OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 14 Februari 2018

Banyak Kejanggalan, PP Muhammadiyah : Jenazah MJ Harus Diautopsi

Banyak Kejanggalan, PP Muhammadiyah : Jenazah MJ Harus Diautopsi


10Berita, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak prihatin kasus Siyono Jilid 2 terulang lagi. Polisi harus terbuka kepada publik terkait Dengan kematian Muhammad Jefri, terduga teroris yang ditangkap Densus 88, kemudian setelah satu hari dikembalikan dalam kondisi meninggalkan dunia.

“Terlepas dari apakah Muhammad Jeffri terlibat dalam jaringan Terorisme atau tidak, Saya menganggap Densus 88 harus terbuka terkait dengan kematian Muhammad Jefri”, tegas Dahnil.

Jangan sampai polisi mengabaikan penegakan hukum yang beradab, dan terus mengulangi preseden buruk kematian Siyono di Klaten yang Pemuda Muhammadiyah tangani 1,5 Tahun yang lalu. Karena peristiwa seperti ini Bukan justru mengubur terorisme namun justru mereproduksi terorisme baru.

“Pertama, Saya menemukan sinyal banyak kejanggalan terkait dengan kematian MJ, oleh sebab itu agar sinyal kejanggal-kejanggalan tersebut tidak menjadi fitnah dan tuduhan terhadap Kepolisian, penting agaknya, Densus 88, perlu menjelaskan secara terbuka hasil autopsi terhadap MJ, dan penting dilakukan autopsi yang lebih independent terkait sebab kematian MJ”, lanjut Dahnil.

Autopsi ini untuk membuktikan apakah bener yang bersangkutan meninggal karena komplikasi penyakit seperti keterangan polisi, atau karena faktor yang lain, dan densus 88 juga harus bisa menjawab, kenapa keluarga dilarang membuka kafan jenazah MJ pada saat diserahkan kepada keluarga.

Dahnil berharap Densus 88 dan Kepolisian terbuka, dan bila memang ada kesalahan dan maka harus ada hukuman pidana yang jelas, tidak seperti kasus Siyono yang sampai detik ini tidak jelas penuntasan hukumnya, meskipun Autopsi terang sudah membuktikan Siyono meninggal karena penganiayaan bukan karena yang lain.

“Kedua, Saran saya keluarga berusaha mencari keadilan secara aktif dan tidak perlu takut, Silahkan bawa kasus kematian MJ ke Komnas HAM agar bisa ditangani oleh institusi negara tersebut, untuk dibuktikan penyebab kematian MJ. Ini penting, dan polisi tidak boleh tertutup terkait dengan hal ini”,tutupnya.

Sumber link : http://sangpencerah.id/2018/02/kasus-siyono-terulang-pemuda-muhammadiyah-desak-autopsi-jenazah-mj/

ANATOMI SEJARAH KEKUASAAN

ANATOMI SEJARAH KEKUASAAN



Oleh: Vier A. Leventa

10Berita, Sejarah yang berjalan dialektis telah menunjukkan pada kita, bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan sebuah takdir yang dinamis teratur. Sejarah secara nyata, tidak melulu bergerak mutlak kaku seperti klaim para _determinis_, dan tidak juga bergerak bebas tanpa arah seperti klaim para _libertarian_. Sejarah adalah pemaknaan dan pembelajaran, setidaknya itu yang saya adopsi.

Sebuah kekuasaan yang menerapkan ideologi, pun bergerak dalam lingkup sejarah yang terpola dengan unik. Kekuasaan dalam perspektif sejarahnya memiliki anatomi khas yang memberi kita rambu untuk melihat perkembangan zaman. Bahwa tak ada satupun kekuasaan yang abadi, ia memiliki musim; tumbuh, berkembang, memuncak, dan mati, bahkan akhirnya sama sekali musnah tanpa mampu bangkit kembali.

Peradaban Mesopotamia, Byzantium, Romawi, dan Persia, merupakan bentuk kekuasaan yang runtuh dan hilang dari peredaran zaman. Sedang Kapitalisme-Demokrasi, sebagai ideologi yang diemban banyak negara hari ini, telah mengalami pasang surut, dan beberapa kali hampir saja kehilangan nafas dalam mempertahankan dominasinya. Great Depression tahun 1920an adalah satu titik di mana Kapitalisme hampir saja tumbang di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, pada tahun 1997-98, dan 2008 sistem ini anjlok di tengah jalan. Dan kini ia mencoba berkolaborasi dengan “Komunisme Pasar” untuk mampu bertahan.

