OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 19 Februari 2018

Belum Terbukti Teroris, Warga Malah Usir Keluarga Istri MJ, Beredar Isu Ada Uang dibalik Itu Semua, Benarkah?

Belum Terbukti Teroris, Warga Malah Usir Keluarga Istri MJ, Beredar Isu Ada Uang dibalik Itu Semua, Benarkah?


10Berita, Entah apa yang ada dipikiran warga yang berada di lingkungan tempat tinggal orang tua Ummu Umar, istri Muhammad Jefri. Rencananya, ia dan orang tuanya akan diusir warga lantaran tuduhan bahwa suaminya adalah seorang teroris. Padahal, tuduhan tersebut belum terbukti di pengadilan.

“Mereka bilang mereka mau usir kita, karena gak mau nama daerahnya tercemar. Mereka anggap rumah kami sarang teroris,” kata Ummu Umar kepada Panjimas, Sabtu (17/2/2018).

Istri Muhammad Jefri menyebut ‘ratusan’ warga mengepung rumah orang tuanya di Indramayu untuk mengeluarkan ia dan keluarganya.

“Mereka kasih kami waktu pergi dari rumah sampe besok pagi,” terangnya.

Selain itu, Rukun Tetangga (RT) yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan pun turut mendukung upaya pengusiran keluarga istri Muhammad Jefri tersebut. “Rt pasti juga,” tambahnya.

Perasaan sedih yang menyelimuti keluarga Ummu Umar semakin menjadi karena rumah orang tua yang kini ditempatinya disarankan agar dijual dengan harga murah.

“Disaranin rumahnya dijual aja dengan harga modal waktu kita (keluarga) beli pertama kali,” tuturnya.

Ummu Umar tentu sangat berduka atas pengusiran tersebut. Seyogyanya usai ditinggal pergi sang suami tercinta, ia hanya fokus merawat dan mendidik anak semata wayangnya yang masih berusia 10 bulan.

Pengakuan Ummu juga diperkuat oleh kicauan Pengurus PP Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya yang menyebut bahwa warga dibayar 400 ribu untuk mengusir keluarga Ummu dari lingkungan tempatnya tinggal.

“Kabar yg beredar, ada yg mbayari Rp. 400 ribu/orang pada yg ngusir. Trus, tanah itu milik keluarga MJ. Kok diusir. Emangnya, tanah mau diapain kalau pemiliknya dah diusir?” tulis Mustofa melalui akun twitternya @NetizenTofa, Senin 19 Februari 2018.

Kabar yg beredar, ada yg mbayari Rp. 400 ribu/orang pada yg ngusir. Trus, tanah itu milik keluarga MJ. Kok diusir. Emangnya, tanah mau diapain kalau pemiliknya dah diusir? 😆 https://t.co/GCVDu1lhBH

— Mustofa Nahrawardaya (@NetizenTofa) February 19, 2018


Sumber : panjimas

Reaksi Novanto Ketika Ditanya Soal Nama Ibas

Reaksi Novanto Ketika Ditanya Soal Nama Ibas

"Tanya Pak Nazaruddin dong," kata Novanto.

Terdakwa kasus korupsi proyek KTP elektronik Setya Novanto. (suara.com/Ummi Hadyah Saleh)

10Berita, Mantan Ketua DPR Setya Novanto belum mau buka suara soal penulisan nama Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas‎) dalam buku berwarna hitam yang selalu ia bawa saat menjalani proses hukum perkara e-KTP di pengadilan tipikor. Saat dikonfirmasi, Novanto hanya tersenyum, lalu bertanya balik ke wartawan.

"‎Kamu kali yang ngomong," kata Novanto di gedung pengadilan tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (8/2/2018).

Disinggung lagi mengenai peran Ibas dalam perkara e-KTP, Novanto justru menyebut nama Nazaruddin. Dia meminta agar wartawan mengonfirmasinya ke suami Neneng Sri Wahyuni.

"Tanya Pak Nazaruddin dong," kata Novanto. ‎

Nama Ibas dicantumkan terdakwa korupsi e-KTP tersebut dalam secarik kertas buku catatannya yang ditulisi dengan kata justice collaborator.

Buku catatan bersampul hitam itu, Novanto buka saat akan menjalani sidang lanjutan pada Senin (5/2/2018). Awak media yang mengerumuninya melihat isi buku itu. Ada satu lembar tertulis nama bekas Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, dan Ibas.

