OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 04 Februari 2018

Persentuhan Mongol dengan Islam (1)

Persentuhan Mongol dengan Islam (1)

Di masa jayanya, Imperium Mongol mengendalikan sebagian besar Eurasia.

10Berita , JAKARTA -- Geliat peradaban Islam di Asia pada abad ke-13 dapat diibaratkan dengan burung Feniks (Phoenix) dari mitologi Yunani Kuno. Paruh pertama kurun tersebut, pusat-pusat keunggulan Islam, seperti Bukhara, Samarkand, atau Baghdad, luluh lantak sama sekali akibat ekspansi para penakluk asal Mongol, Genghis Khan dan keturunannya. Akan tetapi, dari abu reruntuhan itulah peradaban Islam bangkit kembali dan bahkan menjadi lebih besar dari sebelumnya. Momentum itu terjadi setelah raja-raja Mongol mulai menerima dakwah agama ini.

Di masa jayanya, Imperium Mongol mengendalikan sebagian besar Eurasia. Batas-batasnya mencapai Eropa Timur hingga Semenanjung Korea, serta Siberia hingga Indocina. Sejarah tidak pernah menyaksikan kemaharajaan seperti itu sebelumnya. Kedigdayaan Mongol ditunjang banyak faktor, utamanya militer, teknologi bubuk mesiu, dan sistem pemerintahan yang efisien.

Beatrice Forbes Manz dalam artikelnya untuk The New Cambridge History of Islam (Jilid Ketiga, 2011), menjelaskan bagaimana Imperium Mongol mengubah wajah Islam untuk selamanya. Kisahnya bermula dari Genghis Khan (1162-1227). Sejak 1205, pemimpin yang lahir dengan nama Temujin ini dapat mempersatukan suku-suku nomaden yang menghuni dataran tinggi Mongol. Menjelang tahun 1216, ekspansi balatentaranya mulai bergerak ke arah barat, sekitar Jalur Sutra yang menghubungkan perniagaan Cina dengan Eropa.

Saat itu, seluruh Iran dan sebagian besar Asia Tengah dikuasai beberapa wangsa Muslim. Sejak 1194, Dinasti Khwarazmi menguasai wilayah tersebut setelah berhasil mengalahkan Dinasti Seljuk. Sebelum 1200, hubungan antara para pemimpin (shah) Khwarazmi dan penguasa Mongol dapat dikatakan cukup baik. Keadaan damai ini berakhir setelah Khwarazmi memiliki shah baru, Muhammad II.

Pada 1218, Genghis Khan mengirim sejumlah utusan ke suatu kota di wilayah Khwarazmi untuk menjalin hubungan dagang. Namun, gubernur setempat, sepertinya atas perintah Shah Muhammad II, mencurigai mereka sebagai mata-mata. Para delegasi tersebut lantas ditangkap dan dihukum mati. Meskipun murka, raja Mongol itu sempat mengirim utusan lainnya untuk mendesak Shah Muhammad II agar menyerahkan si gubernur kepadanya sehingga dapat dieksekusi. Duta ini juga dibunuh pemimpin Khwarazmi tersebut.

Tidak ada pilihan bagi Genghis Khan selain kekerasan. Dia mengepung wilayah Khwarazmi secara berangsur-angsur. Sejak 1219, sekitar 150 ribu balatentara Mongol mencaplok sejumlah kota penting, seperti Bukhara, Samarkand, dan Urgrench yang tidak lain ibu kota Khwarazmi. Di daerah-daerah taklukannya, mereka berlaku sangat kejam. Penduduk sipil yang tak bersenjata menjadi sasaran. Jutaan orang tewas. Shah Muhammad II meninggal dunia saat sedang kabur ke Khurasan (Iran) pada 1220. Jenderal militer Mongol kemudian mengalahkan anak shah tersebut, Jalaluddin Mingburnu, dalam pertempuran di dekat Sungai Indus pada 1221.

Inilah awal kejatuhan Persia Muslim ke tangan Mongol. Selang beberapa dekade berikutnya, wilayah-wilayah lain, utamanya Irak di bawah Dinasti Abbasiyah, menjadi sasaran.

Manz mengungkapkan satu kunci keberhasilan Mongol dalam merebut satu per satu wilayah musuh: meritokrasi. Berbeda dengan raja-raja di Asia pada zamannya, Genghis Khan tidak begitu menggubris faktor keturunan untuk menentukan siapa saja yang mengisi posisi penting di militer. Bahkan, beberapa jenderal Mongol adalah mantan lawannya yang kemudian berhasil dikondisikan untuk menjadi loyalis. Tentu saja, kebengisan pasukan Mongol juga ikut mendukung gelombang ekspansi Genghis Khan dan keturunannya ke arah barat.

Pada akhir 1222, Genghis Khan memindahkan pusat kekuasaan ke Transoxiana, daerah subur antara Sungai Amu Darya dan Sungai Syr Darya (kini sekitar Uzbekistan). Beberapa tahun kemudian, pada 18 Agustus 1227, sang penakluk itu menghembuskan nafas terakhir. Tidak ada informasi yang memadai tentang bagaimana dia mati atau di mana lokasi makamnya. Sebab, seluruh bawahannya menjadikan hal itu rahasia dengan taruhan nyawa mereka. Bagaimanapun, para sejarawan menduga makam Genghis Khan terletak di suatu tempat di Mongolia.