Untuk melihat anatomi peradaban modern hari ini, ada baiknya kita perhatikan teori Polybius, seperti dikutip Ernst Breisach. Ia menerangkan bahwa sejarah kekuasaan bermula pada konsep kerajaan. Awalnya seseorang telah mengambil peran dan menawarkan perlindungan terhadap rakyat dari orang-orang lalim nan zalim. Namun dalam perjalanannya, raja menyeleweng dalam tugasnya dan mengarah pada tirani yang bengis, oleh keturunannya yang mengklaim diri sebagai manusia-manusia super.

Tirani yang menindas inipun akhirnya ditumbangkan oleh Aristokrasi yang mendapatkan kepercayaan rakyat untuk menggantikan kekuasaan. Kelompok aristokrasi ini mencoba merawat sistem yang ada, namun pada perjalanannya iapun menyeleweng membentuk oligarki yang mengeksploitasi kebenaran hanya pada pihaknya, menghisap dan berpesta pora atas segala kekayaan yang ada. Oligarki yang tamak kemudian dijatuhkan oleh kekuasaan rakyat secara kolektif, yang kini kita kenal sebagai Demokrasi.

Dan kini, sampailah kita pada era ini, era demokrasi yang diulang kembali. Sistem kekuasaan yang awalnya menarik perhatian masyarakat di dalam mengambil alih pemikiran dan pemerintahan. Namun akhirnya, perwakilan-perwakilan yang tidak pernah berpengalaman ini, tidak lama dalam menerapkan nilai-nilai persamaan/kebebasan, akhirnya menukik tajam menuju Hukum Rimba, dimana pemimpin-pemimpin yang tidak berprinsip telah menggunakan hukum sesuka hatinya, yang membiasakan diri dalam ketamakan yang seringnya memuakkan; korupsi dan penghasutan rakyat merajalela; propaganda negatif guna mempertahankan kekuasaannya, bahkan hingga penggunaan kekerasan. Kini, kelaliman kembali untuk mendirikan ordenya.

Ibnu Khaldun yang juga merupakan seorang filosof kesejarahan, telah menambahkan keterangan bahwa sebuah kekuasaan ataupun peradaban, memiliki fase dalam perkembangannya. Tumbuh berkembang, memuncak, busuk, dan akhirnya mati.

Namun, kekuasaan akan dapat bangkit kembali jika ia mampu melihat kelemahan-kelemahannya, dan berani mengakui kesalahan yang diperbuat, dan sanggup menemukan dan menerapkan ideologi terbaik bagi dirinya.

Dalam konteks ke-Indonesia-an, kita pun melihat pola-pola itu bergerak sama, walau tak persis serupa, seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sejarah berjalan unik dan khas. Jika kita bedah negeri ini semenjak kemerdekaannya di tahun 1945, maka kita menemukan Orde Lama sebagai generasi tumbuh berkembang, dimana para pemimpinnya berusaha menemukan satu bentuk sistem kekuasaan apa yang terbaik, hingga disepakatilah Demokrasi-Pancasila sebagai sebuah volunte generale. Kemudian masuklah masa Orde baru, -walau masih terbuka perdebatan- dapat kita klaim sebagai masa memuncak, dimana terjadi stabilitas dan pembangunan. Kekuasaan yang tak goyah selama 32 tahun itu, akhirnya ambruk dalam kediktatorannya yang semakin menyeleweng.

Setelahnya, era reformasi pun mengemuka, entahlah dia sebagai satu fase kebangkitan kembali negeri ini, atau sebuah fase pembusukan menuju kematiannya. Pada tahap inilah kita akan membuka pembacaan, Apakah negeri ini benar-benar telah memasuki bentuk penyelewengan sebuah oligarki yang tamak dengan klaim demokratis sepihak?

Dan jika kita padatkan peradaban Indonesia selama lebih kurang 72 tahun ini, maka kita telah memberi cukup waktu pada satu sistem kesepakatan dahulu, yakni Demokrasi peninggalan Yunani kuno yang telah mati sebenarnya, namun dicoba kembali pada negeri ini. Sungguh ia telah menunjukkan kebusukan yang menyengat berpuluh tahun lamanya. Pembangunan fisik sebagai konsekuensi zaman, nyatanya tak berjalan lurus dengan pembangunan manusianya. Silakan baca realitas kita hari ini, begitu banyak akan ditemukan pembusukan-pembusukan itu.