Di atas dua nama tertulis justice collaborator. Nama Nazaruddin berada persis di bawah tulisan. Di bawah nama Nazaruddin, Novanto menggambar dua tanda panah. Tanda panah berwarna hitam dan tertulis nama Ibas. Ada juga tanda panah berwarna merah di bawah nama Ibas dan tercantum angka 500 ribu dollar AS.

Sumber : Suara.com 

Terkait Kematian MJ, Muhammadiyah: Aparat Tidak Diberikan Mandat Untuk Membunuh

Terkait Kematian MJ, Muhammadiyah: Aparat Tidak Diberikan Mandat Untuk Membunuh

BANDARpost, Belum tuntas penyelesaian kasus kematian Siyono, kini kembali muncul kasus “Siyono jilid kedua” yang menimpa Muhammad Jefri (MJ). MJ mengalami tindakan seperti yang dialami Siyono, terduga teroris yang tewas setelah ditangkap Densus 88. Narasi publiknya juga hampir sama.

Siyono mati dengan narasi akibat berkelahi dengan dua orang oknum Densus 88. Sedang MJ tewas dinarasikan akibat penyakit dalam.

“Bahwa semua mafhum bahwa terorisme adalah musuh kemanusiaan. Hanya penanganannya harus tetap mengedepankan prinsip-prinsip HAM,” kata Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Maneger Nasution kepada Islampos.com melalui keterangan persnya, Ahad (18/2).

Dirinya menekankan, bahwa Kepolisian tidak diberikan mandat oleh konstitusi dan UU untuk membunuh warga negara meskipun untuk menangani terorisme. Ia menjelaskan, dalam sistem hukum Indonesia, terduga pelaku kejahatan sekalipun harus diberi ruang untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya melalui proses hukum.

“Kembali ke Siyono. Bahwa Siyono lebih “beruntung”. Komnas HAM saat itu masih “berani” menunaikan mandatnya,” pungkasnya.

Sumber : islampos.com

 

Jangan Selesaikan secara Politik jika Menyinggung Agama (Islam) adalah Permasalahannya

Jangan Selesaikan secara Politik jika Menyinggung Agama (Islam) adalah Permasalahannya


10Berita, JAKARTA  Apa yang diterapkan oleh pemimpin dengan ulama belakangan ini bisa jadi soal komunikasi yang dianggap tidak patut. Pasalnya, hal-hal yang berbau agama nampak kerap kali justru dianggap adalah persoalan politik. Tidak demikian. Sehingga kalau hanya berlangsung artivisial, agak sangat sulit kita mendapatkan pola komunikasi yang baik antara ulama dan umara itu.

“Lalu apa selanjutnya yang harus dibuat? Ada dua asumsi terkait itu. Asumsi pertama, bahwa sebaiknya ada kaitaannya dengan agama, jangan dilakukan sesuatu yang berkaitan dengan politik. Dalam komunikasi, ketika itu dianggap sesuatu yang tabu atau sebabnya jangan, maka sebetulnya itu menjadi makin menyentuh,” ucapa pakar komunikasi politik, Effendi Ghazali, belum lama ini di Jakarta.


Semakin lama malah menurutnya kondisi tersebut akan serasa betul khitmatnya. Acara ini (diskusi) juga akan makin nikmat jika mengalir ke tempat lain. “Tidak bisa pengaturan secara dilakukan formal.

Tiba-tiba ada usulan Bawaslu membuat peraturan-peraturan, kurang lebih garis besar, untuk khutbah para khotib di masjid. Itu, yang pertama agak sulit. Saya sebagai orang komunikasi agak sulit jika Anda berkhutbah ada pedomannya di sini (red, samping).

Anda ingin kutip sesuatu benar tidak pedomannya. Itu agak susah,” katanya lagi. Jadi, dia menghimbau janganlah mencoba mengatur itu secara formal tanpa, tadi, yang satu bersikap adil dan benar dalam sistem pemerintahannya, yang satu ikhlas dan jujur untuk saling memperkuat. (Robi/)

Sumber: voa-islam.com

CETAR! Warganet: Jadi Presiden Itu Berat. Bapak Sudah Gak Kuat. Biar Pak Anies Aja

CETAR! Warganet: Jadi Presiden Itu Berat. Bapak Sudah Gak Kuat. Biar Pak Anies Aja


10Berita, Dukungan warganet untuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membanjir di laman Facebook resmi milik Presiden Jokowi yang memposting ucapan selamat atas kemenangan tim 'Macan Kemayoran' Persija Jakarta dalam laga final Piala Presiden 2018.