Sampai saat itu, Kekaisaran Mongol telah mencakup Mongolia, Cina utara, Siberia selatan, seluruh Asia Tengah, dan Hindustan. Wilayah seluas ini lalu terbagi menjadi empat khanateatau horde (harfiah: gerombolan), sesuai dengan jumlah anak laki-laki yang diperoleh mendiang dari istri resminya, Borte. Mereka adalah Jochi, Chaghadai, Ogedei, dan Tolui. Chaghadai dan Tolui masing-masing mendapat Asia Tengah dan Mongolia.

Sementara itu, yang terunggul di antara anak-anak Genghis Khan, Ogedei, melanjutkan ekspansi imperium ini secara signifikan. Tidak seperti ayahnya, Ogedei memakai gelar qaghanyang khas Turki. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh non-Mongol di lingkaran elite kekaisaran tersebut. Jochi wafat sebelum Genghis Khan tiada. Karena itu, hak-haknya kemudian diambil anak-anaknya yang menguasai wilayah utara (sekitar Siberia selatan). Kelak, seorang anak Jochi mengawali Islamisasi Mongol.

Sumber :Republika.co.id 

Jokowi Dijadwalkan Hadiri Forum Rektor, Kodam XIV Hasanuddin Antisipasi "Kartu Kuning" Kedua

Jokowi Dijadwalkan Hadiri Forum Rektor, Kodam XIV Hasanuddin Antisipasi "Kartu Kuning" Kedua

10Berita, MAKASSAR,- Setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) diganjar "kartu kuning" oleh salah seorang pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dalam acara Dies Natalis UI ke-68, Jumat kemarin. Orang nomor satu di Indonesia tersebut juga akan dijadwalkan akan mengadiri Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) 2018 di Universitas Hasanuddin (Unhas).

Namun dalam kunjungan kali ini. Pihak kampus juga sejatinya mengharapkan kejadian serupa tak terjadi dalam kunjungan nantinya. Namun, Ishaq Rahman, Kepala Unit Humas dan Protokoler, Unhas juga belum dapat memastikan akan terulangnya peristiwa tersebut.

BERITA TERKAIT +

"Iye, tentu saja segala hal dipersiapkan oleh panitia. Tapi saya kira, mahasiswa Unhas itu kreatif-nya tinggi. Saya nda yakin mereka mau ikut-ikutan angkat kartu juga, karena itu namanya ikut-ikutan,"kata Ishaq sesaat setelah dikonfirmasi, Sabtu, 3 Februari 2018.

Lebih jauh Ishaq menjelaskan dalam kegiatan tersebut sendirinya Unhas akan menjadi tuan rumah pelaksanaan. Kegiatan yang terdiri atas Konvensi Kampus XIV dan Temu Tahunan XX Forum Rektor Indonesia ini akan berlangsung pada tanggal 16 – 17 Februari 2018, di Baruga A. P. Pettarani, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar.

Panitia pelaksana telah menyebarkan undangan kepada hampir 4.000 perguruan tinggi seluruh Indonesia, yang meliputi universitas, institut, politeknik, akademi, sekolah tinggi, dan akademi komunitas.

Ketua Panitia Konferensi FRI 2018, Suharman Hamzah, Ph.D (yang juga merupakan Kepala Sekretariat Rektor Unhas) mengkonfirmasikan kehadiran Presiden Jokowi. "Kita berkomunikasi intensif dengan Pengurus dan Dewan Pertimbangan FRI. Awalnya, kita agendakan pembukaan oleh Presiden Joko Widodo pada 16 Februari pukul 19.00 WITA. Namun, pihak Istana Kepresidenan mengabarkan agar acara pembukaan dimajukan menjadi pukul 14.00 WITA. Presiden Jokowi dipastikan akan hadir", kata Suharman.

Tahun ini, Konferensi FRI mengangkat tema “Memperkuat Karakter Bangsa Dalam Menghadapi Disrupsi Peradaban”. Beberapa pembicara kunci yang akan hadir antara lain: Ketua MPR RI, Menteri Ristek Dikti, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Keuangan, Prof. Chaerul Tanjung, Yudi Latif, Prof. Muhammad Nuh, dan Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Jend. (purn) Moeldoko.

Panitia pelaksana terus mengadakan persiapan teknis untuk menyukseskan acara ini. Antisipasi panitia, kegiatan ini akan diikuti oleh sekitar 1.000-an pimpinan perguruan tinggi. Meskipun seluruh pimpinan perguruan tinggi diundang, namun tidak semua berkesempatan untuk hadir.

*Antisipasi Kartu Kuning Kedua Terjadi di Sulsel*

Jajaran Komando Daerah Militer (Kodam) XIV Hasanuddin Sendirinya telah melakukan persiapan dini untuk melakukan pengamanan menjelang kedatangan RI satu tersebut. Tak tanggung tiga Matra dari kesatuan TNI pun turun diterjunkan untuk melakukan pengawalan terhadap simbol negara tersebut.

Hak tersebut dibeberkan oleh Kepala Penerangan Kodam (Kapendam), Kolonel Inf Alamsyah sesaat setelah dikonfirmasi. Menurutnya kejadian yang terjadi di Jakarta sendirian tidak akan terjadi lagi diwilayah militernya. Bahkan dirinya sendiri mengakui akan melakukan pemeriksaan secara maraton terhadap mahasiswa yang akan terlibat nantinya dalam kegiatan tersebut.