Tanda-tanda berakhirnya Demokrasi-Sekuler telah sejak lama digaungkan oleh para ilmuwan pada pusat-pusat peradaban itu sendiri, yang jengah dan kehilangan kepercayaan terhadap sistem bernama demokrasi. Begitu banyak para filsuf kesejarahan besar sepakat, bahwa “Kelam telah menyelimuti Dunia Barat” dan negeri-negeri bonekanya. Oswald Spengler, Nikolai Danilevsky, Arnold J. Toynbee, P.A Sorokin, Walter Schubart, N. Berdyaev, Alfred Kroeber, F.C.S Northrop, Albert Scweitzer, J.J. Saunders, Lewis Mumford, kesemuanya secara terang menggambarkan bahwa jaman tengah mengalami transisi suatu peradaban. Sistem yang lama secara berangsur, tetapi pasti tengah menuju kehancurannya.

Ini adalah sebuah kenyataan yang menghadang, bahwa di tengah-tengah kehancuran peradaban barat, tengah bangkit sebuah peradaban lain. Telah diprediksi oleh para filsuf kesejarahan bahwa peradaban yang mendatang adalah “Keagamaan Ideal” (Danilevsky), atau Keagamaan dan Ketuhanan yang Murni (Fulton J. Sheen).

Maka, jika kita sepakati hal tersebut, apa selanjutnya?

Untuk bangun dari sakit berkepanjangan ini, kita perlu benar-benar jujur membaca realitas, dan berani mengakui kekacauan yang menimpa negeri. Membuka mata kita atas kesakitan yang mendera, dan bersikap cepat dan tepat dalam mengambil obat.

Mari kita ambil beberapa pendapat, George Sarton (Dosen Universitas Harvard) menyatakan, “Sesungguhnya Islam merupakan tatanan agama yang paling tepat sekaligus paling indah. Kamipun sependapat bahwa ia memang merupakan paling tepat dan paling indah dibanding dengan lainnya. Tetapi sangat disayangkan bahwa kaum Muslimin sendiri terlalu jauh dari hakekat yang dibawa Islam…”
“Sesungguhnya bangsa Timur Islam, sudah pernah memimpin dunia dalam dua tahap dan lama sekali, dari tahap kemajuan umat manusia. Sudah tentu tidak ada rintangan bagi bangsa-bangsa itu untuk bangkit lagi dan kembali memimpin dunia ini dalam waktu dekat atau beberapa waktu lagi.”

Tolstoi (Filosof Rusia), “Ringkasan agama yang dikumandangkan Muhammad ialah bahwa Allah itu satu, tiada Tuhan selain Dia. Karena itu tidak dibenarkan menyembah banyak tuhan…
…”Sebagai bukti pengabdiannya yang membanggakan, bahwa dia telah membimbing ratusan juta orang menuju kebenaran, ketenangan, dan kedamaian. Dia telah membuktikan jalan bagi umat manusia untuk menempuh hidup kerohanian universal, suatu karya raksasa yang tidak mungkin dilakukan kecuali oleh seorang yang diberi kekuatan, wahyu dan pertolongan dari langit.”

Arnold Toynbee (Sejarawan Inggris), “Risalah Islam bukan hanya diperuntukkan bagi negeri Arab saja, tetapi untuk seluruh dunia, karena memang tidak ada Tuhan lebih dari satu, begitu pula tidak mungkin ada agama lebih dari satu, yang kaffah (sempurma) bagi seluruh umat manusia”

Thomas Carlill, “Agama ini (Islam) sudah berusia seribu dua ratus tahun, namun ia tetap saja sebagai agama yang kukuh dan jalan yang lurus bagi 1/6 lebih penduduk bumi, dan ia tetap saja merupakan agama yang diimani oleh penganutnya dari kedalaman lubuk hatinya, dan saya tidak pernah meyaniki bahwa ada suatu umat yang berpegang teguh dengan agamanya, seperti halnya kaum Muslimin memegang Islamnya, dan karena mereka menyakininya dengan sepenuh hati”

Bernard Shaw (Sejarawan Inggris), “Islam telah menyerukan pada kebebasan, persaudaraan, dan sudah menggariskan sarana dan merealisasikannya, sudah menyusun pola kebenaran, keadilan, dan toleransi. Ia menyerukan kerjasama dalam kebenaran, kebaikan dan peebaikan. Semuanya harus dilakukan di bawah ayoman kasih sayang, keikhlasan dan kedamaian.”

Membaca dan melihat ini, maka apa lagi yang kita nanti?

