulama secara terbuka.

"Seingat saya setelah tahun 1965, baru kali ini ada kapolri dan rezim pemerintahan yang berhadapan dengan ulama dan MUI secara terbuka," pungkasnya.

Sumber : rmol.co, nasional.in

 

NAHLOH! BLUNDER Soal NU dan Muhammadiyah, Tito Karnavian Dicap 'Kacau'

NAHLOH! BLUNDER Soal NU dan Muhammadiyah, Tito Karnavian Dicap 'Kacau'


10Berita, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, dia sudah memerintahkan kepada jajaran kepolisian mulai dari Mabes sampai Mapolsek agar memperkuat NU dan Muhammadiyah. Yang lain-lain di luar kedua ormas terbesar ini, diabaikan saja atau dipalingbelakangkan saja.

Pernyataan Pak Tito itu sangat terbuka untuk ditafsirkan sebagai titah (perintah) untuk memusuhi ormas atau kelompok muslim yang tidak langsung berada di dalam struktur maupun pembinaan NU dan Muhammadiyah. Sekali lagi, terbuka untuk ditafsirkan seperti itu.

Kapolri menyampaikan pernyataan yang konfrontatif itu dalam pengarahan di depan para pimpinan, ulama dan kiyai NU belum lama ini. Menurut Tito, yang “lain-lain” itu bukannya membangun NKRI melainkan mau menghancurkan negara ini.

Ada dua aspek yang perlu kita lihat. Pertama, pernyataan Pak Tito itu menunjukkan bahwa beliau tidak mempelajari sejarah perjuangan umat Islam. Kedua, Pak Tito menolak fakta persatuan kaum muslimin dalam bentuk aksi-aksi damai yang dihadiri berjuta orang sejak akhir 2016.

Untuk poin pertama, pakar sejarah perjuangan kemerdekaan, Lukman Hakiem, menejelaskan bahwa sejarah mencatat begitu banyak organisasi atau perhimpunan masyarakat Islam di luar NU dan Muhammadiyah yang berkontribusi mendirikan Indonesia. Ormas-ormas itu sifatnya lokal tetapi ikut berjuang.

Pak Lukman menyebutkan Al-Washliyah di Sumut, al-Irsyad di Sulsel, dan ada Persis. Kemudian ada sejumlah parpol yang menjadi bagian dari perjuangan awal bangsa dan negara seperti PSII, Perti, Partai Thariqat, Masyumi, dlsb. Itulah koreksi Pak Lukman Hakiem untuk Pak Kapolri.

Singkat cerita, Pak Tito dipermalukan oleh kecerobohan beliau sendiri. Yaitu, keceborhan akibat tidak mempelajari sejarah umat. Beliau mengatakan dengan bangga bahwa Polri tak perlu dengan yang lain, hanya NU dan Muhammadiyah. Kelihatannya, bagi Pak Tito yang lain-lain itu “pengacau”. Untuk itu, secara implisit Pak Lukman Hakiem menyindir bahwa justru Pak Tito-lah yang “kacau”.

Untuk poin kedua, kita paham siapa-siapa saja yang dimaksudkan Pak Tito sebagai “yang lain-lain” itu. Saya berani menduga bahwa yang dimaksudkan Pak Kapolri itu hampir pasti gerakan-gerakan kaum muslimin yang muncul belakangan ini seperti FPI, FUI, terus ada GNPF dan Alumni 212, dsb.

Pak Tito lupa bahwa semua pemikiran berproses. Keterkotakan kaum muslimin pun berproses. Yang juga berproses adalah proses penyerapan pengetahuan. Karena itu, pastilah cara pandang warga NU dan warga Muhammadiyah telah mengalami proses yang menumbuhkan perubahan dalam pendekatan masing-masing terhadap prinsip dasar dari lawan berselisih selama ini.

Proses yang menumbuhkan perubahan itu membuat jurang pemisah antara kedua ormas terbesar ini semakin kecil. Itulah sebabnya aksi-aksi damai kaum muslimin sejak akhir 2016, yang berlanjut dengan aksi-aksi yang semakin merajut persaudaraan itu, bisa terwujud. Bisa terlaksana dengan rapi dan penuh dengan pengorbanan individual.

Apakah masih perlu dijelaskan kepada Pak Tito bahwa jutaan orang yang ikut dalam aksi-aksi itu adalah warga NU dan Muhammadiyah. Mereka bukan siapa-siapa. Bukan orang FPI. Bukan orang bayaran. Mereka adalah para mukhlishin (orang-orang ikhlas) yang datang dari basis-basis NU dan Muhammadiyah.

Dan, harap diingat, semua ormas lain di luar kedua ormas besar itu justru dilahirkan oleh orang-orang NU dan Muhammadiyah. Bukankah Indonesia ini pada dasarnya adalah NU dan Muhammadiyah? Itulah hasil dari proses. Mereka berproses. Pemikir dan pemikiran di kedua ormas utama itu mengalami proses. Berproses menuju kuadran yang lebih baik.