"Pastinya kita telah melakukan semuanya berdasarkan aturan dan protap yang ada. Kami menghimbau kepada seluruh mahasiswa untuk sekiranya tidak melakukan hal yang memalukan semacam itu lagi,"kata Alamsyah.

Dirinya juga mengakui telah melakukan komunikasi secara internal terhadap civitas akademik kampus untuk turut serta membantu dalam menyukseskan kegiatan nantinya.

(muf)

Sumber : Eramuslim

Jepang Emang Tiada Dua, Ini 14+ Penemuan Aneh bin Kocak yang Bisa Ditemui di Sana! Jadi Pengen Beli~

Jepang Emang Tiada Dua, Ini 14+ Penemuan Aneh bin Kocak yang Bisa Ditemui di Sana! Jadi Pengen Beli~

Penemuan aneh dari Jepang

Sebenarnya sudah nggak heran lagi sih setiap ada info yang memberitakan kalau Jepang meluncurkan inovasi-inovasi baru. Apalagi yang di bidang teknologi. Soalnya seluruh dunia juga sudah tahu kalau Jepang gudangnya orang-orang kreatif. Sering banget mereka membuat sesuatu yang kadang belum kepikiran sama negara lain. Jadinya nggak jarang Jepang jadi pionir yang bikin negara-negara lain akhirnya ikut mengembangkan juga.

Coba saja lihat robot seks dari Jepang yang disebut-sebut sebagai yang pertama itu. Nggak cuma hal yang bersifat personal ajasih, kreativitasnya juga banyak dituangkan untuk memecahkan permasalahan yang sering ditemui sehari-hari, kayak toilet dengan berbagai macam tombol, bungkus daging yang sekaligus bisa jadi pengukur kesegarannya, macem-macem deh. Selain fungsional, tapi ternyata banyak juga penemuan absurd di Jepang, yang sampai bikin kita bingung mau kagum atau ketawa duluan. Nih, Hipwee Hiburan sudah merangkumnya buat kamu~

1. Ternyata nggak cuma kita aja yang suka sebel kalau pas hujan, meski sudah pakai payung tapi bagian celana ke bawah tetap basah. Orang Jepang pun merasakan penderitaan ini, sampai bikin super umbrella begini 🙁

Tapi dipikir-pikir ribet juga, ya, dan malah rawan jatuh karena pandangan jadi terhalang huft~ via www.hi-likes.com

2. Begitu antinya Jepang sama hujan, sampai-sampai ada payung khusus buat sepatu. Sekalian aja bikin buat tas atau mobil biar nggak basah …

Payung khusus sepatu. Hati-hati malah kesandung, Mbak~ via fentonfootcare.com

3. Sepatu termasuk benda yang sering dimodifikasi sama orang Jepang. Ini ada lagi nih, sepatu yang bisa jadi tenda kalau dibongkar. Cucok meong buat para pendaki, ya~

Impian para pendaki? via blogs.3ds.com

4. Masih soal sepatu. Jadi, kalau ini sepatunya terhubung ke rambut; sambil jalan, sekaligus kamu bisa ngeringin rambut. Tapi kalau lihat ini jadi inget musuhnya Spiderman, Dr. Octopus itu nggak sih? 🙁

Catsmob.com – The coolest pics on the net!via www.pinterest.co.uk

5. Ibu-ibu di Jepang yang punya bayi kayaknya nggak perlu lagi beli sapu atau alat pel. Soalnya bayi mereka bisa multifungsi! Tapi kasihan nggak sih kalau bayinya malah bersin-bersin gara-gara kena debu?

Bayi multifungsi. 😀 via www.tofugu.com

6. Iya sih, orang Jepang memang dikenal sebagai pekerja keras, sampai-sampai sering kekurangan jam tidur. Biasanya mereka bakal manfaatin waktu tidur pas di kereta. Nah, tongkat ini jadi jawaban buat mereka yang bingung nyandarin kepalanya

Tongkat ajaib buat si tukang tidur~ via lamaszeme.blog.hu

7. Saking berharganya waktu tidur, ini ada juga helm antikejedot, cucok dipakai pas di kereta. Hmm, tapi nggak gini juga kali, ya …

Kalau dipakai di Indonesia, pasti besokannya wajah kita udah terpampang di akun gosip, gara-gara ada yang motret dan nyebarin! 🙁 via storiesofworld.com

8. Flu pas lagi di Jepang? Tenang, di sana ada tisu yang bisa dipasang langsung di kepala kayak gini lho. Tinggal tarik ujungnya, praktis, pas buat kamu yang sering bersin nggak kenal waktu

Tapi kok ya malu kalau dipakai di tempat umum… via aliceverheij.wordpress.com

9. Wah, kebiasaan mencet-mencetin bubble wrap ternyata nggak cuma sering kita lakukan, ya. Di saat kita harus cukup puas dengan mencet bubble wrap bekas bungkus barang yang bisa habis, di Jepang ada bubble wrap buatan yang everlasting~

Uwuwuw, ena-ena~ via fitphreak.com

10. Begitu banyak kuliner Jepang yang mengandung kuah, kayak ramen atau udon. Meski enak, tapi orang suka sebel karena sering kecipratan kuahnya. Nah, ini nih solusinya! Kok, ya, kepikiran …

Tinggal pasang di wajah, dengan begitu rambutmu bakal terhindar dari cipratan kuah makanan~ via www.socialenterprisebuzz.com