"Saya berada di antara lebih dari 70.000 orang yang menyaksikan langsung pertandingan final turnamen sepak bola Piala Presiden Tahun 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, semalam. Jutaan penggemar sepak bola lainnya menonton melalui siaran langsung televisi. Selamat kepada Persija Jakarta," tulis Jokowi, Ahad, 18 Februari 2018.

Postingan tersebut disertai foto Jokowi yang tampak didampingi Ketua Steering Committee Piala Presiden, Maruarar Sirait di atas podium, tengah menyerahkan piala kepada tim Persija.

Status Jokowi ini pun mendapat puluhan ribu like. Namun rupanya, insiden penghadangan Gubernur Anies oleh paspampres justru mengundang  simpati warganet dan membuat mereka menuliskan komentar di bawah status presiden.

Berikut beberapa kutipan komentar warganet:

"Tp anda tdk memiliki sifat santun dgn tdk menghargai Gubernur Jakarta siapa dia yg jelas dia Gubernur DKI dimana clubnya menjuarai turnamen itu, kami kecewa dgn sikap seorang Presiden seperti itu !!!" kritik akun Amir Syarif.

Megi Siswanto: "Selamat persija bravo pak anis..'

Indra Mustawa: "Selamat buat persija atas gelar juaranya dan selamat PAK ANIES atas JIWA BESARNYA."

Moh Zubair: "Kasian jokowi,,pdhl udh capek2 foto,tp yg dapet acuhan itu anis sandi,,rakyat sekarang udh bnyk yg pintar pak,,,hhhy,"

Arbain Beringin: "horee pak anies maju teruuss dari ...."

Nor Hanisa: "Ini akun asli apa tidak?kalau asli mendingan hapus aja. akun tuan rumah jadi tdk dihormati..memalukan".

Juhamdani El Fath: Jd Presiden itu berat Pak, bpk udah ga kuat, biar Pak Anies aja"
--------

Tak berhenti sampai di dunia maya saja, di dunia nyata, euforia kemenangan Persija  berbuah dukungan nyata warga untuk Anies.

Mereka yang berarak menyaksikan konvoi mendoakan agar Anies bisa menggantikan Jokowi di kursi Presiden.

"Jujur... merinding saya lihat Pak Anies. Cocok banget dah buat jadi Presiden gantiin Pak Jokowi," ujar Handi, warga Pal Batu yang turut larut dalam kegembiraan warga Jakarta, Ahad, 18 Februari 2018.

Kasihan.. Sudah capek-capek menghadang, eh Anies yang jadi bintang.

Sumber :Portal Islam 

Tombol Panik Ala KEMENKUMHAM

Tombol Panik Ala KEMENKUMHAM


10Berita, Pagi ini, berseliweran di sosial media dan sosial message tentang postingan kemenkumham IG-nya. Postingan itu sangat tidak fair dan menyudutkan HTI. Mungkin, bagi yang menyimak betul persidangan PTUN, di mana HTI mengajukan gugatan terhadap pemerintah, tampak benar kekalahan dan kekalutan dari pihak rezim.

Alih-alih mereka mencoba mengambil opini massa, namun sayangnya kemenkumham seperti orang panik. Apapun dilakukan demi disebut “terhormat” meskipun dengan cara tidak terhormat. Apa yang dilakukan kemenkumham di IG tersebut tentu terlihat seperti bodohnya mereka soal keadilan dan kebenaran. Konyol! itu lebih layak disebut.

Pihak pengacara rezim seperti mati kutu saat bertanya dan mencoba mencari celah dimana “kotor”nya hizbut Tahrir. Sampai-sampai, mereka lakukan wawancara dengan Metro TV sembari memojokkan HTI. Lagi-lagi bahasa “praduga”, fakta yang sebenarnya adalah “fitnah” dan alasan-alasan yang terus saja dibuat-buat.