Karena proses itulah tumbuh bibit persatuan kaum muslimin dari NU dan Muhammadiyah. Bibit itu sudah lama tersemai dan tumbuh sangat kuat, sampai akhirnya menjadi pohon persatuan yang rindang dan menyejukkan yang antara lain bersimbolkan 411 dan 212, dst.

Jadi, di belakang layar, NU dan Muhammadiyah melakukan “pembibitan silang” yang melahirkan “varian baru umat”. Varian baru ini, kelihatanya, akan berkembang terus menjadi pohon persatuan yang kuat dan tangguh. Sebab, di dalam dirinya ada darah NU dan darah Muhammdiyah. Dan mereka sekarang sudah bisa saling menerima transfusi.

Dinamika hubungan NU dan Muhammadiyah kelihatannya berlangsung jauh lebih cepat dari pemahaman Kapolri tentang mereka. Pak Tito masih berasumsi bahwa kedua ormas ini tidak berubah, tetap seperti dulu. Padahal, interaksi warga dari kedua ormas itu sangat intensif sehingga bisa membuang perbedaan remeh-temeh yang tidak prinsipil.

Nah, kalau Pak Tito mengatakan “orang lain” di luar NU dan Muhammadiyah tidak perlu dihiraukan, itu sama dengan Anda tidak mengakui hasil kerja keras warga NU dan warga Muhammadiyah yang telah melahirkan varian baru umat Islam. Yang rugi Anda sendiri, Pak Tito. Sebab, varian baru kaum muslimin ini tidak lagi memiliki sekat-sekat ikhtilaf. Ia akan tumbuh terus sampai sebesar NKRI.

Kalau Pak Tito memusuhi varian baru itu, yakinlah Pak bahwa nama Anda akan tercatat di dalam data base sejarah sebagai Kapolri yang tak menyukai persatuan umat, tak menyukai kekuatan perekat NKRI. Yang akan menyatukan dan mengamankan bangsa dan negara ini.

Jadi, kita imbau Pak Kapolri dan jajarannya agar menerima generasi baru kaum muslimin yang lahir dari semangat juang warga NU dan Muhammadiyah untuk menghilangkan perpecahan dan sebaliknya menumbuhkembangkan persatuan.

Mohon jangan Bapak gunakan terminologi “yang lain-lain” untuk menggambarkan para ulama, ustad, dan aktivis yang kritis terhadap penguasa. Padahal, “yang lain-lain” itu justru memberikan dampak positif untuk persatuan umat dan bangsa.

Tetapi, memanglah tak terelakkan bahwa suasana kondusif dan bersatu di sebalah sini, biasanya akan meresahkan orang di sebelah sana.

Penulis: Asyari Usman

Sumber : PORTAL ISLAM

Kementerian Kesehatan Masukan LGBT Sebagai Penyakit Jiwa

Kementerian Kesehatan Masukan LGBT Sebagai Penyakit Jiwa

10Berita  – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan lesbi, gay, biseksual, transgender (LGBT) sebagai masalah kesehatan jiwa. Kondisi tersebut jelas dinyatakan dalam buku pedoman masalah kesehatan jiwa yang dibuat Kemenkes tahun 2017 kemarin.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (Dit P2MKJN) Kemenkes, Fidiansyah mengatakan, Amerika Serikat (AS) meniadakan LGBT sebagai gangguan jiwa dan dinyatakan dalam bukunya. Sehingga AS melarang Indonesia untuk mengubah isinya karena memiliki hak paten mengenai buku pedoman itu.

Jika Indonesia tetap nekat melakukan perubahan isi buku tersebut, kata dia, maka pasti terkena undang-undang (UU) hak paten buku. Karena itu, kata dia, Kemenkes membuat pedoman masalah gangguan jiwa dan mengganti gangguannya berupa buku.

Buku ini dibuat 2017 dan menjadi pedoman masalah kesehatan jiwa di Indonesia yang diakomodir dalam UU Kesehatan Jiwa no 18 tahun 2014 yaitu UU Kesehatan Jiwa Indonesia. Isinya yaitu membedakan orang dengan gangguan jiwa dengan masalah kejiwaan.

“Langkah kami sudah selesai dengan menyusun pedoman masalah kesehatan jiwa yang memasukkan LGBT adalah masalah kesehatan jiwa. Ini tegas kami katakan (LGBT) sebagai persoalan dari sisi Kemenkes yang tetap mempertahankan berdasarkan norma, agama, budaya,” ujar Fidiansyah saat Forum Koordinasi anggota Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi (GTP3) bertema Pornografi dan LGBT di Kementerian PPPA, beberapa waktu lalu. 

Selain itu, menurut Fidiansyah, Kemenkes mencoba memasuki organisasi profesi kejiwaan seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) yang pada 2019 nanti akan ada pergantian kepengurusan.

Fidiansyah menambahkan, Kemenkes berharap bisa mendominasi kepengurusan tersebut sehingga izin yang selama ini ditunggu untuk melakukan revisi mengenai LGBT sebagai masalah kesehatan jiwa bisa dilakukan.

“Mari kita terus rapatkan barisan dan kemudian bisa melakukan langkah masing-masing,” ujarnya. (Swa/Ram)

Sumber :Eramuslim