11. Teknologi pangan satu ini sebenarnya sederhana tapi super berguna, terutama bagi kamu yang suka kebablasan masak mi gelas, bikin tekstur mie jadi lembek. Nah, lain halnya kalau pakai si Cupmen ini …

Dia bakal berubah warna kalau mie-mu udah matang lho. Duh, imajinasinya nggak habis-habis! via www.youtube.com

12. Yakin seribu persen deh kamu nggak pernah kepikiran bikin payung yang bisa jadi dasi kayak gini. Emang ya, kalau kreativitas sudah kebablasan, ya, begini jadinya …

Kalau hujan, tinggal copot dasi. Eh, tapi nggak berat apa tuh? via visualioner.com

13. Aduh, ini sih namanya the real kesetaraan gender, ya. Meskipun nggak bisa bener-bener menghasilkan ASI, tapi bapak-bapak di Jepang tetep bisa menyusui, pakai alat ini. Hahaha. Kocyak!

bapak menyusui via www.popsugar.com

14. Ketika badan berotot bisa diperjualbelikan … dalam bentuk baju! Impian punya tubuh binaraga bukan lagi sebatas mimpi

orang cungkring pun bisa tampak berotot hanya dalam hitungan jam via gizmodo.com

15. Saking nggak maunya buang-buang tetesan mata cuma karena netesinnya nggak pas, orang Jepang sampai bikin kacamata beginian lho!

Biar presisi katanya. Hmm …. via justsomething.co

Advertisement

Itu dia, Guys inovasi-inovasi nyeleneh buatan orang Jepang. Kira-kira mana aja, ya, yang berguna buat kita orang Indonesia? Biar bisa jastip nih~

Sumber :Hipwee

Bongkar Kasus Gizi Buruk Anak-Anak Suku Asmat, Jurnalis BBC Diusir

Bongkar Kasus Gizi Buruk Anak-Anak Suku Asmat, Jurnalis BBC Diusir


10Berita – Jurnalis kantor berita BBC asal Australia diusir dari Papua setelah dia menulis kicauan di Twitter tentang kasus gizi buruk melanda suku Asmat.

Kepala biro BBC Indonesia Rebecca Henschke digiring aparat meninggalkan Papua kemarin.

Dilansir dari laman ABC, Henschke dan kru BBC TV sebelumnya mendapat izin meliput kasus gizi buruk di Papua tapi dia kemudian ditahan dan diinterogasi setelah menulis cuitan di Twitter.

“Ini bantuan yang datang untuk anak-anak gizi buruk di Papua–mie instan, minuman ringan dan biskuit,” tulis Henschke seraya memajang foto bantuan pangan di sebuah dek kapal di Papua pada Rabu lalu.

“Anak-anak di rumah sakit hanya makan biskuit saja,” kata dia.

Henschke kemudian ditanyai intel dan polisi selama lima jam pada Kamis sore.

Dia lalu ditahan oleh petugas imigrasi selama 24 jam dan digiring keluar dari Papua kemarin pagi. Mereka kini sudah berada di Jakarta.

Kepala Penerangan Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi mengatakan apa yang ditulis jurnalis BBC itu tidak benar. Dalam rilis kemarin Aidi mengatakan foto yang dipajang Henschke bukan untuk bantuan kemanusiaan, tapi produk yang dijual para pedagang dan kebetulan diletakkan di dek kapal.

“Yang difoto di dek kapal cepat itu adalah pasokan dari para pedagang yang kebetulan diletakkan di situ,” kata dia.

Henschke kemudian merevisi keterangan foto yang dia unggah sebelumnya dengan menambah catatan: “Sumber lain mengatakan ini BUKAN bantuan tapi pasokan biasa. Bantuan kemanusiaan sedang menuju ke sini.”

Henschke juga kemudian menghapus foto memperlihatkan tentara sedang menenteng burung dalam sangkar.

Aidi menuturkan TNI keberatan dengan kicauan itu karena seolah memperlihatkan tentara terlibat dengan perdagangan hewan liar.

“Bagaimana bisa Rebecca menulis dan mengunggah foto semacam itu? Ini fitnah, seseorang diambil fotonya diam-diam dan disebarkan di media dengan informasi yang tidak sesuai kenyataan,” kata Aidi.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Polisi AM Kamal mengatakan apa yang diunggah Henschke itu membuat ‘kesan negatif’ personel TNI yang sedang bertugas memberi pertolongan di Papua.

“Untuk penyelidikan lebih lanjut, Rebecca akan dibawake Timika untuk ditanyai imigrasi,” kata dia.

Henshcke, 37 tahun, berasal dari Armidale New South Wales, Australia. Dia sudah meliput di Indonesia selama 12 tahun.(kl/rm)

Sumber : Eramuslim

JK: Alhamdulillah Lihat Ceramah Ustaz Somad tak dari Youtube

JK: Alhamdulillah Lihat Ceramah Ustaz Somad tak dari Youtube

JK mengapresiasi kehadiran Ustaz Abdul Somad memberi tausiah di Masjid Sunda Kelapa.

10Berita , JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menghadiri kajian dhuha bersama Ustaz Abdul Somad di Masjid Sunda Kelapa, Ahad (4/2). Dalam kesempatan tersebut, Jusuf Kalla selaku Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengapresiasi kehadiran Ustaz Abdul Somad di Masjid Sunda Kelapa yang memberikan tausiah kepada para jamaah.