Siapa yang senang HTI dicabut legalitasnya? Tentu kaum L68T, kelompok Pendukung si penista agama, sekuleris, liberalis hingga tentu pluralis. Mereka bersatu padu dengan rezim hari ini, untuk menekan dua ormas besar, FPI dan HTI, karena dibalik gerakkan 411 dan 212.

Maka, mari kita kumandangkan lagi semangat “islam” kita. Kali ini kita Bela Aktivis Islam, Organisasi Islam hingga para ulamanya. Rezim ini panik! Mereka tak segera mengusut “orang gila” yang melukai dan membunuh para alim, mereka tak sibuk mengusut terkait dengan teror terhadap HRS.

Mari kita serukan kembali, #IslamSelamatkanNegeri. Membersamai dengan ormas serta partai yang mendukungdan memperjuangkan islam, untuk mengembalikan cita-cita para pahlawan, santri, kyai dan kaum muslim di Indonesia untuk menjadikan islam tegak sempurna.

Oleh : Zain Rahman 

Pena Mujahid 212.

Sumber : Dakwah media 

Polri Didesak Ungkap 'Produsen' Orang Gila Penyerang Ulama

Polri Didesak Ungkap 'Produsen' Orang Gila Penyerang Ulama

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjutak.

Muhammadiyah khawatir kasus ini menganggu toleransi umat beragama di Indonesia

10Berita , JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, pihaknya mendesak Polri untuk serius mengungkap siapa yang menjadi 'produsen' orang gila belakangan ini, yang secara spesifik menyerang para tokoh agama. Hal tersebut untuk menjaga kondusifitas keamanan di Indonesia.

"Peristiwa berulang dan seragam ini pasti bertujuan untuk mengganggu kondusifitas Indonesia, dan mengganggu toleransi umat beragama di Indonesia," kata Dahnil, dalam keterangan pers, Senin (19/2).

Sementara itu, Dahnil mengatakan ia juga meminta kepada seluruh sahabat Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) diseluruh Indonesia untuk bersiap siaga di lingkungan terdekat. Selain itu, ia juga meminta mereka agar tidak Mudah terprovokasi.

Seperti diberitakan sebelumnya, penyerangan oleh pelaku orang gila terjadi terhadap KH. Hakam Mubarak, pimpinan Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Insiden tersebut terjadi saat menjelang shalat dzuhur, Ahad (18/2). Berdasarkan informasi, terdapat seorang laki-laki muda diduga gila duduk di pendopo rumah Kiai Hakam. 

Kemudian, Kiai Hakam menyuruh orang gila tersebut untuk pindah. Akan tetapi, orang gila tersebut tidak mau dan akhirnya justru mengejar dan melawan Kiai Barok hingga ia terjatuh. Beruntung, kejadian itu segera dipisahkan oleh warga dan pelaku kemudian diamankan di Polsek Paciran. Aksi penyerangan terhadap ulama bukan kali pertama ini terjadi. Sebelumnya, penyerangan yang dilakukan oleh orang gila telah menewaskan seorang Ustaz Persatuan Islam (Persis) di Bandung dan melukai Kiai Umar Basyri (pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah di Tenjolaya, Cicalengka, Bandung).

Sumber : Republika.co.id

Jamil Azzaini: Politik dan Sepakbola

Jamil Azzaini: Politik dan Sepakbola

10Berita Kemarin, Minggu (18/2), video Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dihadang Paspampres dan tidak diajak mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat penyerahan Piala Presiden untuk Persija, viral di media sosial. Sedangkan menurut Maruarar Sirait yang merupakan Ketua Panitia (SC) Piala Presiden menegaskan bahwa hal tersebut dikarenakan memang tidak semua pejabat negara harus ikut saat penyerahan piala oleh Presiden Jokowi.

Padahal berdasarkan Pasal 13 UU Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, jelas Anies berhak maju ke podium karena Anies merupakan tuan rumah dan gubernur dari kesebelasan yang menang di Piala Presiden.

Tentu saja perlakuan yang didapatkan Anies saat dihadang membuat masyarakat marah dan kecewa. Salah satu bentuk kekecewaan masyarakat dituangkan dalam sebuah tulisan.

