OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 12 April 2017

Dulu Ulama Nusantara Sering Minta Fatwa ke Mekkah

Dulu Ulama Nusantara Sering Minta Fatwa ke Mekkah

Hasil gambar untuk ulama nusantara fatwa mekah

10Berita – Terdapat hubungan yang erat dan kuat  antara Muslim Nusantara dan jantung intelektual dunia Islam, yaitu Makkah dan Madinah pada abad ke-18. Ini salah satunya dibuktikan oleh adanya surat meminta fatwa (risâlah al-istiftâ) yang dikirimkan oleh Muslim Nusantara ke salah seorang ulama sentral Madinah saat itu, dalam hal ini adalah Syekh Muhammad ibn Sulaiman al-Kurdi al-Madani (w 1780 M).
Menurut Direktur Islam Nusantara Center, Ahmad Ginanjar Sya’ban, dalam manuskrip berjudul “Tarjamah al-Syaikh Muhammad Sulaimân al-Kurdî” (koleksi perpustakaan King Saud University, Riyadh, dengan nomor kode 5628) yang berisi sejarah hidup dan karya-karya Syekh Muhammad, didapati data dan informasi penting terkait sejarah Islam Nusantara, yaitu karyanya yang berjudul “al-Durrah al-Bahiyyah fî Jawâb al-As’ilah al-Jâwiyyah”.

Menyimak judulnya, kata Ginanjar yang merupakan alumni Universitas al-Azhar, Kairo Mesir ini, kitab “al-Durrah al-Bahiyyah fî Jawâb al-As’ilah al-Jâwiyyah” sudah bisa dipastikan berisi kumpulan fatwa Syekh Muhammad atas beberapa persoalan yang datang dari Nusantara.

Risalah ini, kata dia, menghimpun fatwa Syekh Muhammad, atas lima permasalahan yang dikemukakan oleh umat Muslim Nusantara dari wilayah “Johor” di Semenanjung (kini Malaysia). Karena itu pulalah, dalam judul disebutkan “al-Asilah al-Jâwiyyah al-Juhriyyah” (Soalan-soalan [dari] Negeri Jawi Johor). Risalah ini selesai ditulis pada Selasa, 25 Safar 1070 Hijriyah (11 November 1659 M).

Sayangnya, ungkap Ginanjar, hingga saat ini keberadaan manuskrip kitab ini belum berhasil ditemukan, sehingga masalah-masalah Nusantara apa saja yang diajukan kepada Syekh Muhammad tidak dapat terlacak. “Demikian pula halnya dengan jawaban fatwa yang diberikan oleh beliau,” kata dia saat berbincang dengan Republika.co.id di Jakarta, Senin (10/4).

Padahal, imbuh Ginanjar, Syekh Muhammad adalah salah satu guru ulama Nusantara di tanah suci antaralain Syekh Abdul Shamad Palembang, Syekh Arsyad Banjar, Syekh Abdul Wahhab Bugis, Syekh Abdul Rauf Singkel (w 1693 M) dan Syekh Yusuf al-Taj al-Khalwati al-Jawi (Yusuf Makassar).(jk/rol)

Sumber: Republika, eramuslim

Related Posts:

  • Sisa-Sisa Abad Pertengahan di Tin MalSisa-Sisa Abad Pertengahan di Tin Mal Tin Mal adalah pusat budaya dan agama. 10Berita , TIN MAL -- Sisa-sisa benteng abad pertengahan masih terlihat megah di atas puncak bukit kota kecil Tin Mal, Maroko. Desa kecil yang jauh… Read More
  • Masjid Terindah di Eropa Masjid Terindah di Eropa Banyak masjid yang dibangun tidak hanya sebatas fungsinya. 10Berita , JAKARTA — Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam. Fungsi masjid dalam sejarah Islam tak sekadar sebagai lokasi shal… Read More
  • Koin, Saksi Masuknya Islam di Panggung Peradaban DuniaKoin, Saksi Masuknya Islam di Panggung Peradaban Dunia Kota Damaskus sebagai kota metropolis Romawi Kristen ditaklukkan oleh tentara Muslim. 10Berita , JAKARTA -- Bagi umat Muslim yang baru saja muncul di panggung peradaban … Read More
  • Laut Mati yang tak MatiLaut Mati yang tak Mati Airnya enam kali lebih asin dibandingkan air laut. 10Berita ,  JAKARTA -- Laut Mati kerap memberikan kejutan bagi pengunjungnya. Banyak cerita yang menyelubunginya. Legenda menyebutkan, burung-bu… Read More
  • Melihat Keindahan Masjid Malik SaudMelihat Keindahan Masjid Malik Saud Ada unsur-unsur arsitektur Persia yang menjadi ciri khas masjid ini. 10Berita ,  JAKARTA -- Namun, nuansa yang berbeda akan terasa ketika pengunjung memasuki  Masjid Malik Saud. … Read More