Dalam sambutan singkatnya, Jusuf Kalla mengatakan dengan kehadiran Ustaz Abdul Somad ini memberikan kesempatan kepada para jamaah Masjid Sunda Kelapa untuk mendengarkan tausiah dan nasehat-nasehat secara langsung. Adapun Jusuf Kalla berkelakar bahwa, dengan kehadiran Ustaz Abdul Somad sekarang ini, para jamaah Masjid Sunda Kelapa tak perlu lagi menonton ceramahnya dari Youtube.

"Alhamdulillah dengan kehadiran Ustaz Abdul Somad tentu akan memberikan pencerahan, kalau selama ini mungkin lebih banyak anda nonton di Youtube, sekarang bisa langsung, saya juga," ujar Jusuf Kalla sambil tertawa, yang kemudian disambut tawa oleh para jamaah.

Dalam sambutan singkatnya, Jusuf Kalla kembali mengajak masyarakat untuk memakmurkan masjid. Dia mengungkapkan bahwa masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah. Namun juga wadah untuk memakmurkan umat. Jusuf Kalla berharap, setelah mendengarkan tausiah dari para ulama, jamaah akan diberikan dorongan untuk lebih memakmurkan bangsa.

"Salah satu faktor yang selalu kita ingin kemukakan adalah mari kita memakmurkan masjid, dan masjid memakmurkan jamaahnya. Karena itulah yang hadir kesini berarti memakmurkan masjid," kata Jusuf Kalla.

Kajian dhuha tersebut juga dihadiri oleh Wakapolri Syafruddin dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan. Keduanya mendampingi Jusuf Kalla sebagai pengurus DMI. Selain itu, Ibu Mufidah Jusuf Kalla juga ikut hadir dalam kajian dhuha.

Sebelumnya, wakil presiden ikut melaksanakan shalat Subuh berjamaah bersama Ustaz Abdul Somad. Usai shalat Subuh, wakil presiden mengundang Ustaz Abdul Somad untuk sarapan bersama di kediaman dinas. 

Sumber : PORTAL ISLAM

Dulu Khalifah Diacungi Pedang oleh Rakyatnya

Dulu Khalifah Diacungi Pedang oleh Rakyatnya


10Berita, Namanya Zaadit Taqwa. Dia adalah ketua BEM UI yang diamankan Paspampres karena mengacungkan buku kuning di hadapan Presiden usai berpidato di acara Dies Natalis ke-68 UI di Balairung Depok, Jum'at pagi (2/2/2018). Zaadit mengatakan aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk peringatan atas berbagai masalah yang terjadi di dalam negeri.

Dalam kehidupan bernegara, mengoreksi penguasa harusnya menjadi hal yang biasa. Hal tersebut dilakukan tentunya untuk menjadikan negara semakin baik dan tidak melenceng dari yang seharusnya. Namun aneh hal tersebut malah dianggap perbuatan tak pantas sehingga yang bersangkutan harus diamankan.

Suatu bangsa akan berhasil bahkan menjadi besar jika mau mengakui kekurangannya dan melakukan perbaikan.

Adalah Khalifah Umar seusai pidato pertamanya, tiba-tiba seorang rakyatnya mengacungkan pedang sambil berkata, "Apabila  engkau wahai Khalifah benar aku akan mentaatimu, akan tetapi bila engkau melenceng pedang ini yang akan meluruskanmu". Alih-alih marah, Umar malah bergembira ada rakyatnya yang akan mengingatkannya jika ia keliru.

Sikap seperti inilah yang akhirnya membawa keberhasilan dalam mengantarkan negara pada kesuksesan yang luar biasa, makmur, disegani kawan maupun lawan.

Trisni Astro
Pengamat Pergerakan Mahasiswa
Pasir Mulya Bogor

Sumber : PORTAL ISLAM

Tuduh Ketua BEM Ditunggangi, Politisi: Kebodohan Standar, Ingin Lihat Tuduhan Lain, Misal Radikal

Tuduh Ketua BEM Ditunggangi, Politisi: Kebodohan Standar, Ingin Lihat Tuduhan Lain, Misal Radikal



10Berita, JAKARTA - Sikap Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa atas Joko Widodo beberapa waktu lalu yang memberikan kartu kuning menuai banyak dukungan. Bahkan Ketua BEM tersebut lebih dinilai berani karena melakukan hal itu daripada calon legislative yang belum tentu lolos tapi sudah beretika buruk.

“Pilih mana? Anak muda berani, jenius dan kreatif seperti Zaadit atau yang ngaku anak muda walau sudah setengah tua, ngaku caleg padahal partai belum lolos dan bikin sampah spanduk di penjuru kota?” demikian kata politisi Gerindra, Habiburokhman, di akun Twitter pribadi miliknya, belum lama ini.

Namun demikian tidak sedikit pula yang mencibir apa yang sudah dilakukan Ketua BEM tersebut, di antaranya Zaadit dituding ditunggangi kepentingan lain. “Kalau yang menuduh Zaadit ditunggangi sih kayaknya sudah banyak, tapi menurut gua itu kebodohan standar.


Pengen lihat yang ekstrem, misal nuduh Zaadit intoleran. Masih menunggu siapa tau ada yang mau bilang Zaadit kartu kuning itu radikal atau intoleran. Hehehe.” Namun demikian, ia tetap mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Zaadit.