Wallahu’alam Bisshowab,
Jogja, 3-02-2018

Sumber : Dakwah media 

Siyono jilid 2, Pemuda Muhammadiyah: Densus 88 Harus Terbuka Kepada Publik Soal Kematian MJ

Siyono jilid 2, Pemuda Muhammadiyah: Densus 88 Harus Terbuka Kepada Publik Soal Kematian MJ

10Berita, JAKARTA  – Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak prihatin kasus Siyono terulang lagi. Menurutnya, polisi harus terbuka kepada publik terkait Dengan kematian Muhammad Jefri, terduga teroris yang ditangkap Densus 88.

Muhammad Jefry ditangkap Densus 88 dalam keadaan sehat wal afiat, kemudian sete;ah satu hari dikembalikan dalam kondisi meninggal dunia.

“Terlepas dari apakah Muhammad Jeffri terlibat dalam jaringan Terorisme atau tidak, saya menganggap Densus 88/polisi harus terbuka terkait dengan kematian Muhammad Jefri”, tegas Dahnil dalam keterangannya, Rabu (14/2/2018).

Ia menekankan, jangan sampai polisi mengabaikan penegakan hukum yang beradab, dan terus mengulangi preseden buruk kematian Siyono di Klaten yang Pemuda Muhammadiyah tangani 1,5 Tahun yang lalu. Karena peristiwa seperti ini bukan justru mengubur terorisme namun justru mereproduksi terorisme baru.

“Pertama, saya menemukan sinyal banyak kejanggalan terkait dengan kematian MJ, oleh sebab itu agar sinyal kejanggal-kejanggalan tersebut tidak menjadi fitnah dan tuduhan terhadap Kepolisian, penting agaknya, Densus 88, perlu menjelaskan secara terbuka hasil autopsi terhadap MJ, dan penting dilakukan autopsi yang lebih independent terkait sebab kematian MJ”, jelasnya. 

Autopsi ini, terang Dahnill, adalah untuk membuktikan apakah benar yang bersangkutan meninggal karena komplikasi penyakit seperti keterangan polisi, atau karena faktor yang lain, dan densus 88 juga harus bisa menjawab, kenapa keluarga dilarang membuka kafan jenazah MJ pada saat diserahkan kepada keluarga.

Dahnil berharap Densus 88 dan Kepolisian terbuka, dan bila memang ada kesalahan dan maka harus ada hukuman pidana yang jelas, tidak seperti kasus Siyono yang sampai detik ini tidak jelas penuntasan hukumnya, meskipun Autopsi terang sudah membuktikan Siyono meninggal karena penganiayaan bukan karena yang lain.

“Kedua, saran saya keluarga berusaha mencari keadilan secara aktif dan tidak perlu takut. Silahkan bawa kasus kematian MJ ke Komnas HAM agar bisa ditangani oleh institusi negara tersebut, untuk dibuktikan penyebab kematian MJ. Ini penting, dan polisi tidak boleh tertutup terkait dengan hal ini”, pungkasnya.

(ameera/)

Sumber :arrahmah.com

Janggal, Kenapa Densus 88 Larang Keluarga Buka Kafan Jenazah MJ ?

Janggal, Kenapa Densus 88 Larang Keluarga Buka Kafan Jenazah MJ ?



10Berita, Polri diminta terbuka terkait penyebab kematian terduga teroris berinisial MJ usai ditangkap Densus 88 Antiteror. Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menemukan kejaggalan dalam kematian MJ.

“Agar sinyal kejanggal-kejanggalan tersebut tidak menjadi fitnah dan tuduhan terhadap Kepolisian, penting agaknya, Densus 88, perlu menjelaskan secara terbuka hasil autopsi terhadap MJ,” katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (14/2).

Atau lebih baik, menurutnya, dilakukan autopsi yang lebih independent terkait sebab kematian MJ. “Apakah benar yang bersangkutan meninggal karena komplikasi penyakit seperti keterangan polisi, atau karena faktor yang lain,” sebut dia.

Kata Dahnil, Densus 88 juga harus menjawab kenapa keluarga dilarang membuka kafan jenazah MJ pada saat diserahkan.

“Jadi, saya berharap Densus 88 dan Kepolisian terbuka, dan bila memang ada kesalahan maka harus ada hukuman pidana yang jelas, tidak seperti kasus Siyono,” tuturnya.

Adapun Siyono merupakan terduga teroris di Klaten yang ditangkap tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri pada 2016 silam. Dia meninggal usai ditangkap namun hingga, 1,5 tahun lebih tidak jelas proses hukumnya. Padahal, kata Dahnil, autopsi sudah membuktikan Siyono meninggal karena penganiyayaan bukan karena yang lain.