Berikut adalah salah satu tulisan yang mengungkapkan kekecewaan atas perlakukan yang didapatkan Anies dan sebagai bentuk support untuk Anies:

Politik dan Sepakbola

Saya adalah penggemar sepakbola, setiap ada final sepakbola saya berusaha menonton di televisi, begitu juga tadi malam (Sabtu malam). Meski “jagoan” saya Persib sudah tersisih dan tidak masuk final, tadi malam saya tetap menonton pertandingan final Piala Presiden antara Persija dan Bali United.

Stadion baru Gelora Bung Karno, gemuruh 72 ribu lebih penonton, kehadiran beberapa pejabat tinggi, menteri dan gubernur DKI Jakarta membuat aura pertandingan begitu bergairah.  Saat pembawa acara mempersilakan Panitia memberikan sambutan dan yang muncul adalah Maruarar Sirait (Ara) saya sudah membatin “wuih ketua panitianya Bang Ara, politisi PDIP, semoga kejuaraan ini murni olah raga tidak ada nuansa politis. Kalau murni olah raga pasti Bang Ara menyebut Gubernur DKI Jakarta, tetapi bila ada muatan politisnya pasti nama Gubernur DKI tidak disebut saat ia memberikan sambutan”

Dan ternyata, jeder…nama gubernur DKI Jakarta tidak disebutkan dalam sambutan Bang Ara. Saya berpikir positif “mungkin dia lupa, atau untuk menjaga netralitas karena kesebelasan sang Gubernur DKI sedang hendak bertanding di babak final”. Apalagi selama pertandingan, saat pemain Persija mencetak gol, Presiden Jokowi terlihat menyalami Gubernur DKI. Saya semakin yakin bahwa pikiran positif saya benar. Saya pun menikmati pertandingan final tadi malam.

Namun, saat Paspampres menghalangi Gubernur DKI untuk ikut turun podium memberikan selamat kepada sang juara, pikiran positif saya buyar. Mengapa? Ada beberapa alasan, Pertama, dalam UU 9 tahun 2010 setahu saya Gubernur wajib mendampingi Presiden di acara di wilayahnya. Bukankah Gelora Bung Karno itu di wilayah DKI Jakarta?

Kedua, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, memang bukan pemilik Persija tetapi para pendukung Macan Kemayoran sebagian besar adalah warga Jakarta, nama klub juga mencantumkan kata Jakarta. Bahkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno konon sudah menganggarkan 18 milyar untuk menyiapkan markas Persija. Boleh dong sebagai gubernur ia memberi selamat kepada klub yang identik dengan Jakarta ini.

Saat melihat video Paspampres menghadang Gubernur DKI, Anies Baswedan, pikiran saya berkecamuk antara sedih dan bangga. Sedih karena sepakbola sepertinya sudah dimasuki virus politik. Bangga karena sang gubernur tetap tenang, tidak emosi dan tetap menghormati keputusan sang Paspampres. Beliau pun tidak mengomentari negatif tentang kejadian itu.

Salut pak Anies Baswedan, apalagi prediksi Anda bahwa Persija menang dengan selisih tiga gol yang Anda sampaikan dua hari sebelumnya, ternyata terbukti akurat. Semoga derajat Anda terus meningkat, manfaat Anda semakin berlipat dan bisa terus menjadi teladan bagi banyak masyarakat. Teruslah menjadi pemimpin yang benar-benar memimpin.

Jamil Azzaini
Pendukung: Garuda, Persib, MU dan Barca

Sumber : Ngelmu.co

Postingan akun FB Presiden Jokowi malah dibanjiri ucapan simpatik untuk Anies dan Ganti Presiden 2019

Postingan akun FB Presiden Jokowi malah dibanjiri ucapan simpatik untuk Anies dan Ganti Presiden 2019


10Berita, Pagelaran Piala Presiden 2018 menjadi titik balik bagi Persija Jakarta yang berhasil menaklukan Bali United. Namun sayang, laga final dicoreng dengan sikap berbau politis.

Bagaimana tidak, Anies Baswedan yang notabene sebagai gubernur Jakarta dan “Bapaknya” Persija dilarang turun saat hendak ke podium. Padahal di Piala Presiden sebelum-sebelumnya gubernur ikut bersama Presiden saat penyerahan tropi kepada juara.

Namun seperti kata pepatah "Musibah membawa Berkah".

Anies yang diperlakukan tak terhormat malah menuai simpati luas publik.