“Zaadit bukan hanya berani, tapi juga jenius, buku dijadikan kartu kuning, Indonesia butuh ente, Dit!” (Robi/)

Sumber :voa-islam.com

PKS Menuju Istana

PKS Menuju Istana


PKS Menuju Istana

10Berita, Mahkamah Konstitusi (MK) menguatkan keputusan DPR RI bahwa ambang batas pencalonan presiden/wakil presiden adalah 20% kursi DPR RI 2014 atau sama dengan 112 kursi DPR RI 2014

Perolehan kursi DPR RI 2014; PDIP (109), Golkar (91), Gerindra (73), Demokrat (61), PAN (49), PKB (47), PKS (40), PPP (39), Nasdem (35) dan Hanura (16).

Tidak ada satupun partai yang bisa mengusung capres/cawapres sendirian, semua butuh berkoalisi. format koalisi masih sangat cair, tetapi sudah bisa dibentuk karena komposisi kekuatan masing-masing terlihat karena tidak lagi menunggu Pileg 2019.

Maka format koalisi sangat tergantung dari posisi tawar tiap-tiap partai dalam mengusung nama/figur capres/cawapresnya. Golkar, Nasdem, Hanura, PPP sudah jelas mendeklarasikan Jokowi untuk capres 2019, PDIP mungkin juga menyusul sedangkan PKB jelas-jelas kampanye hanya untuk posisi cawapres 2019, entah cawapres siapa...?

Sedangkan Gerindra belum muncul figur lain untuk dicapreskan selain Prabowo. Sedangkan PKS punya 9 nama bacapres, belum jelas siapa satu nama yang akan diusung.

Konstelasi pencapresan faktanya sepi, hanya Jokowi dan Prabowo yang sudah definitif muncul, tidak ada capres alternatif lain yang berani muncul. Dinamika pilpres jadi buntu, belum ada keberanian, padahal publik menunggu capres alternatif.

Anis Matta sepertinya punya keberanian muncul, penetapan Anis Matta menjadi salah satu kandidat capres di PKS adalah modal besar. Di lapangan, spanduk Anis Matta capres 2019 betebaran, belum lagi di sosial media. Memang ada bacapres selain Anis Matta di PKS, tetapi mungkin masih wait and see, padahal waktu pendaftaran capres/cawapres tidak lama lagi (8-14 Agustus 2018).

Anis Matta melaju, memecah kebuntuan politik, kader PKS kaget tetapi juga bangga, begitu juga publik. Jokowi dan Prabowo akan mendapat lawan tangguh. Kehadiran Anis Matta mulai mengembalikan posisi tawar PKS. Fahri Hamzah tokoh yang menjadi magnet publik saat ini ikut mendorong dan menjadi endorser Anis Matta, bahkan ajang Rakernas Alumni KAMMI disediakan spot khusus bagi Anis Matta menyampaikan orasi kebangsaan yang dihadiri mebludak banyak orang sampai harus lesehan.

Partai politik juga mulai melirik capres alternatif dari PKS ini, maklum terbentuknya Koalisi Merah Putih tidak lepas dari peran dan kontribusi Anis Matta yang memimpin PKS saat itu.

Tampaknya Anis Matta mulai menjajaki mitra koalisi pilpres dan Anis Matta punya kemampuan untuk itu.

PKS bersiap menuju istana, bukan sekedar peserta sidang kabinet tetapi nomor 1 istana.

Situasi ini harusnya disyukuri oleh strukur dan kader PKS, karena ini bisa berdampak pada elektabilitas dan jodoh koalisi.

PKS harus bilang ke publik dan partai-partai: "Tiket Capres PKS mau di pake sama PKS...ngga dijual!!!"

-by irfanenjo-

[video - Anis Matta di acara Alumni KAMMI]

Sumber :Portal Islam 

BEM UI Dianggap Omdo Akun KataKita, Ini Kata Alumnus UI yang 10 Tahun Mengabdi di Papua

 

BEM UI Dianggap Omdo Akun KataKita, Ini Kata Alumnus UI yang 10 Tahun Mengabdi di Papua


10Berita, Seorang dokter yang mengabdi di Papua menjawab tudingan dan pernyataan akun KataKita dan Papua_satu yang menilai anak Universitas Indonesia hanya omdo saja.


Berikut pernyataan alumnus UI:

 Duhai Tana Papua

Duhai udara pagi di Tana Papua,
Tolong sampaikan kepada KataKita, jika ingin lebih mengenal kiprah alumni UI di Tana Papua ganti dulu nama fanpage nya menjadi "KitorangPuBicara".

Duhai langit biru di Tana Papua,
Tolong sampaikan kepada KataKita & papua_satu, kalau alumni UI tidak takut mengabdi di Tana Papua, terutama kami para dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 

Sejak era Wajib Kerja Sarjana, kemudian Pegawai Tidak Tetap (PTT), Nusantara Sehat, program dokter internship, hingga sekarang Wajib Kerja Dokter Spesialis dan juga yang bergerak sebagai PNS, TNI/POLRI, ataupun bekerja di LSM/swasta yang ada di Tana Papua, sudah tak terhitung berapa banyak alumni UI yang menginjakkan di tana ini mulai dari pesisir pantai, pulau terpencil, kampung pedalaman ber rawa-rawa, hingga pegunungan tinggi yang udara nya dingin menusuk hingga ke tulang.

Duhai sungai yang mengalirkan emas di Tana Papua.