Untuk itu, keterbukaan pihak Kepolisian penting supaya preseden buruk tidak terulang lagi dan menimbulkan terorisme baru. “Peristiwa seperti ini Bukan justru mengubur terorisme namun justru mereproduksi terorisme baru,” imbuhnya.

Selain itu, Dahnil menyarankan kepada pihak keluarga agar tidak diam. Mereka perlu membawa kasus kematian MJ ke Komnas HAM agar untuk membuktikan penyebab kematian MJ.

“Saran saya keluarga berusaha mencari keadilan secara aktif dan tidak perlu takut. Silahkan bawa kasus kematian MJ ke Komnas HAM. Ini penting, dan polisi tidak boleh tertutup terkait dengan hal ini,” pungkasnya.

Sumber : JawaPos

ILC Teror Pemuka Agama, Rocky Gerung : Dalangnya di Sekitar Monas

ILC,  Teror Pemuka Agama, Rocky Gerung : Dalangnya di Sekitar Monas



10Berita, Rokcy Gerung, dosen di Departemen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), menjadi salah satu nara sumber acara ILC tvOne tadi malam, Selasa (13/2/2018), yang membahas tema hangat “Teror Ke Pemuka Agama: Adakah Dalangnya?”.

“Adakah dalangnya? Ada,” tegas Rocky.

“Persoalannya dimana dalangnya? Sangat mungkin dalangnya di sekitar Monas,” papar Rocky.

Di sekitar Monas? Di sekitar Monas itu banyak tempat penting. Ada Kedubes AS, juga ada Istana Negara.

“Dalangnya memang ada. Tapi gak ada yang berani menyebut dalangnya,” kata Rocky.

Rocky juga menyoroti reaksi Presiden Jokowi yang, menurutnya, malah justru nambahin kecemasan di masyarakat.

Selengkapnya video ILC tvOne…

Sumber : Dakwah media 

Keanehan dibalik Tragedi Gereja St. Lidwina Yogya

Keanehan dibalik Tragedi Gereja St. Lidwina Yogya


10Berita, Penyerangan terhadap pemuka agama Islam mulai merembet ke pemuka agama lain. Pastor diserang oleh seseorang bernama Suliono di Gereja St Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/2) pada pukul 07.30 WIB, penyerangan oleh sesorang di Gereja, nampaknya menimbulkan beragam kontroversi.

Berikut hasil penelusuran redaksi mediaoposisi.com

1. Sulitnya Wawancara
Senin (12/2) , jajaran kepolisian yang ada di area Gereja St Lidwina enggan untuk diwawancarai oleh Mediaoposisi dan jurnalis lain. Aparat tersebut justru mengarahkan Mediaoposisi untuk bertemu dengan Kapolda DIY yang tidak berada di dalam lokasi. Hal yang sama juga dirasakan oleh jurnalis lain yang ditolak untuk melakukan wawancara, ada apa ?. .

2. Framing Negatif Umat Islam
Framing negative yang dilakukan oleh berbagai kalangan, dikutip dari detik.com Menko Polhukam Wiranto menuduh Suliono (23), penyerang Gereja St Lidwina Sleman, adalah teroris. Polisi tengah menyelidiki apakah pelaku memiliki jaringan atau sebaliknya.

“Dari laporan aparat kepolisian, kalau di Sleman hasil penyelidikan itu iya. Itu teroris. Jaringan teroris, hanya sekarang lone wolf atau dalam jaringan. Lalu, ada suatu pendalaman. Itu murni teror. Itu bisa lone wolf atau jaringan,” kata Wiranto kepada wartawan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (12/2).

Framing negative lainnya turut berlanjut dengan mengkaitkan kedekatan pelaku penyerangan dengan Islam. Penyebutan tempat ibadah umat Islam turut dilampirkan guna mensukseskan framing negative.

Dikutip dari detik.com, “Pelaku sempat menginap di sejumlah masjid dan musala, ada keterangan saksi dan kamera CCTV salah satu musala yang merekamnya,” kata Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dhofiri, saat memberikan keterangan pers di Mapolda DIY, Jalan Ring Road Utara, Sleman, Senin (12/2).

3. Beda Perlakuan
Tindakan pihak berwenang dalam menanggapi kasus penyerangan terhadap umat Islam dan non Islam mengalami perbedaan pelakuan.