Bahkan simpati kepada Anies ditumpahkan publik di kolom komentar status facebook Presiden Jokowi yang memposting gelaran Final Piala Presiden 2018. Padahal pada postingan tsb foto yang ditampilkan tidak ada foto Anies Baswedan, hanya foto Presiden Jokowi saat menyerahkan tropi kepada Persija dan didampingi Maruarar Sirait (politisi PDIP yang menjadi Ketua Panitia Pelaksana).

Postingan di fb Presiden Jokowi benar-benar dibanjiri komentar warganet yang dipenuhi pujian untuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan seruan 2019 presiden baru.

Oencoe: "Selamat kepada Persija dan Pak Anies Baswedan...Kerendahan Hati akan mengalahkan kesombongan...."

Titin Minarni: "Allah akan memuliakan siapa yg dikehendakinya. Dan Allah akan menghinakan siapa yg dikehendakinya. Manusia boleh berencana tp Allah maha memutuskan. Selamat persija...selamat bang Anies-Sandi. Gubernur rasa presiden 😍😍"

Zacky Putra Furindo: "Selamat buat Persija dan Pak Anies baswedan.. Salam Satu periode buat pak jokowi."

Halilintar Odhe: "Semoga Bang Anies menjadi Presiden dan bisa mengangkat persepakbolaan Indonesia."

Tendy Winata: "Ganti gubernur persija juara apalagiu nanti kl ganti presiden PSSI JUARA 😂😂😂😂"

T Noval Harid: "Pak Anies calon presiden yg akan datang. Insha Allah Amin!!"

Haidar Al Jazirah: "Semoga Pak Wi cepet lengserrrrrr... Aamiinnn.."

Akhmad Firman: "Anies presiden 2019 😍"

Sigit Azzam: "Mari kita angkat Pak Anies jd Presiden Persija di 2018 ini.... Dan Presiden sesungguhnya di 2019 nanti 😁"

Upik Holita Manday: "Jakarta punya GUBERNUR BARU PERSIJA MENANG... Jadi INDONESIA harus punya PRESIDEN BARU 2018 biar TIMNAS juga jadi JUARA... 👍🏻👍🏻💪💪"

Hingga pagi ini, Senin (19/2/2018), ada setidaknya 34 ribu komentar warganet yang membanjiri postingan fb Presiden Jokowi.

Sumber: https://www.facebook.com/Jokowi/posts/840592939462890

Warganet Terharu... Foto Siluet Anies dari Kejauhan Memandangi Podium Perayaan Piala Presiden 2018

Warganet Terharu... Foto Siluet Anies dari Kejauhan Memandangi Podium Perayaan Piala Presiden 2018


10Berita, Persija Jakarta menjadi juara Piala Presiden 2018 setelah mengalahkan Bali United di babak final yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu, 17 Februari 2018.

Namun Gubernur DKI Anies Baswedan tidak diizinkan naik ke podium saat penyerahan trofi juara ke Persija Jakarta. Padahal sesuai UU, semestinya Gubernur Anies mendampingi Presiden Joko Widodo menyerahkan Piala Presiden 2018.

Hak pejabat tuan rumah mendampingi Presiden diatur dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 2010 soal Keprotokolan.

Maka Gubernur Anies hanya bisa duduk di tribun stadion, dari jauh cuma bisa memandangi perayaan penyerahan trofi juara Piala Presiden 2018.

Foto siluet Anies dari kejauhan memandangi Podium Perayaan Piala Presiden 2018 tak pelak bikin haru.

"Foto silhuette Anies yg hanya ditinggal dikursi dan tak diajak naik ke podium penghargaan. Foto yg jadi simbol perlawanan terhadap kedengkian," kata Mahmudah Ratna Suminaryang turut menshare foto itu di akun fbnya.

"Saya ngenes.... 😭," komen Inggit Kuntari.

"Gpp gak di kenal sama *pas-pampers* asal dikenal di langit...," timpal Prawoto S. Har.

"MasyaAllah semua pasti ada waktunya bwt pak anies, sombongnya mereka, ikut nyesek dada ini😥," kata Yulinda Noorita.

KEHORMATAN DAN JIWA BESAR
AKAN SELALU NAMPAK
WALAU NUN JAUH
BAHKAN DALAM KESUNYIAN PUN

We Love You Pak Anies

Sumber : PORTAL ISLAM