Tolong sampaikan kepada KataKita & papua_satu, jangan hanya cuma katanya. Silahkan kumpulkan data dari berbagai kementerian dan Pemda Provinsi/Kabupaten di Tana Papua, sudah berapa banyak alumni UI yang tak takut menantang maut demi mengabdi disini.

Bahkan salah satu alumni FKUI, dr. Wendiansyah Sitompul Sp.OG, harus dilepas jenazahnya oleh FKUI setelah meninggal dunia karena tenggelam di perairan Muara Kali Aswet, Distrik Agats, Kabupaten Asmat, tanggal 13 Januari 2009.

Saat KLB gizi buruk di Asmat, tahukah KataKita jika IDAI mengirimkan dokter Spesialis Anak yang beberapa diantaranya lulusan FKUI. 

Lantas membuat kami alumni UI jumawa? Tak perlulah ini demi rakyat Papua yang masih menjadi bagian dari NKRI tercinta.

Duhai hutan perawan di Tana Papua,

Tolong sampaikan kepada KataKita & papua_satu, silahkan hitung sudah berapa banyak tenaga pengajar yang diterbangkan dari FKUI untuk membaktikan ilmu nya dalam membimbing putra putri terbaik di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Papua agar bisa mendapatkan pendidikan kedokteran yang setara dengan mahasiswa kedokteran di Universitas Indonesia.
Duhai pohon-pohon sagu yang membentang di Tana Papua.

Tolong sampaikan kepada KataKita & papua_satu, menjadi mahasiswa terlebih mahasiswa UI sudah menjadi kewajiban bagi kami saat menjadi mahasiswa untuk selalu kritis terhadap berbagai kebijakan yang salah dalam mengelola negeri ini. 

Sejarah senantiasa mencatat kami the "Yellow Jacket" dengan bangga selalu menjadi yang terdepan dalam mengkritisi pemerintah karena itulah salah satu pengabdian kami terhadap masyarakat. Kami bangga menjalankan peran kami sebagai mahasiswa ber Jaket Kuning dan akan selalu begitu.

Duhai rumah-rumah panggung di Tana Papua yang beratapkan daun sagu,
Tolong sampaikan kepada KataKita & papua_satu.

Menjadi mahasiswa yang tetap waras dan kritis di era pemerintahan sekarang itu berat, tapi biar cukuplah kami saja the yellow jacket yang melakukannya.

Sebagai pemberi inspirasi mahasiswa lain untuk tetap menjaga kewarasan dan kekritisannya.

Dari alumni UI yang sudah 10 tahun mengabdi di Tana Papua.

Salkamal Tan  

Sumber : bersamadakwah.net

Anies, Jokowi dan Diskursus Politik Jelang 2019

Anies, Jokowi dan Diskursus Politik Jelang 2019

Syahganda Nainggolan
Direktur Eksekutif Sabang Merauke Circle 

10Berita, ALFITO, presenter televisi Amerika yang berbasis di Jakarta, CNN Indonesia, mewawancarai Anies Baswedan secara hati hati, cerdas dan tajam terkait isu Anies akan mengembalikan becak sebagai moda transportasi penting di Jakarta.

Tiga pertanyaan penting Alfito yang mewakili kritik yang muncul atas isu becak ini: 1) Becak akan mengembalikan masa lalu. Beberapa pengamat mengatakan Anies melakukan "retro policy", yang sudah mati dihidupkan lagi. 2) Becak sebagai simbol penindasan. Sebuah pekerjaan biadab yang identik dengan keringat, otot kuat, miskin, kumuh, dlsb. 3) Becak akan merusak wajah ibu kota yang modern.

Becak mau ditaruh di mana, tanya Alfito? Bukankah sudah ada kenderaan online, seperti ojek dll?

Soal becak ini merupakan isu paling menarik dari dua isu minggu ini, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Isu lainnya adalah Jokowi yang jadi imam shalat di Afganistan.

Foto Jokowi yang jadi imam shalat dengan  sorban "raksasa" di kepalanya, serta memakmumi orang-orang Afganistan, beredar di berbagai media dan medsos. Ada pro kontra yang muncul karena banyak yang menanyakan apakah Jokowi fasih melafazkan ayat-ayat sebagai syarat sah imam?

Demikianlah kedua pemimpin bangsa ini membentuk diskursus politik seminggu ini. Lalu apa yang dapat menjadi hikmah bagi kita, rakyat Indonesia?

Diskursus Politik

Jokowi dan Anies Baswedan, sebagaimana dimaksud Michel Foucault, sosiolog ternama Prancis, sedang menciptakan sistem berpikir dan ilmu pengetahuan serta wacana pada kita melalui kekuasan (power) mereka dengan statemen atau bahasa tindakan yang mereka lakukan.

Pada minggu ini, via isu becak, Anies membangun narasi agar seorang pemimpin mengenali nasib rakyatnya yang paling miskin dan membelanya, yaitu tukang becak.

Pada saat bersamaan, Jokowi memberitahu rakyat nya bahwa kesholehan pemimpin, yang ditunjukkan dipercaya sebagai imam shalat, menjadi kunci kepemimpinan.

Anies mengetengahkan wacana struktural sementara Jokowi mengetengahkan politik identitas.

Dalam menjawab pertanyaan Alfito, Anies cukup tegas dan jelas mengatakan bahwa dia adalah juga pemimpin orang orang miskin di Jakarta, bukan hanya orang kaya. Anies menekankan konsep keadilan sosial adalah tuntutan konstitusi dan bahkan maksud proklamasi kita yang terabaikan. Becak sebagai pekerjaan kasar bukan akan dihidupkan kembali, namun mereka sudah eksis di Jakarta, dengan 1.000 tukang becak.