Dikutip dari kiblat.net, Polrestabes Kota Bandung mengklaim bahwa dua peristiwa tindak kriminal penganiayaan ustadz dan penodongan senjata tajam di kota Bandung murni tindak kriminal.Kecaman tentu muncul dari kalangan umat Islam. Dikutip dari voaislam.com,

Panglima Lasykar Forum Aliansi Umat Islam Bersatu (FAU IB) Jateng-DIY, Anang Immamudin menilai penegakan hukum di Indonesia lagi-lagi kontroverisal. Karena perlakuan terhadap penyerang Kyai Umar Basir di Bandung serta Komandan Brigade Presis ustadz Prawoto berbeda perlakuan dengan kasus penyerangan terhadap pastur di Sleman.

Kenapa beda perlakukan ketika ulama juga di serang? Pada penyerangan terhadap ulama oelaku langsung di identifikasi sebagai orang gila. Ini sepertk tidak ada keseriusan untuk terus menelusuri motif motif di balik penyerangan terhadap ulama,” ujarnya Senin (12/2). [MO]

Sumber link : http://www.mediaoposisi.com/2018/02/keanehan-di-balik-kasus-gereja-sleman.html

Tamparan Telak Sujiwo Tejo: Pidana Berlipat yang Tak Menepati Janji-janji ke Rakyat

Tamparan Telak Sujiwo Tejo: Pidana Berlipat yang Tak Menepati Janji-janji ke Rakyat


10Berita, Budayawan Indonesia yang juga seorang dalang, Sujiwo Tejo atau biasa disebut Mbah Tejo kerap melontarkan pernyataan-pernyataan Makjleb di media sosial melalui akun twitternya yang memiliki 1,5 juta followers ini.

Lontaran-lontaran khasnya terkait kondisi kekinian.

Terbaru soal UU yang mengatur pasal penghinaan terhadap Wakil Rakyat (DPR).

“Menghina wakil rakyat aja bisa dipidana, apalagi kalau berani langsung menghina atasannya, yaitu rakyat. Otomatis pidananya berlipat2. Misal tak menepati janji2 ke rakyat. Salut kpd pencetus UU baru,” kata Mbah Tejo melalui akun twitternya @sudjiwotedjo, pagi ini, Rabu, 14 Februari 2018.

Pidana untuk pemimpin yang tak menepati janji-janji ke Rakyat harusnya lebih berlipat-lipat!

~ Janji buyback Indosat

~ Janji tolak utang LN

~ Janji tak impor pangan

~ Janji tak cabut Subsidi

~ Janji menteri tak boleh rangkap jabatan

~ Janji Jaksa Agung bukan dari Parpol

~ Janji tak bagi-bagi jabatan

~ Janji pertumbuhan ekonomi 7%

~ Janji cetak 10 juta lapangan kerja baru

~ DLL

Menghina wakil rakyat aja bisa dipidana, apalagi kalau berani langsung menghina atasannya, yaitu rakyat. Otomatis pidananya berlipat2. Misal tak menepati janji2 ke rakyat. Salut kpd pencetus UU baru.

— Jack Separo Gendeng (@sudjiwotedjo) February 13, 2018


Sumber : portalislam

[ILC tvOne] K.H. Tengku Zulkarnain: Ini Jelas Skenario. Orang Gila Kok Ngejarnya Cuma Ulama? Kok Gak Ngejar Kapolri?

[ILC tvOne] K.H. Tengku Zulkarnain: Ini Jelas Skenario. Orang Gila Kok Ngejarnya Cuma Ulama? Kok Gak Ngejar Kapolri?


10Berita, Acara ILC tvOne tadi malam, Selasa (13/2/2018), mengangkat tema hangat “Teror Ke Pemuka Agama: Adakah Dalangnya?”.

Salah satu nara sumber adalah Wakil Sekjen MUI K.H. Tengku Zulkarnain.

Ulama asal Sumatera yang dikenal blak-blakan dan tegas ini menyatakan penyerangan terhadap Tokoh Agama yang dilakukan “orang gila” ini skenario sistemik. Tidak mungkin kejadian by accident (tiba-tiba), tapi ini kejadian by design.

K.H. Tengku Zulkarnain:

“Kejadian ini skenario sistemik. Gak mungkin tiba-tiba orang gila kok seperti musim jamur, tiba-tiba muncul. Dan orang gila ini pinter, sasarannya itu cuma Kyai Tokoh Agama. Kok gak Kapolri? Orang gila ngejar Kapolri, ngejar Kapolda gitu. Kok orang gila taunya cuma Kyai-kyai saja dan Tokoh Agama. Ini gila bener atau di gila-gilain?”