Anies meyakinkan kita bahwa becak tidak akan memperburuk kota, karena terkosentrasi di pemukiman yang membutuhkan, tidak mengeluarkan emisi bagi Jakarta yang saat ini ranking lima terpolusi di dunia, dan tentu saja kurang berisiko kecelakaan.

Bahkan, Anies akan menjembatani perubahan nasib tukang becak melalui berbagai welfare policy yang ada. Sehingga keluarga tukang becak tidak masuk dalam perangkap alienasi dan reproduksi kemiskinan, sebagaimana yang dikhawatirkan Karl Marx.

Jokowi, sementara itu, tidak menjelaskan makna dari fotonya sebagai imam shalat dengan sorban besar itu. Dia membiarkan  foto viral itu dimaknai sendiri oleh rakyat yang pro kontra. Istana hanya menjelaskan foto di mana Jokowi sebagai imam benar adanya.

Narasi dan 2019

Isu keadilan sosial yang dibawakan Anies versus isu identitas yang dibawakan Jokowi pada minggu ini menjadi penting bagi struktur narasi politik 2019. Mengapa?

Pertama, politik kita sudah sedemikian lama dihantui oleh pemimpin pemimpin yang hanya memaknai hirarki kekuasaan sebagai sebuah karir personal dan bahkan mayoritas mereka menjadikan kekuasaan untuk mobilisasi vertikal: menjadi orang kaya. Karena dalam persepsi politisi, hanya kekuasaanlah yang bisa merubah hidup miskin menjadi kaya, dan bahkan lebih kaya lagi. Dalam situasi ini politik menjadi kehilangan arah dan makna.

Kedua, isu identitas yang dilancarkan Jokowi (terkait kepergiannya ke Afganistan dan imam shalat) dapat dimaknai sebagai strategi memperkecil kesenjangan identitas kultural (cultural gap) antara dirinya dengan kompetitor 2019. Politik 2014 dan pilkada lalu, sarat dengan konflik identitas dan akhirnya melemahkan kohesi nasional.

Sebenarnya isu dan strategi Jokowi ini sudah sering dilakukan, seperti juga zikir di Istana tahun lalu. Terakhir, Professor Hendropriyono, think tank Jokowi, memprediksi cawapres Jokowi 2019 adalah sosok nasionalis-Islamis.

Kesenjangan identitas yang kecil tentunya  akan memunculkan peluang demokrasi rasional, dengan gagasan/narasi besar dan atau success story membangun bangsa, dapat menjadi acuan berpolitik nantinya.

Namun, kecurigaan tetap perlu disampaikan bahwa politik identitas yang dimainkan Jokowi saat ini dapat dimaknai lain. Misalnya, pertama, Jokowi sudah gagal dalam politik rasional, sehingga dia memainkan politik identitas. Sembilan cita-cita Jokowi (Nawacita) mungkin dianggap gagal. Land reform hanya berhasil 2% dari 9 juta Ha yang dijanjikan. Kemiskinan dan ketimpangan sosial tetap tinggi. Setidaknya kedua hal ini sejalan dalam rilis riset Megawati Institut Desember tahun lalu.

(Megawati Institut, merilis hasil risetnya tentang Oligarki Ekonomi dan Kesenjangan Sosial, akhir tahun lalu. Dikatakan bahwa cengkeraman segelintir orang atas ekonomi Indonesia terus membesar tanpa kontrol, Gini di seputaran 0,4 tidak pernah menurun dan kehidupan rakyat semakin sulit. Situasi ini hanya bisa diatasi dengan empat hal, yang paling utama adalah reformasi kapital atau redistribusi asset).

Lebih kasar lagi, John Mc Beth, wartawan senior level Asia, yang sejak awal mendukung Jokowi, sudah mengejek Jokowi penuh kebohongan atau membesarbesarkan klaim keberhasilan. Tulisan McBeth tentang Jokowi dirilis beberapa hari lalu sebagai "Smoke and The Mirror".

Kedua, Jokowi dendam atas kekalahannya di pilkada DKI tahun lalu. Jokowi dan pendukungnya menganggap isu identitas budaya menjadi penyebab utama. Dan mereka merencanakan 'retaliation", perang pembalasan.

Apabila alasan politik identitas di atas bersifat demikian, maka tema besar pertarungan 2019 akan tetap tidak bergeser dari 2014. Indonesia akan memiliki isu vertikal dan sekaligus horizontal yang sama kuatnya.

Waktu masih beberapa bulan lagi menuju pencalonan Capres/Cawapres 2019. Jokowi, Prabowo, Anies, Jenderal Gatot Nurmantyo, AHY, Jenderal Budi Gunawan, Muhaimin, sudah masuk dalam pusaran calon pemimpin. Harapan kita sebagai rakyat adalah merujuk pada cita cita proklamasi, yakni demokrasi untuk kesejahteraan rakyat. Selama ini rakyat teradu domba dalam pesta demokrasi dan dipinggirkan setelah pesta itu.

Hal ini semua terjadi karena bangsa ini tidak punya haluan negara. Kehilangan narasi besar. Semoga masih ada waktu untuk munculnya gagasan gagasan besar. Sebuah politik dengan narasi besar. 

sumber: rmol.co