“Jadi skenario ada. Pasti. Jangan dustalah. Semua orang waras tahu ini skenario.”

“Yang kedua sistemik, dikatakan sistemik karena menyebar luas. Dari mulai Jawa Barat sampai ke Aceh… di Tuban masjid dihancurin…”

Selengkapnya video.


Sumber : Dakwah media

Cerita Pengusaha Mualaf Sedekah Jual Nasi Kuning

Cerita Pengusaha Mualaf Sedekah Jual Nasi Kuning

Dari hasil penjualan ini akan diputar untuk berbagi terhadap sesama.

10Berita , JAKARTA — Berbuat baik tak pandang suku, agama, dan ras. Bahkan yang tak bergama pun bisa makan di sini." Kalimat itu keluar dari mulut seorang mualaf Tionghoa yang memberikan dana pribadinya untuk membangun warung makan dengan harga luar biasa murah bagi satu porsi makanan.

Muhammad Jusuf Hamka (60) dimualafkan oleh Buya Hamka pada 1981 silam, berbagi dengan cara lain yang tak hanya memberikan uang atau barang, ia mencetuskan ide menjual makanan murah untuk membantu orang-orang yang kekurangan. Hasil penjualan nantinya akan diputar kembali untuk berbagi.

Warung Nasi Kuning Podjok Halal di Jalan Yos Sudarso Kav 28 Jakarta Utara ia buka tepat di samping kantor ia bekerja di PT Citra Marga Nusa Pala (CMNP) sebagai Penasihat Utama.

spanduk promosi nasi kuning Podjok Halal. dok Fergi Nadira/Republika


Warung seukuran 5 meter dengan beratapkan tenda setiap Senin sampai Jumat menjual nasi, sayur dan lauk pauk seharga Rp 3 RIbu untuk satu porsi berisi nasi kuning, lauk dan sayur. Disediakan pula gelas dan dispenser untuk mengambil air minum sendiri yang disediakan Jusuf. 

Warung untuk dhuafa dan masyarakat tidak mampu ini dibuka sejak pukul 11 siang sampai jam satu siang. "Persiapan jam 11, dibuka sampai jam satu. Sebab kan, ini yang layani juga dari karywan PT CMNP, kita kembali kerja lagi. Jadi setiap harinya bergantian juga," kata salah seorang Karywan PT CMNP sambil melayani pembeli.

Satu persatu berbagai macam orang datang bergantian, mulai dari pekerja pabrik, pemulung, masyarakat yang melewati kantor CMNP, sampai ojek online ingin mencicipi makanan porsi seharga Rp 3 ribu itu. Dari pantauan Republika.co.id, menu hari ini terdiri dari nasi kuning, sayur kacang, telur bulat dan telur ceplok cabe dan ikan tongkol pedas serta sambal.

Menu nasi kuning Podjok Halal usaha Muhammad Jusuf Hamka


Republika.co.id juga mencicipi makanan murah tersebut, dan hasilnya makanan itu terasa lezat dan pas di lidah. Setiap harinya menu bergantian, antara lain, ayam, ikan, daging syur berkuah, tumis dan lain sebagainya.

Begitupun kata Yana (52) yang bekerja sebagai kuli pengangkat alat-alat berat. Ia mengatakan, beruntung bisa makan makanan murah, higienis, dan lezat dengan harga yang benar tak menguras kantong.

"Saya tau dari temen, nih ada makanan murah di samping. Saya langsung ke sini. Alhamdulilah enak. Besok saya ke sini lagi makan siang. menghematkan dan menyehatkan," kata Yana, Selasa (13/2).

driver ojek online tengah menyantap nasi kuning. Fergi Nadira/Republika


Meskipun begitu, Jusuf tak memaksa jika ada yang benar tidak ada uang untuk makan, siapapun bisa makan di warungnya. "Andai kata orang itu dateng naik mobil, keliatan mampu. gapapa, tetep di tolong. kita kan gatau di kantongnya ada duit apa ngga," kata Jusuf.

Sikap mulia Jusuf ia persembahkan atas rasa kebersyukurannya dan juga demi tabungan di akhirat nanti. Sebab, anugerah syukur dari Tuhan telah melimpah ruah diberikan Tuhan kepadanya, untuk itu, kata dia, mengapa tak dibagikan bagi orang yang kekurangan.

Berbuat kebaikan, kata dia, juga tidak perlu pilih-pilih orang. Siapapun, jika membutuhkan dan kekurangan harus ditolong. "Warung ini merupakan pola pertama untuk membentuk suatu sistem. Siapa tahu dari pengusaha bisa membantu sesama dengan cara ini," ujar Jusuf.

Dari perilakunya tersebut, mengundang berbagai orang menyumbangkan uang untuk warung yang didirkannya. Ia takmemaksa, tapi seperti ia bercerita, ada seorang yang memakan membayar sebesar Rp. 50 ribu dan tidak meminta kembalian, kata orang tersebut, "saya juga mau ikut sedekah," cerita Jusuf.

Selain itu, ada pula pengusaha yang menyumbangkan Rp 5 juta untuk sedekah di warung podjok nasi kuning halal.

Dalam seminggu, Warung Nasi Kuningg Podjok Halal memeroleh makanan dengan memberdayakan warung makan sekitar. Seperti hari ini warung makan asal Padmangan Jakarta Utara ditugaskan untuk memasak.

"Saya ngga mau ada kompetisi, saya juga ngga mau mematikan warung makan setempat, jadi saya berdayakan dengan kerja sama memberikan subsidi ke mereka untuk menyediakan makanan. Tetep harga dari mereka semisal satu porsi 10 ribu. Yang dijual 3 ribu, jadi subsidi yang saya kasih dari dana saya ya 7 ribu," kata dia.

Gagasan awal mendirikan warung ini, dimulai dari puasa Ramadhan setiap tahunnya. Ia kerap memberikan buka puasa geratis selama satu bulan di kantornya untuk para kaum dhuafa dan kekurangan. Kemudian, ia berpikir, untuk menolong orang yang tak hanya satu kali dala setiap tahunnya, ia berpikir mengapa tak setiap hari saja. Untuk itu, ia mencetuskan pola ini untuk berbagi

"Kalau ditanya cari untung, mana ada untungnya ini. Tapi saya mendapatkan untung buat bekal di akhirat. Uang yang kita simpan bukan uang kita, tapi uang yang kita sedehkahkan itu uang kita," ujarnya.

Rencana ke depan, pada beberapa bulan lagi, ia akan mencoba membuka di lima titik wilayah Jakarta. Pertama Jakarta Uatara yang telah dimulai sejak (6/2). Selanjutnya Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Ia juga berharap, pemerintah dan pengusaha dapat melihat ini sebagai jalan kebaikan menolong sesama. Sebab, di Jakarta sendiri masih banyak orang yang kekurangan menyoal perut. 

Secara agama, dia tak merasa dirinya sebagai ustaz atau yang oaling baik beragama. Namun, menurutnya perlakunya itu dapat menyontohkan orang lain agar bisa bermanfaat bagi sesama manusia apalagi orang-orang yang berkebutuhan dan kekurangan. 

Sumber : Republika.co.id

NY Times: AS Lebih Condong ke Qatar

NY Times: AS Lebih Condong ke Qatar


Emir Qatar, Syaikh Tamim bin Hamad (islammemo.cc)

10Berita – Washington. Surat Kabar The New York Times (NY Times) menyebutkan, pemandangan yang terjadi mengisyaratkan kecenderungan Amerika Serikat (AS) ke Qatar. Disebutkan, hal itu terutama terjadi pasca keberhasilan diplomasi Qatar dalam dialog strategis dengan AS di Washington beberapa waktu lalu.

Dilansir Aljazeera.net, Rabu (14/02/2018), dikatakan bahwa kecenderungan AS ini mengundang kemarahan negara-negara pemboikot Qatar. Padahal, Arab Saudi dan UEA telah berupaya keras untuk menjaring dukungan AS dalam hal pemboikotan Qatar ini.

Disebutkan, Emir Negara Qatar, Syaikh Tamim bin Hamad Al Tsani, beberapa waktu lalu menerima kunjungan Komandan Komando Pusat AS, Jendral Joseph Votel di Doha. Keduanya tampak membahas hubungan strategis dua negara dan kerja sama di bidang pemberantasan teroris.

Dalam kesempatan lain, para diplomat di Teluk menyebut bahwa Qatar akan mengumumkan pemberian bantuan dalam jumlah besar pada Konferensi Rekonstruksi Irak. Di sisi lain, Saudi dan UEA dinilai tidak dapat melakukan hal yang sama akibat kerugian besar mereka di perang Yaman.

Seperti diketahui, pemboikotan Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir terhadap Qatar telah memasuki bulan ke-8. Selama itu, Qatar dituduh menjadi penyandang dana bagi terorisme. Sebuah tuduhan yang selalu dibantah keras oleh Doha. (whc/)

Sumber: Aljazeera, dakwatuna